Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perilaku Sedentari Selama Pandemi Harus Dibenahi
1 Juni 2022 9:17 WIB
Tulisan dari Nurin Nazila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak berlakunya peraturan untuk melakukan restriksi sosial karena pandemi Covid-19, pada April 2020, masyarakat diharuskan untuk mengubah pola kehidupannya. Seluruh bentuk kegiatan yang sebelumnya dapat dilaksanakan secara tatap muka dan di ruang publik dialihkan menjadi kegiatan yang dilaksanakan secara daring, seperti kegiatan jual-beli yang dilaksanakan melalui aplikasi belanja daring, konsultasi kesehatan yang dilaksanakan melalui telemedicine, kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan universitas yang dilaksanakan melalui platform-platform pertemuan daring, dan kegiatan work from office beralih menjadi work from home. Perubahan kegiatan dari luring menjadi daring tersebut membuat individu terbiasa untuk menerapkan perilaku sedentari.
ADVERTISEMENT
Sedentary behavior atau perilaku sedentari adalah perilaku yang mencakup segala jenis kegiatan di luar waktu tidur dengan jumlah kalori yang keluar sangat sedikit, yaitu <1,5 METs (Metabolic Equivalent of Task(s)). Mengutip dari laman p2ptm.kemenkes.go.id bentuk perilaku sedentari yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah duduk atau berbaring dalam waktu lama, seperti menonton tv, bermain mobile games, dan bekerja dalam posisi duduk di depan komputer atau laptop dalam waktu lama. Selama pandemi, bentuk perilaku sedentari menjadi lebih beragam dan dilakukan secara berulang dalam durasi waktu yang lama, seperti mengerjakan tugas sambil duduk atau tidur, memutar musik sambil duduk atau tidur, menerima panggilan sambil duduk atau tidur, dan mengikuti perkuliahan daring sambil duduk atau tidur.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang dilakukan secara berulang dalam durasi waktu yang lama dapat menjadi kebiasaan dalam diri seseorang. Apabila perilaku sedentari menjadi kebiasaan dalam diri setiap individu, maka akan menimbulkan risiko terhadap kesehatan individu tersebut. Risiko kesehatan yang dapat terjadi akibat pembiasaan perilaku sedentari adalah penurunan kebugaran fisik individu.
Penurunan kebugaran fisik individu dapat mengakibatkan kelebihan berat badan dan meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit. Selain itu, kebugaran fisik yang menurun juga membuat seseorang menjadi lebih cepat lelah. Hal tersebut terjadi karena tubuh manusia sebenarnya dirancang untuk bergerak bukan untuk ‘menetap’ dalam waktu yang lama. Susunan tubuh manusia yang terdiri dari 360 sendi, 700 otot rangka, dan kulit yang elastis adalah bukti bahwa manusia diciptakan untuk bergerak. Dengan bergerak, sirkulasi darah di dalam tubuh juga menjadi lebih lancar. Saat dalam posisi duduk, yang merupakan salah satu bentuk perilaku sedentari, tulang belakang mendapat tekanan yang tidak merata. Akibatnya, arteri dan vena yang membungkus kerangka tulang belakang menjadi tersumbat. Penyumbatan tersebut membatasi sinyal-sinyal saraf sehingga mengakibatkan mati rasa.
ADVERTISEMENT
Posisi duduk juga membatasi ruang paru-paru untuk berkembang ketika bernapas. Akibatnya, jumlah oksigen dalam darah menjadi berkurang. Hal tersebut dapat menurunkan kinerja seseorang karena jumlah oksigen dalam darah yang akan dibawa ke otak berkurang sehingga menurunkan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan otak. Oleh karena itu, perilaku sedentari harus dikurangi dengan memperbanyak aktivitas fisik.
Frekuensi, intensitas, dan durasi aktivitas fisik setiap jenjang usia berbeda-beda. Pada anak-anak dan remaja usia 5-17 tahun, durasi aktivitas fisik yang disarankan adalah 60 menit per hari dengan intensitas sedang sampai tinggi. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja di usia tersebut selain bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran fisik, juga bermanfaat untuk perkembangan kognitif dan kesehatan mental.
Sementara, pada orang dewasa usia 18-64 tahun, aktivitas fisik yang disarankan adalah aktivitas aerobik dengan intensitas sedang dan durasi 150-300 menit per minggu atau aktivitas aerobik dengan intensitas tinggi dan durasi 75-150 menit per minggu. Namun, frekuensi, intensitas, dan durasi tersebut tidak berlaku untuk wanita yang sedang hamil dan pasca melahirkan. Wanita yang sedang hamil dan pasca melahirkan lebih disarankan untuk melakukan aktivitas fisik aerobik selama 150 menit per minggu dan melakukan gerakan-gerakan peregangan yang lembut.
ADVERTISEMENT