Konten dari Pengguna

Stereotip Perempuan dalam Manuskrip Syair Kumbang dan Melati

Nurtati Muharomah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Desember 2020 6:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurtati Muharomah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Kutipan naskah Syair Kumbang dan Melati https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/441801
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Kutipan naskah Syair Kumbang dan Melati https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/441801
ADVERTISEMENT
Manuskrip merupakan peninggalan para leluhur yang harus dirawat dan dilestarikan. Banyak orang yang belum memahami dengan baik pentingnya menjaga warisan budaya, khususnya manuskrip kuno. Saat ini telah banyak situs penyedia manuskrip digital Indonesia yang dapat diakses oleh siapapun, dan dari belahan bumi manapun. Di antaranya: Dreamsea, Manassa, The British Library, School of Oriental and African Studies (SOAS), kemenag, Perpusnas, dll. Salah satu koleksi dari Perpusnas adalah manuskrip Syair Kumbang dan Melati.
ADVERTISEMENT
Manuskrip Syair Kumbang dan Melati merupakan naskah kuno yang telah didigitalisasikan dan tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Dengan no katalog ID 441801, terdapat 52 halaman dengan ketebalan 16 x 20,5 cm. Ukuran Sampul 16 x 20,5 cm. Blok teks 10 x 15,5 cm, 14 baris/halaman. Naskah ini dalam kondisi kurang baik, ditulis dalam aksara Arab dan berbahasa Melayu. Kertas naskah berwarna kecoklatan dan lapuk, serta berlubang-lubang. Sebagian lembaran naskah terlepas, dan rusak pada sisi lainnya. Naskah ditulis dengan menggunakan tinta yang kini warnanya pudar menjadi coklat. Tulisan pada naskah ini masih jelas terbaca, dan naskah dijilid dengan karton bersampul kertas marmer coklat.
Keunikan dari manuskrip ini yaitu terdapat 2 halaman yang beriluminasi. Warna iluminasinya yaitu merah, kuning, hitam. Terdapat gambar kumbang dan bunga-bunga yang melingkari baris tulisan. Kumbang digambarkan dengan warna kuning, sedangkan bunga berwarna merah. Naskah juga ditulis dalam dua kolom berbingkai. halaman pertama dan kedua hanya 6 baris. Namun, pada halaman selanjutnya terdiri 14 baris.
ADVERTISEMENT
Manuskrip ini berisi tentang Kumbang yang mengejar cinta dan mempersunting Melati. Selain itu perjuangan Kumbang yang menempuh banyak masalah untuk mendapatkan cinta Melati tetapi ditolak. Para tokoh dalam naskah ini adalah Kumbang, Melati, Bunga sakti, Kasturi, Kupu-kupu, Kijang, dan Lipas. Dalam perjuangan mempersunting Melati, Kumbang menemukan berbagai rintangan. Rintangan seperti risau, gelisah, sedih dalam menyimpan cinta.
Stereotip Seorang Perempuan
Menurut Abbate, Boca, Bocchiaro stereotip adalah serangkaian dari bentuk pemikiran yang tersistemasi dalam pengetahuan kepercayaan, dan harapan seseorang mengenai kelompok sosial lainnya. Sehingga pandangan inilah menjadi bentuk penyelarasan atas keberagaman yang bisa diterima ataupun tidak. Jadi, stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu kelompok sosial tertentu.
ADVERTISEMENT
Syair Kumbang dan Melati termasuk karya sastra yang bergendre fabel. Sebuah dongeng sebagai pelipur lara. Kumbang yang disimbolkan seorang laki-laki, dan Melati yang disimbolkan seorang Perempuan. Bunga Melati disimbolkan sebagai perempuan yang paling cantik, indah di muka bumi. Kecantikannya melebihi bunga-bunga yang lain, dan tidak terbayangkan. Melati diartikan sebagai permata, bersahaja, anggun, dan baik hati.
Perempuan memiliki perasaan yang lebih sensitif dibanding laki-laki, penyayang, cantik, lemah lembut, dan sabar. Perempuan lebih mengandalkan perasaan. Pada umumnya perempuan lebih mampu memahami cinta, hubungan, komunikasi, dan bekerja sama dengan pihak lain.
Stereotip perempuan dalam naskah Syair Kumbang dan Melati adalah
“Sungguh pun banyak bunga nan tuan
hanyalah Melati bunga dermawan
putih kuning kilau-kilauan
ADVERTISEMENT
laksana teja disapu awan
tubuhnya persis elok dipandang
putih kuning dadanya bidang
kecil molek sederhana gandang
tiadalah jemu mata memandang
halu manis tiada bertanding
laksana bunga cempaka gading”
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa gambaran seorang perempuan yang disimbolkan Melati. Melati yang merupakan seorang perempuan yang cantik, dermawan, putih, harum, dan tidak bosan untuk dipandang.
“Melati tersenyum manis bersabda
bersabda sambil menyurungkan puan
santaplah sirih saudaraku tuan
janganlah sangat malu maluan
supaya hilang gundah dan rawan”
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Melati seorang yang murah senyum, baik hati kepada orang yang baru dikenalnya. Ia menyajikan makanan atau jamuan kepada tamunya. Sikap tersebut sangat terpuji, menunjukkan bahwa Melati memiliki sopan santun dan patut untuk dicontoh.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Melati memiliki perasaan yang sensitif dan halus, bijaksana, dewasa, dalam menghadapi sesuatu yang menurutnya tidak sesuai dengan nilai etika yang ada. Hal tersebut tercermin dalam kutipan di bawah ini:
“hasratnya hendak berhamba diri
berhamba diri padamu tuan
minta gunakan jadi penakawan
inilah persembahan Kumbang setiawan
tandanya sangat menaruh rawan
melati terkejut serasa bermadah belum
kiriman ini pulangkan bunga
sampaikan pesan daripada anakda
kepada Kumbang perasa yang indah
diharap jangan menaruh duka
bukannya kita tiada suka
di dalam hemat fikir dan sangka
takut badan dapat petaka”
Melati paham akan maksud dari orang suruhan Kumbang. Ia pun terkejut dan merasa kecewa. Lalu Ia meminta orang suruhan Kumbang untuk pulangkan kembali bingkisan yang dibawanya untuk diberikan kepada Kumbang. Melati mengambil sikap seperti itu bukan karena tidak suka dengan bingkisannya, melainkan ia merasa tidak berhak mendapatkan dan menerima barang yang dengan tujuan agar Melati menerima cinta Kumbang dan menjadikannya kekasih. Selain itu, Melati berkata bahwa di dalam melakukan sesuatu sebaiknya harus dipikirkan dengan baik karena ditakutkan adanya musibah atau petaka yang datang pada diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Jadi, gambaran seorang perempuan dalam kutipan-kutipan di atas dapat dijadikan pengetahuan bagi perempuan pada umumnya. Walaupun gambaran orang-orang terhadap perempuan adalah makhluk yang lemah, sensitif, bukan berarti dapat diperlakukan dengan seenaknya oleh laki-laki. Namun, setiap perempuan harus memiliki sikap yang tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan dan dalam menghadapi sesuatu.