Resesi? Apa yang Harus Dilakukan?

Isma Nuriya
Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2022 17:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isma Nuriya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu terakhir banyak berita bermunculan yang menyebutkan dunia akan mengalami resesi di tahun-tahun yang akan datang. Apa sebesarnya resesi sendiri? Resesi merupakan suatu keadaan ekonomi di mana Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara mengalami penurunan, peningkatan jumlah pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut. Karena adanya pandemi covid-19, pada tahun 2020 Indonesia dan negara-negara lainnya juga mengalami inflasi. Resesi di Indonesia terjadi pada kuartal II dan kuartal III tahun 2020. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada kuartal II tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah -5,32%. Hal ini dapat terjadi karena adanya penerapan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan di beberapa daerah. Sedangkan pada kuartal III tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar -3,49%, seperti yang tergambar dalam grafik di bawah. Karena perekonomian Indonesia mengalami kontraksi atau penurunan selama dua kuartal berturut-turut, akhirnya pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia mengalami resesi.
Kurva pertumbuhan ekonomi Indonesia
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resesi di suatu negara, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Inflasi
Merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga barang secara terus-menerus. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah dengan meningkatkan suku bunga. Karena dengan naiknya suku bunga maka masyarakat akan lebih memilih menabung dari pada membelanjakan uang mereka. Sehingga aktivitas ekonomi dapat dikendalikan.
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menjadi faktor terjadinya resesi ekonomi. Contohnya adalah pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi yang disebut revolusi Industri ini kemudian membuat beberapa pekerjaan menjadi usang, dan memicu terjadinya resesi. Di masa sekarang ini beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan dan robot akan menyebabkan resesi karena banyak para pekerja yang kehilangan mata pencahariannya.
ADVERTISEMENT
3. Pertumbuhan ekonomi menurun dua kuartal
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan baik tidaknya keadaan ekonomi suatu negara. Apabila ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik dan begitu juga sebaliknya. Nah, apabila pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut maka bisa dipastikan negara tersebut mengalami resesi ekonomi.
4. Meningkatnya pengangguran
Adanya puncak pandemi covid-19 pada tahun 2020 menyebabkan jumlah pengangguran meningkat drastis. Pada bulan Agustus 2020, penduduk kerja yang terkena dampak covid-19 sebesar 29,12 juta penduduk. Jumlah pengangguran yang cukup besar ini disebabkan karena banyak perusahaan-perusahaan yang mengurangi jumlah pekerja atau bahkan menutup usahanya karena menurunnya jumlah konsumen. Penigkatan pengangguran ini juga merupakan salah satu penyebab inflasi.
Sumber: Badan Pusat Statistik
5. Ketidak seimbangan produksi dan konsumsi
ADVERTISEMENT
Keseimbangan konsumsi dan produksi adalah dasar dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila jumlah produksi dan jumlah konsumsi tidak seimbang, maka akan terjadi masalah dalam siklus ekonomi. Jumlah produksi yang tinggi dan tidak diikuti dengan konsumsi yang sama akan mengakibatkan penumpukan stok persediaan barang.
Dampak resesi ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu dampak resesi bagi pemerintah, dampak resesi bagi perusahaan, dan dampak resesi bagi para pekerja.
1. Dampak resesi bagi pemerintah
Dampak yang dirasakan pemerintah adalah terjadi peningkatan jumlah pengangguran dan pemerintah dituntut untuk segera mengatasi resesi agar perekonomian kembali normal. Menurunnya sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak. Karena penghasilan pekerja menurun, maka total pajak penghasilan yang diterima juga menurun. Selain itu pengeluaran masyarakat juga menjadi lebih rendah, sehingga menyebabkan pendapatan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurun juga. Utang pemerintah juga akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, karena pemerintah semua negara memerlukan dana untuk mengatasi kondisi negaranya.
ADVERTISEMENT
2. Dampak resesi bagi perusahaan
Apabila terjadi resei besar kemungkinan usaha-usaha mengalami kebangkrutan. Penyebabnya adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif, jatuhnya harga aset, dan penurunan pendapatan. Ketika terjadi penurunan pendapatan akan berakibat pula kepada kehidupan ekonomi para pekerja. Mereka akan mengalami pengurangan upah atau bahkan ada yang sampai terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk mereka yang terkena PHK akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, hal ini juga dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Ketika terjadi resesi masyarakat lebih selektif dalam berbelanja, sehingga jumlah permintaan akan menurun dan keuntungan perusahaan juga akan menurun.
3. Dampak resesi bagi pekerja
Dampak bagi pekerja adalah mereka mengalami PHK, yang mana menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat. Tingginya tingkat pengangguran dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial. Karena dituntut kebutuhan ekonomi mereka akan melakukan hal apapun seperti mencuri dan merampok yang dapat menyebabkan kerusuhan di masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat umum untuk mengantisipasi apabila suatu saat terjadi resesi ekonomi sebagai berikut:
1. Terdapat rumus perencanaan keuangan 10-20-30-40. Kita dapat membagi pendapatan sesuai dengan rumus tersebut. Nilai 20% dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen yang mudah dicairkan dan harus disiplin dilakukan. Semakin besar persentase dana darurat maka akan semakin kuat apabila menghadapi resesi ekonomi. Jika terjadi resesi berbagai kemungkinan bisa terjadi, seperti Pemutusan Hubungan Kerja. Jadi, perlu persiapan ekstra agar mampu menghadapinya.
2. Memulai untuk mengurangi dan tidak menambah beban pengeluaran seperti utang atau kredit. Apabila memungkinkan lebih baik segera dilakukan pelunasan, tetapi apabila masih merasa keberatan maka segera lakukan negosiasikan ajukan ke lembaga jasa keuangannya untuk restrukturisasi. Jangan pernah menganggap ringan utang walaupun hanya dari kartu kredit karena kita tidak akan mengetahui bagaimana kondisi keuangan kita di masa resesi ekonom.
ADVERTISEMENT
3. Apabila memiliki portofolio investasi, cermati kondisi pasar global. Jika kondisi pasar global sudah mulai menunjukkan penurunan, segera ambil tindakan dengan memindahkan portofolio investasi ke bentuk yang lebh aman, contohnya emas.
4. Menjalani kehidupan dengan tenang dan tidak perlu panik. Tetap melakukan konsumsi sewajarnya, karena daya beli masyarakat dapat membantu ekonomi tumbuh stabil. Serta tidak membeli barang-barang hanya karena keinginan, karena uang yang tersisa lebih baik
5. Selalu pantau perkembangan kondisi perekonomian terbaru dan memulai untuk memanfaatkan peluang di sekitar yang dapat bernilai ekonomi. Hilangkan keraguan untuk menjalankan usaha kecil-kecilan apabila merasa kondisi keuangan masih lemah.