Konten dari Pengguna

Uli dan Semur Daging, Hidangan Tradisi Lebaran Masyarakat Sunda

Nurtati Muharomah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Juni 2020 23:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurtati Muharomah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber Gambar: twitter.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: twitter.com
Pada hari lebaran menjadikan diri kembali suci. Menjadi momentum untuk saling bermaafan, atas segala kekhilafan yang telah dilakukan. Hakikat Idulfitri bukanlah seremonial belaka. Bukan bagi mereka yang memakai pakaian baru di hari lebaran, melainkan bagi mereka yang bertambah ketaatan, keimanan serta ketakwaan atas ibadah yang telah dijalankan melalui ibadah puasa.
ADVERTISEMENT
Di hari lebaran berbagai tradisi selalu dirindukan. Tradisi yang ramai dilakukan yaitu mudik dan bersilaturahmi, mengunjungi sanak saudara, tetangga, dan kolega. Setiap orang yang mudik ke kampung halaman merindukan momen-momen penyambutan hari raya dan berbagai hidangan.
Berbagai hidangan yang disajikan ketika menyambut lebaran seperti kue-kue kering, opor ayam, kentang balado, rendang dan ketupat. Namun, bagi masyarakat Sunda, uli dan semur daging merupakan menu pelengkap Hari Raya yang wajib dihidangkan.
Arti Kata Semur
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V, semur adalah makanan (daging, ayam, hati, jengkol) berkuah yang dibumbui lada, kecap, dsb. Semur merupakan daging yang diolah bersama bumbu rempah-rempah dan kecap menjadikan kuah berwarna coklat.
ADVERTISEMENT
Historis Kata Semur
Dari beberapa literature, semur merupakan hidangan pada masa kolonial Belanda. Semur merupakan kata serapan dari bahasa Belanda “Smoor” yang berarti masakan itu telah direbus dengan bawang dan tomat. Semur dalam bahasa Belanda juga memiliki arti braising yaitu teknik masak dengan pelan-pelan sampai empuk.
Pada zaman Belanda, semur pernah dijadikan sebagai menu utama dalam penjamuan bangsa Belanda. Dalam perjalanan sejarahnya, semur dikembangkan oleh beberapa daerah di Indonesia. Mengolahnya sesuai dengan daerah lokal masing-masing. Melestarikan semur dan tetap mengadopsi resep dari “smoor”.
Semur di Beberapa Daerah
Semur berkembang di beberapa daerah. Hadirlah semur Betawi, Palembang, dan Samarinda. Hal yang membedakan dari ketiganya yaitu dari resep bumbu utamanya dan cara penyajiannya. Resep bumbu semur Betawi terdiri dari 14 bumbu, berbeda dengan semur Palembang dan semur Samarinda yang hanya terdiri dari 11 bumbu.
ADVERTISEMENT
Cara penyajiannya pun berbeda-beda. Di Betawi dan Palembang semur dihidangkan pada saat perayaan idulfitri. Sedangkan di Samarinda, semur dijadikan hidangan pada saat sarapan. Masyarakat Betawi dan Palembang memiliki kesamaan dalam penyajian. Namun, juga memiliki perbedaan dalam pemilihan daging. Masyarakat Betawi menggunakan daging kerbau, sedangkan masyarakat Palembang menggunakan daging sapi.
Uli dan Semur Daging dalam Tradisi Sunda
Uli merupakan makanan ciri khas Jawa Barat, yaitu suku Sunda. Di kalangan masyarakat Sunda, uli dan semur daging merupakan menu yang khas dihidangkan di hari raya. Menjadi menu pelengkap. Kurang afdhol bila lebaran tanpa hidangan tersebut. Hidangan yang sudah menjadi turun temurun.
Seperti yang terjadi pada Ibu tiga anak yang berdomisili Pamulang, mudik ke Bogor. Ketika pulang ke kampung halaman ternyata yang ditanyakan bukan kue-kue kering atau yang lainnya, melainkan uli.
ADVERTISEMENT
"Iya, uli udah kaya ciri khas lebaran. Jadi kalo pulang kampung ga ada uli kaya ada yang kurang aja."
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V, uli adalah penganan yang dibuat dari ketan dan parutan kelapa (sering dimakan bersama dengan tape ketan). Uli yang terbuat dari beras ketan yang sudah direndam selama 1 malam, dikeringkan, kemudian dikukus. Setelah itu dicampurkan dengan kelapa parut yang telah diambil santannya. Diberi air sedikit dan dikukus kembali, setelah itu ditumbuk sampai halus.
Biasanya, uli dinikmati setiap sarapan pagi di hari lebaran. Untuk menambah kenikmatan, uli disajikan dengan digoreng dan dicocol dengan semur daging. Menu yang menjadi santapan hangat keluarga.
Semur memang menjadi makanan khas di hari lebaran. Ada banyak sekali macam-macam semur, berdasarkan bahan-bahan utamanya. Ada semur jengkol, kentang, ayam atau bahkan semur daging sapi. Semur menjadi makanan yang lezat dengan rasa manisnya.
ADVERTISEMENT
Khas lain, yang digunakan dalam semur daging bukan semur pada umumnya. Melainkan semur daging kerbau atau biasa disebut dengan daging ‘kebo’ dan bukan daging sapi. Tadisi hidangan uli dan semur daging menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan. Dalam praktik pembuatannya saling bekerjasama dengan membagi-bagi tugas. Ada yang mendapat tugas nyemur, ada yang tugasnya nguli.
Uli dan semur daging tidak hanya bicara soal cita rasa yang lezat, melainkan mengutamakan kebersamaan. Adanya semangat gotong-royong dalam mengolahnya. Namun, pada masa kini adanya sebuah tantangan untuk masyarakat dengan hadirnya segala sesuatu yang instan dan praktis. Bisa membuat hilangnya tradisi dalam memasak secara bergotong-royong.
Selain kebersamaan dalam mengolahnya, adanya kebersamaan dalam menyantapnya. Satu keluarga berkumpul dalam menyantap uli dan semur daging. Dibumbui dengan obrolan-obrolan, serta candaan bersama keluarga. Membuat kebersamaan semakin erat di hari lebaran. Uli dan semur daging bukan sekadar makanan, melainkan tradisi dan simbol kebersamaan.
ADVERTISEMENT