Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Karies Gigi Anak: Masalah Besar yang Sering Dianggap Sepele
5 Mei 2025 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nur Maziyya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masih tingginya kasus gigi berlubang / karies gigi pada anak tanda kurangnya perhatian terhadap kesehatan mulut sejak dini

ADVERTISEMENT
Kesehatan gigi anak-anak sering kali luput dari perhatian orang tua dan masyarakat luas. Padahal, masalah gigi dan mulut pada usia dini dapat berdampak panjang terhadap kesehatan umum, tumbuh kembang, dan kualitas hidup anak. Ironisnya, di tengah gencarnya kampanye hidup sehat, isu kesehatan gigi anak masih tertinggal jauh di belakang.
ADVERTISEMENT
Data hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa Prevalensi karies gigi pada balita (3-5 tahun) mencapai 81,7% dan pada anak usia 5-9 tahun menacapai 67,3% (Riskesdas, 2018). Ini bukan sekadar masalah estetika atau nyeri sesaat—karies gigi yang dibiarkan bisa menyebabkan infeksi, gangguan makan, hingga memengaruhi kepercayaan diri anak. Lebih jauh lagi, anak yang sering absen sekolah karena sakit gigi bisa mengalami gangguan akademik dan sosial.
Mengapa Perawatan Gigi Sejak Dini Itu Penting?
Banyak orang tua yang menganggap gigi susu tidak penting karena akan digantikan oleh gigi permanen. Padahal, gigi susu sangat penting dalam menjaga ruang bagi tumbuhnya gigi tetap, serta mendukung kemampuan bicara dan pola makan.
Anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan gigi sering kali absen sekolah karena nyeri atau infeksi, yang pada akhirnya berdampak pada prestasi belajar dan perkembangan sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Peran Edukasi, Pemerintah, dan Lingkungan Sekitar
Salah satu akar masalah utama adalah minimnya edukasi berkelanjutan tentang perawatan gigi sejak dini. Pemerintah sebenarnya telah meluncurkan program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah), tetapi implementasinya belum merata di seluruh wilayah Indonesia.
Peran tenaga kesehatan, guru, dan orang tua sangat penting dalam menanamkan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan melakukan pemeriksaan rutin setiap enam bulan.
Industri Makanan Harus Ambil Bagian
Tak bisa dipungkiri, industri makanan dan minuman juga turut andil. Promosi produk tinggi gula yang menyasar anak-anak sangat masif, sementara edukasi tentang dampaknya terhadap gigi masih minim. Ini harus menjadi perhatian bersama.
Langkah Sederhana, Dampak Besar
Menjaga kesehatan gigi anak sebenarnya bisa dimulai dari rumah: ajarkan menyikat gigi dua kali sehari, batasi konsumsi makanan manis, dan biasakan kunjungan ke dokter gigi. Sekolah juga bisa berperan aktif melalui edukasi rutin dan praktik kebersihan gigi yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Kesehatan gigi bukan semata urusan dokter gigi—ini adalah investasi jangka panjang bagi anak. Jika kita sungguh peduli pada masa depan mereka, maka menjaga senyum sehat sejak dini harus menjadi prioritas.
Karena senyum sehat hari ini, adalah kunci menuju generasi yang kuat, percaya diri, dan sehat di masa depan.