Konten dari Pengguna

Makna Kata: Seharusnya

Nurlina Wati
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
19 Januari 2022 17:20 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurlina Wati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi foto : PixabayPixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi foto : PixabayPixabay
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian merasa kalau di luar sana banyak orang yang jauh lebih sedih dan lebih stress dibandingkan diri sendiri? Dan fakta ini sebenarnya bikin kita merasa bahwa seharusnya kita bahagia, tapi kok tidak? Dan akhirnya banyak dari kita yang mencoba untuk berfikir positif supaya jadi bahagia.
ADVERTISEMENT
Masalahnya adalah setelah kita mencoba untuk berfikir positif, itu tidak membuat kita menjadi lebih bahagia. Malah seringkali menjadi lebih buruk. Kalau misalnya kalian mengalami hal ini, mencoba berfikir positif tapi tidak bahagia, kali ini saya akan menjelaskan bagaimana supaya mindset kita lebih tepat dan merasa bahagia.
Kata 'Seharusnya' itu sebenarnya merupakan kata yag cukup berbahaya. Mengapa demikian? Karena bisa membuat kita berekspetasi tinggi dan ketika kita tidak menggapainya, pasti kita akan merasa sedih. Contohnya begini "harusnya saya cantik, harusnya saya pintar, harusnya saya seperti dia". Dengan kita punya banyak kata 'seharusnya' dibanyak hal, seperti salah satu contoh di atas, itu bisa membuat kita jadi overthingking dan rentan insecure. Padahal sebenarnya untuk mendapat sesuatu itu membutuhkan proses.
ADVERTISEMENT
Kita sering bergantung dengan kata 'Seharusnya' sampai kita lupa apa yang sebenarnya kita inginkan. Mulai sekarang cobalah mengubah kata 'Seharusnya' jadi kata action. Contohnya "saya mau nangis karena saya sedih, tapi abis itu saya bisa melakukan apapun." Jadi beban ini tidak hanya menjadi overthingking dikepala tetapi kita punya kontrol atas diri sendiri. Perbanyak bersyukur dan kurangi insecure.