Tradisi Tidak Hilang, Hanya Berubah Oleh Pandemi

Nurtati Muharomah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
5 Juni 2020 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurtati Muharomah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber Gambar: 24hoursworship.com
Hari kemenangan telah tiba. Umat muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan bahagia. Setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa. Menahan hawa nafsu dari rasa haus, lapar, amarah, dan mengisinya dengan kegiataan-kegiatan positif seperti tadarus Alquran, salat tarawih, iktikaf di masjid, dan kegiatan positif lainnya.
ADVERTISEMENT
Berbagai perayaan dan tradisi selalu dilakukan dan menjadi ajang silaturahmi antarsesama. Namun, Idulfitri tahun tahun ini memang berbeda, karena adanya virus yang sedang mewabah di dunia, termasuk di Indonesia. Maka, segala tradisi itu berubah, khususnya di wilayah-wilayah zona merah. Taat pada anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing atau jaga jarak sosial.
Tradisi Idulfitri
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V, tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Dalam pengertian lain, tradisi merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Berikut ini beberapa tradisi Idul fitri yang mengalami perubahan di tengah pandemi Covid-19
Takbir Keliling
Takbir keliling merupakan kegiatan yang sangat dinantikan oleh masyarakat dalam meramaikan penyambutan hari raya idulfitri. Dari berbagai lapisan masyarakat turun ke jalan dan turun ke masjid. Takbir keliling biasanya dilakukan dengan berjalan kaki menggemakan takbir sembari menabuh bedug. Selain itu, ada yang melakukannya dengan mengendarai motor dan mobil bak. Namun, takbir keliling tidak bisa dilakukan di idulfitri tahun ini, jadi masyarakat hanya menggemakan takbir di rumah-rumah saja. Menghidupkan malam idulfitri dengan keluarga di rumah.
ADVERTISEMENT
Silaturahmi
Silaturrahmi merupakan anjuran dari Nabi Muhammad Saw bagi umatnya. Silaturahmi memiliki beberapa keutamaan.
Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia melakukan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain memang anjuran dari Nabi, silaturahmi pun sudah menjadi tradisi di Indonesia, khususnya pada hari raya Idulfitri. Bersilaturahmi dengan mengunjungi sanak saudara, tetangga, ataupun dengan organisasi-organisasi yang diikuti.
Perubahan yang terjadi pada masa pandemi ini, silaturahmi dilakukan dengan cara online. Memanfaatkan media teknologi dan informasi membuat silaturahmi tetap bisa terjalin walau hanya bertatap muka via media. Tidak dapat bersua secara langsung, hanya bisa memandang wajah-wajah orang terdekat dan terkasih, dan melihat ekspresi ceria mereka dari kejauhan. Menggunakan berbagai aplikasi seperti WatsApp, zoom, google meet, dan aplikasi lannya, menjadi mudah.
ADVERTISEMENT
Mudik
Mudik sudah menjadi tradisi di Indonesia. Menjadi hal yang wajib dilakukan bagi para perantau untuk pulang kampung. Mengunjungi keluarga, saudara yang sudah lama tak jumpa. Kegiatan mudik menjadi salah satu kegiatan yang dilarang oleh pemerintah. Dikarenakan para pemudik bisa menjadi carrier ke kampung halaman. Terlebih jika di rumah ada orang tua yang sudah lanjut usia, biasanya sudah memiliki riwayat penyakit, tentu sangat rentan untuk terkena virus karena memiliki sistem imun tubuh yang rendah.
Selain itu, karena kegiatan mudik biasanya mengunakan transportasi seperti bus, kereta, pesawat, travel, dikhawatirkan bisa tertular dari orang lain, ataupun dari diri sendiri yang menularkan kepada orang lain. Karena orang yang terkena virus Covid-19 tidak selalu mengalami gejala, dan ini sangat berbahaya, karena secara tidak sadar bisa menularkan virus secara meluas dengan tetap beraktivitas tanpa mengalami gejala-gejala.
ADVERTISEMENT
Berjabat Tangan
Berjabat tangan atau yang biasa kita sebut dengan salam-salaman sudah menjadi tradisi di Idulfitri. Saling meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang telah lalu. Biasanya dilakukan setelah melaksanakan salat id, dilanjutkan dengan berjabat tangan. Selain itu, berjabat tangan selalu dilakukan ketika bersilaturahmi, halalbihalal, ataupun ketika bertemu orang-orang yang dikenal di jalan.
Rasulullah Saw bersabda: Diriwayatkan dari Al-Barra’ dari Azib R.A Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah ada dua orang muslim yang saling bertemu kemudian saling bersalaman kecuali dosa-dosa keduanya diampuni oleh Allah sebelum berpisah.” (H.R. Abu Dawud)
Lalu bagaimana berjabat tangan di tengah pandemi?. Rasanya memang tidak afdhol bila idulfitri tidak ada berjabat tangan. Memang identiknya idulfitri adalah saling bermafaan sambil berjabat tangan. Namun, di tengah pandemi berjabat tangan bisa menimbulkan kekhawatiran, karena ketika dua orang berjabat tangan bisa menempelkan virus, kuman, ataupun bakteri yang ada di tangan.
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi ini ingin menyapa orang lain dan tetap mengantisipasi virus corona bisa merubah gaya jabat tangan dengan gerakan mengatupkan tangan, kemudian bisa dengan lambaian tangan, memberikan senyuman, dan bersalaman tanpa bersentuhan tangan. Akhir-akhir ini muncul tren salam corona. Bentuk bersalamannya yaitu hanya menempelkan siku tangan dengan siku tangan lawan, dengan syarat memakai pakaian panjang. Ada juga salam dengan menempelkan kaki dengan kaki lawan.
Semoga pandemi ini segera berlalu, supaya seluruh aktivitas berjalan normal kembali. Agar tidak menimbulkan rasa kekhawatiran, cemas, ketika ke luar rumah. Semua tentu sudah merindukan aktivitas-aktivitas yang hilang selama pandemi. Marilah sama-sama kita menjaga jarak, mematuhi aturan pemerintah agar memutus rantai penularan Covid-19. Melindungi keluarga untuk tetap di rumah saja. Agar pandemi ini segera selesai dan tuntas.
ADVERTISEMENT