Konten dari Pengguna

Wajah Pendidikan di Masa Pandemi

Nurtati Muharomah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 Juni 2020 5:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurtati Muharomah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi: www.idntimes.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: www.idntimes.com
Wabah Covid-19 telah mempengaruhi berbagai aktivitas di semua sektor. Mulai dari sektor industri, perekonomian, keagamaan, pendidikan, dll. Taat pada anjuran pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), berdampak pada peralihan semua kegiatan yang harus dilaksanakan dari rumah secara daring (online).
ADVERTISEMENT
Sektor yang sangat terasa perubahannya oleh covid-19 yaitu sektor pendidikan. Di masa pandemi tentunya mengubah pelaksanaan pembelajaran di dunia pendidikan. Dinamika ini terasa oleh guru, siswa, maupun oleh orang tua siswa. Berbagai kendala dan hambatan selama proses pembelajaran pun sangat dirasakan.
Dari sudut pandang guru, merasakan kendala di mana terdapat kesulitan dalam menjelaskan materi. Akhirnya guru membuat tugas lebih banyak untuk siswa. Namun, berujung pada kondisi di mana guru merasa kewalahan dalam mengecek tugas siswa, baik yang berupa file dokumen, foto, atau video.
Dari sudut pandang siswa, merasakan kelelahan dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh semua guru mata pelajaran. Siswa merasa jenuh, dan berdampak pada motivasi belajar siswa yang menurun. Ditambah dengan keadaan murid yang tidak memahami materi, karena guru kurang menjelaskan dengan baik, disebabkan oleh keterbatasan waktu, ataupun dari gangguan koneksi internet yang tidak memadai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang tua siswa turut merasakan dampak sekolah dari rumah. Para orang tua merasa kesulitan ketika membantu anaknya dalam mengerjakan tugas, terlebih bila memiliki anak bayi, atau pun memiliki anak yang sekolah yang jarak usianya tidak jauh membuat rang tua merasa kerepotan.
Di samping itu, tuntutan baru untuk orang tua dalam memfasilitasi anak seperti menyediakan Hp, laptop, dan kuota internet sebagai penunjang sekolah online. Pembelajaran saat ini sangat bergantung pada teknologi. Namun, tidak semuanya memiliki fasilitas yang mumpuni di rumah. Bahkan ada orang tua yang harus rela membeli handphone baru untuk membantu memudahkan pembelajaran Sang anak.
Kondisi ini memang tidak mudah. Tidak semua orang tua berada pada kelas ekonomi menengah ke atas. Bagi sebagian yang merasa ekonominya kurang baik, pandemi ini menjadi beban para orang tua. Di mana mereka harus selalu memfasilitasi kuota internet untuk pembelajaran online.
ADVERTISEMENT
Berbagai aplikasi pun dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, seperti WhatsApp Group, Telegram, Google Classroom, aplikasi virtual tatap muka seperti Google Meet dan Zoom. Untuk di jenjang PAUD, TK, dan SD kebanyakan hanya memanfaatkan media WhatsApp Group. Di mana para orang tua yang menerima informasi tugas dari guru untuk disampaikan dan dikerjakan oleh siswa. Jadi, pembelajaran sepenuhnya dalam pantauan orang tua. Namun, bila sekolah-sekolah yang siswanya berada pada taraf ekonomi menengah atas bisa saja melaksanakan pembelajaran jarak jauh di rumah dengan menggunakan media zoom, google meet.
Kemudian untuk jenjang SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi sudah sangat mandiri, bisa mengoperasikan aplikasi dengan sendiri. Tanpa bantuan orang tua, tugas orang tua di rumah hanya memfasilitasi serta mengontrol agar anaknya melaksanakan pembelajaran dengan baik dan lancar tanpa hambatan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Guru Mensiasati Pembelajaran di Tengah Pandemi?
Pada tanggal 15 Juni 2020, Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) bersama Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bersama, bahwa tahun ajaran baru tahun 2020/2021 akan dimulai bulan Juli 2020. Namun, untuk daerah yang berada pada wilayah zona kuning, oranye, dan merah dilarang untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka di semua satuan pendidikan. Melainkan, tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hanya diperbolehkan bagi wilayah yang berzona hijau untuk melaksanakan pembelajaran secara tatap muka. Namun, tetap ada ketentuan dan protokol kesehatan yang harus dilaksanakan.
Sumber dari data.covid19.go.id menunjukkan bahwa persentase sebesar 94% siswa berada dalam zona kuning, oranye, dan merah (dalam 429 kab/kota), dan hanya 6% peserta didik di zona hijau (dalam 85 kab/kota). Di tengah kondisi seperti ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengajar. Bagaimana caranya mensiasati siswa yang berada dalam perekonomian menengah ke bawah bisa turut melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan agar semua siswa paham akan materi yang diajarkan oleh guru.
ADVERTISEMENT
Di beberapa daerah, sudah banyak ditemukan bahwa guru melakukan pembelajaran secara door to door dari pintu ke pintu. Guru mendatangi rumah siswa, untuk mengajar dan menjelaskan materi, dengan tetap menjaga jarak. Dengan cara seperti ini, bisa menjadi warna baru bagi siswa. Tidak melulu mendengarkan via virtual. Selain itu, cara ini dimaksudkan untuk mengurangi kerumuman yang menjadi potensi penyebaran covid-19.
Cara lainnya yaitu guru bisa mengadakan sesi diskusi atau pun sharing dengan para siswa via WhatsApp Group. Guru mendengarkan keluhan, saran, atau pun mengenai materi yang belum siswa pahami. Menjadi evaluasi untuk guru dalam mengajar agar lebih baik ke depannya.
Di samping itu, untuk meminimalisir penggunaan kuota, guru bisa memberikan materi yang akan dibahas via WhatsApp Group atau Voice note, kemudian siswa diberi waktu untuk membaca dan mendengarkan materi yang telah dikirim. Dilanjut dengan tatap muka virtual, guru menjelaskan dan mempersilakan siswa menanyakan materi yang tidak dipahami.
ADVERTISEMENT
Berbagai cara bisa guru lakukan agar pembelajaran bisa menarik minat siswa. Semua berharap bahwa wabah covid-19 semoga segera berlalu, agar semua bisa berjalan normal kembali tanpa adanya kekhawatiran. Tanpa kita sadari, bila sistem pendidikan secara berkala seperti ini dan kurang maksimal, bisa berdampak pada kualitas pendidikan Indonesia dan kualitas siswa.