Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gen Z dan Tiktok: Media Sosial Sebagai Edukasi Kreatif
24 Oktober 2024 18:19 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Nurul Hikmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
TikTok, atau Douyin di China, adalah layanan jejaring sosial berbagi yang menggunakan video berdurasi pendek sebagai media untuk menangkap dan menyajikan kreativitas, pengetahuan, dan momen lainnya yang dimiliki oleh ByteDance, sebuah perusahaan teknologi internet yang berbasis di Beijing dan diciptakan pada tahun 2012 oleh Zhang Yiming. Awal mula TikTok berawal dari tahun 2016 dengan nama Douyin dan baru berlayar di China hingga tahun 2017 diluncurkan dengan nama TikTok untuk seluruh dunia. Sebelum sepenuhnya beroperasi, TikTok bergabung dengan Musical.ly, aplikasi lip sync, sebagai aplikasi seutuhnya. TikTok disukai oleh Gen Z karena karakteristik TikTok yang belum pernah dimiliki oleh media sosial lainnya. Seolah-olah dengan penggunaan TikTok, Gen Z dapat mengungkapkan identitas atau jati dirinya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Generasi Z merupakan generasi pertama yang sejak dini sudah terpapar oleh teknologi. Teknologi-teknologi tersebut berupa komputer atau media elektronik lainnya seperti telepon seluler, jaringan internet, bahkan aplikasi media sosial. Generasi Z dibesarkan dengan web sosial, mereka berpusat pada digital dan teknologi adalah identitas mereka. Lahir dan dibesarkan seiring dengan kemajuan-kemajuan dalam dunia digital membuat gen z berbeda dengan generasi sebelumnya.
Penggunaan akses internet dengan mudah melalui telepon seluler seiring hidup di era globalisasi pada Gen Z menghasilkan generasi yang dependen dengan internet. Dampak dari kemudahan dalam mengakses internet menciptakan internet sebagai sumber referensi utama dalam mencari suatu informasi. Seiring dengan peningkatan konektivitas global, pergeseran generasi dapat memainkan peran yang lebih penting dalam menentukan perilaku dari pada perbedaan sosio-ekonomi. Kaum muda telah menjadi pengaruh yang kuat bagi orang-orang dari segala usia dan pendapatan, serta pada cara orang-orang tersebut mengonsumsi dan berhubungan dengan mereka. Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga TikTok dipenuhi oleh berbagai generasi. Jika Facebook lebih sering digunakan oleh Generasi X, maka TikTok lah yang didominasi oleh Generasi Z.
ADVERTISEMENT
Pemaparan teknologi sejak dini dan kemudahan dalam mendapatkan informasi merupakan sebuah perkembangan dalam membentuk Generasi Z. Media koran, radio, dan berita di televisi merupakan cara konvensional dalam memeroleh informasi. Adanya perkembangan internet yang menghasilkan media sosial membuat cara-cara konvensional tergeserkan dengan cara yang lebih mudah diakses yakni dengan menggunakan media sosial. Dengan kemudahan dengan mengunduh aplikasi, maka informasi yang ingin dicari menjadi mudah. Salah satu media sosial yang sedang hangat dibicarakan dan paling banyak digunakan oleh Gen Z adalah TikTok. Dengan menggunakan perspektif konstruksionis sosial dimana hasil interpretasi dari interaksi sosial membentuk sense of self kepada pengguna dan penonton yang tertarik pada konten tertentu di TikTok. Menurut Jayme (dikutip dalam Kalia, 2013), Jayme menyatakan bahwa jejaring media sosial dalam kalangan remaja merupakan bagian dari budaya mereka. Orang tua atau guru tidak dapat mengharapkan remaja meninggalkan Internet dan berkembang dalam masyarakat modern, karena komputer, teknologi, Internet, dan jaringan sosial digunakan dalam semua aspek kehidupan modern, bahkan di tempat kerja. Perilaku Generasi Z dalam menggunakan TikTok sebagai media penyaluran edukasi dan aktivisme merupakan suatu perilaku manusia dalam periode umur remaja yang inovatif dan kreatif. Upaya intervensi dalam perilaku ini adalah mengubah cara pandang media sosial yang selalu di anggap negatif karena perilaku adikitif yang mampu dimunculkan oleh media sosial tersebut. Namun, kreativitas yang disajikan dalam TikTok oleh para pengguna merupakan salah satu cara yang dapat mengubah perspektif tersebut menjadi positif.
ADVERTISEMENT
Menurut Mao (2014) dalam menjelaskan bahwa penggunaan media sosial di bidang pendidikan yakni, penggunaan media sosial dalam bidang pendidikan oleh guru untuk pengajaran dan pembelajaran di kelas bersifat sporadis atau jarang, sementara penggunaan oleh siswa sendiri untuk tujuan pembelajaran tampaknya berlimpah tetapi juga insidental dan informal. Pencapaian dalam pengambilan ilmu pengetahuan mampu berasal dari mana saja. Entah itu pendidikan formal seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) atau pendidikan informal seperti dari keluarga bahkan media sosial sekalipun. Sudah banyak diperdebatkan oleh para tenaga pendidik hingga peneliti, apakah media sosial mampu menjadi prasarana pendidikan formal maupun informal. Namun, fokus utama dalam artikel ini adalah tentang media sosial sebagai media edukasi dan aktivisme secara informal. Penggunaan media sosial dalam bidang edukasi terjadi pada saat pandemi COVID-19 yakni dimana pembelajaran tatap muka di pendidikan formal ataupun non formal mengalami perubahan untuk sementara waktu menjadi pembelajaran daring melalui program perangkat lunak videotelepon seperti Zoom dan Google Meet. Sebelum adanya perpindahan pembelajaran tatap muka ini, di lingkup pendidikan non formal yang berupa lembaga bimbingan belajar terdapat bimbingan belajar secara online. Contohnya adalah Zenius Education dan Ruang Guru. Keterbatasan beberapa murid dalam mengelola waktu antara sekolah dan bimbingan belajar secara tatap muka membuat bimbingan belajar mendapatkan poin unggul yakni mampu dijadikan platform pembelajaran yang efektif walaupun secara online. Bimbingan belajar secara online seperti contoh di atas menggunakan tenaga pendidik yang unggul yakni dari beberapa lulusan universitas ternama dengan keunggulan diri tenaga pendidik masing-masing.
ADVERTISEMENT
Edukasi dalam TikTok merupakan edukasi informal dimana ilmu-ilmu yang disajikan di dalam aplikasi ini bersifat umum ataupun spesifik tergantung konten apa yang disajikan oleh suatu pengguna. Salah satu contoh penyajian edukasi dan aktivisme dalam TikTok adalah dengan penggunaan hashtag untuk menjalani suatu kampanye. Dilansir dari Berita Lima, Beberapa waktu lalu lebih tepatnya pada bulan Oktober 2020, TikTok mengajak kreator untuk berbagi konten edukasi dalam kompetesi #TikTokPintar. Kompetesi ini berhadiah ratusan juta rupiah dan para kreator dibebaskan untuk memberikan konten apapun namun dalam tema di bidang edukasi. Entah itu dapat berupa pengetahuan umum, bisnis, fakta umum, tips dan trik, bahasaasing, hingga IPTEK. Adanya Pandemi COVID 19 yang menyebabkan pelarangan keluar rumah kecuali untuk hal penting-penting saja, membuat TikTok banyak diunduh dan digunakan olehGenerasi Milenial dan Generasi Z. Menurut laporan artikel yang di lansir oleh Deloitte Global Millenial Survey 2020, bahwa hampir tiga perempat responden (27.528 responden, keduanya generasimilenial dan generasi Z, dari 43 negara) mengatakan pandemi telah membuat mereka lebih bersimpati terhadap kebutuhan orang lain dan bahwa mereka berniat mengambil tindakan untuk memberi dampak positif pada komunitas mereka. Hal ini dapat tercerminkan dari penggunaan tagar #SamaSamaBelajar yang mendapatkan kurang lebih 20 juta tontonan oleh para pengguna. Survei tersebut jugamengungkapkan bahwa terlepas dari tantangan individu dan sumber kecemasan pribadi yang dihadapi generasi milenial dan Gen Z, mereka tetap fokus pada masalah sosial yang lebih besar, baik sebelum maupun setelah dimulainya pandemi. Jika ada, pandemi telah memperkuat keinginan mereka untuk membantu mendorong perubahan positif di komunitas mereka dan di seluruh dunia. Dan mereka terus mendorong dunia di mana bisnis dan pemerintah mencerminkan komitmen yang sama kepada masyarakat, menempatkan orang di atas keuntungan dan memprioritaskan kelestarian lingkungan.
ADVERTISEMENT
Implikasi dari hasil tulisan ini digunakan untuk para pembaca yang ingin mengetahui apakah penggunaan media sosial berupa TikTok oleh Generasi Z mampu digunakan sebagai media positif yakni sebagai media edukasi dan aktivisme. Manfaat penggunaan TikTok sebagai media edukasi dan aktivisme merupakan manfaat yang bagus dalam upaya mencari ilmu baru dan hal baru. Dikarenakan TikTok merupakan salah satu aplikasi yang mempu mengubah cara permainan media sosial sebelumnya dengan keunikan mereka yakni video berdurasi 15-60. Maka tidak heran dampaknya terhadap banyak sektor di dunia.