Rekreasi di Hari Idul Fitri Melupakan Pandemi

Nurtati Muharomah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
4 Juni 2020 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurtati Muharomah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber Gambar: www.citilink.co.id
Hari raya Idulfitri merupakan hari kemenangan bagi umat Muslim di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Kita biasa menyebutnya dengan hari “Lebaran”. Dirayakan setiap tahun dan setiap bulan Syawal. Setelah sebelumnya umat Muslim melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Serba-serbi Hari Raya yang sudah menjadi tradisi yaitu mudik, silaturahmi, halalbihalal, dan rekreasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V, rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik: kita memerlukan – setelah lelah bekerja.
Makna Rekreasi Idulfitri
Hari Raya tidak akan lengkap bila tanpa adanya sejumlah rekreasi, terutama ketika pulang kampung. Rekreasi menjadi hal yang dinantikan setiap orang untuk bisa jalan-jalan bersama teman-teman maupun dengan keluarga. Biasanya rekreasi lebaran sudah terencana dari jauh-jauh hari sebelum lebaran tiba. Sudah terpikirkan mengenai tempat wisata yang akan dikunjungi maupun dengan siapa kawan rekreasi.
Menjadi kesempatan berharga yang jarang terjadi, menjadi ajang untuk menyenangkan hati keluarga, melepas rindu bersama sanak saudara. Karena itu selalu dilewati dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Namun, sejumlah rencana harus ditunda dikarenakan adanya wabah.
ADVERTISEMENT
Melupakan Pandemi
Idulfitri tahun 2020 memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tak lain karena adanya pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19, yang kini sedang mewabah di dunia termasuk di berbagai daerah Indonesia. Setiap harinya, bertambah jumlah korban yang terinfeksi virus. Bertambah jumlah pasien yang sembuh, namun bertambah pula jumlah pasien yang meninggal. Hal ini berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan di Indonesia.
Untuk memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menutup tempat wisata. Masyarakat diminta melakukan berbagai aktivitas dari rumah saja. Tetap menjalankan social distancing dan physical distancing. Pemerintah pun memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan wajib menggunakan masker bila keluar rumah.
Namun, dua bulan di rumah saja membuat masyarakat merasa bosan. Ada yang bertahan dan ada pula yang melanggar. Bagi sebagian yang tidak taat, akhirnya aturan pemerintah dilanggar, pandemi dilupakan. Masih banyak masyarakat yang belum sadar akan bahayanya COVID-19. Masih ditemukan orang-orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan untuk bisa jaga jarak dan menggunakan masker.
ADVERTISEMENT
Menjelang lebaran, di televisi maupun di media sosial ramai memberitakan orang-orang yang mudik maupun rekreasi menuju pantai, curug, puncak, dan tempat rekreasi lainnya. Jalanan menjadi macet, masyarakat abaikan imbauan untuk PSBB.
Rekreasi di Tengah Pandemi
Rekreasi selalu menjadi pelengkap libur Hari Raya. Kegiatan rutin yang selalu terlaksana walau hanya ke tempat-tempat terdekat. Sebagian dari masyarakat tetap nekat berekreasi walau di tengah pandemi Covid-19. Para warga memadati kawasan wisata. Seperti salah satu wisatawan yang enggan disebutkan namanya. Ia mengunjungi tempat wisata Curug di kawasan Bogor.
“Iya waktu hari lebaran keempat, saya sama temen-temen pergi ke Curug. Sebelum masuk curug dicek suhu tubuh dulu. Setelah cek suhu aman trus kita antri masuk ke sebuah kotak buat disemprot disinfektan. Motor diparkiran juga disemprot disinfektan sama penjaga parkir di sana. Trus ada himbauan buat hati-hati. Tapi pas masuk ke dalem wilayah curugnya biasa aja kaya ga ada jaga jarak. Banyak yang mandi juga. Jadi di dalem wisata itu kurang terkontrol”
ADVERTISEMENT
Dilanjutkan oleh temannya, bahwa laporan dari teman sebelumnya adalah benar. “Iya, ga terlalu ketat penjagaan di dalemnya. Tapi dapet informasi, sehari setelah kita dari sana, curugnya ditutup.”
Ternyata, tidak hanya kawasan curug yang menjadi tujuan rekreasi. Pantai pun memiliki daya tarik masyarakat untuk mengunjunginya. Telah kita ketahui bahwa pantai memang telah lama ditutup sejak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tidak adanya wisatawan yang diperbolehkan berkunjung ke sana, untuk menghindari kerumunan. Terutama menjelang libur lebaran. Polisi siap siaga dalam mengimbau masyarakat untuk menghindari pesisir pantai. Namun, ada saja masyarakat yang nekat bahkan ada yang secara diam-diam masuk ke wilayah pantai.
Seperti yang dilakukan oleh pemuda dari Bogor yang mengunjungi salah satu kawasan wisata Pantai di Banten. Ia menjelaskan bahwa, Ia bisa masuk ke sana mencuri-curi kesempatan. Karena dikuasai oleh rasa penasaran, maka nekat untuk berangkat ke pantai.
ADVERTISEMENT
“Saya pergi ke sana ga sendiri, bareng sama temen-temen, touring 13 motor. Bisa masuk ke pantai tapi cuma berdua, ga bisa rame-rame. Dua orang juga sebenernya ga boleh. Tapi kita minta izin masuk cuma buat foto-foto aja. Ternyata dibolehin, Cuma dikasih waktu 10 menit aja. Itupun pas masuk gang ke Tanjung Layar warga pada ngeliatin.” Ucap pemuda yang berusia 23 tahun.
Namun, ternyata dengan suasana sepi karena pandemi. Membuat ia bisa menikmati suasana pantai. Terutama ketika foto-foto bisa bebas memilih spot foto terbaik, karena tidak ramai dengan orang-orang.
“Seru sih, soalnya lebih suka tempat wisata yang sepi. Kurang nyaman kalo terlalu rame ga dapet momennya,” ia melanjutkan pembicaraannya.
Ternyata masih banyak dari masyarakat Indonesia yang melupakan pandemi. Berekreasi di hari lebaran menjadi alasan kuat sebagai sebuah tradisi, alasan lainnya untuk menghilangkan penat selama karantina di rumah saja. Dalam situasi pandemi, seharusnya masyarakat bisa menahan diri di rumah. Di rumah saja menjadi upaya membantu para tenaga medis agar tidak kewalahan atas meningkatnya jumlah pasien.
ADVERTISEMENT
Saling menghargai bagi mereka yang sudah taat untuk tidak mudik dan tetap di rumah saja. Tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan bersama agar terhindar dari risiko terjangkitnya virus. Mari saling jaga dan saling melindungi. Bekerja sama dengan pemerintah, mematuhi segala protokol kesehatan untuk memutus rantai penebaran Covid-19 di Indonesia.