Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jarang Dilirik! KKN Undip Ubah Baglog Jamur Afkir Jadi Briket Multifungsi
6 Agustus 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nurul Alya Husin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Diponegoro, sebagai salah satu Universitas Negeri yang menerapkan tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dari sejak lama telah mengandalkan KKN (kuliah kerja nyata) sebagai media untuk mengaplikasikan nilai nilai tersebut. Dengan adanya KKN, sudah sepatutnya mahasiswa yang bersangkutan mengupayakan dirinya untuk mengabdi pada masyarakat dengan berbaur dan berdiskusi untuk memecahkan beberapa permasalahan teknis yang sering dijumpai masyarakat, terutama di desa.
ADVERTISEMENT
Desa Manisharjo terletak di kecamatan Bendosari, kabupaten Sukoharjo. Desa Manisharjo merupakan salah satu tempat pengabdian mahasiswa KKN Undip Tim II tahun 2024. Di desa ini terdapat budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia auricula-judae) milik bapak Imam Haryadi.
“Untuk membudidayakan jamur bisa dibilang tidak terlalu sesulit perkebunan dan persawahan sebab tidak perlu ruang yang luas untuk budidayanya. Jamur dapat dibudidayakan sendiri di rumah dalam ruangan terpisah,” Ucap pak Imam saat kami survey ke lokasi pembudidayaan.
Dalam mengekspansi usahanya, pak Imam juga memproduksi mandiri baglog (media tanam jamur) untuk jamur-jamurnya, bahkan sebagian baglog tersebut dijual lagi ke petani-petani lain.
“Bahan baku utama baglog yakni serbuk gergaji dibeli di industri kayu lalu dicetak sendiri, selain karena lebih hemat, pembuatannya juga sederhana, hanya butuh serbuk gergaji yang dipadatkan dalam kantong plastik dan tutup botol," terang pak Imam.
ADVERTISEMENT
Untuk ketersedian calon jamurnya (mycelium), pak Imam membeli benih awal yang kemudian dikultur sendiri dalam botol botol kaca.
Meskipun telah meraup banyak keuntungan, produk samping dari budidaya jamur tetap tak terelakkan. Produk samping umumnya merupakan limbah yang tak termanfaatkan. Limbah baglog jamur biasanya akan dibuang saat sudah tidak mampu menumbuhkan jamur lagi. Kondisi baglog ini dikatakan telah afkir.
Terkadang, serbuk gergaji dari baglog yang telah afkir dimanfaatkan kembali menjadi baglog baru dengan tambahan separuh serbuk gergaji yang baru. Akan tetapi, cara ini pun jarang menghasilkan jamur sebaik baglog yang masih baru dan fresh. Sehingga baglog-baglog afkir ini dibiarkan menumpuk di pembuangan sampah.
Solusi yang ditawarkan mahasiswa KKN Undip adalah mengonversi limbah baglog menjadi briket. Briket merupakan versi upgrade dari arang biasa karena daya tahan pembakarannya yang lebih lama, bau asap yang lebih harum, dan bara api yang lebih panas. Konversi ini dapat dilakukan sebab bahan dasar briket adalah biomassa apapun di alam yang bisa diubah menjadi arang. Seringnya, orang-orang memanfaatkan tempurung kelapa dan sekam padi saja, padahal serbuk gergaji yang diarangi juga dapat dijadikan briket.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, serbuk gergaji perlu dijemur terlebih dahulu untuk mempersingkat waktu pengarangan. Setelah dijemur seharian, serbuk gergaji ini dibakar hingga menjadi arang. Arang kemudian dicampur dengan tepung tapioka yang dimasak dengan air hingga mengental (aci). Fungsi aci adalah untuk menyatukan serbuk-serbuk arang. Selanjutnya juga ditambahkan molase (tetes tebu) untuk membuat asap briket berbau harum. Setelah semuanya diaduk rata, adonan briket dicetak menjadi balok atau hexagonal untuk kemudian dijemur kembali. Tahapan ini bertujuan untuk memadatkan briket agar tidak mudah tercerai-berai.
Penjelasan dan pelatihan pembuatan briket dilakukan di depan para warga desa Manisharjo dan pemilik budidaya jamur. Warga pun menyambut pelatihan ini dengan antusiasme yang tinggi. Hal ini dibuktikan dalam satu ungkapan dari salah satu warga yang berpartisipasi, yang juga sekaligus ketua RT 2 RW 7 dukuh Tengklik, pak Rohmad Safitri, “Dari awal sosialisasi saat saya dengar akan ada pelatihan pembuatan briket saya sudah sangat tidak sabar untuk ikut serta dan belajar caranya.”
Selain demo, dalam pelatihan ini juga dibagikan leaflet yang berisi info tambahan, alat bahan, dan tutorial. Juga dilakukann sesi tanya jawab dengan para warga apabila ada yang tidak dipahami dari penjelasan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pak Rohmad juga mengungkapkan bahwa beliau sangat tertarik untuk memulai usaha di bidang ini, sebab potensi ekspor briket Indonesia yang sangat tinggi. Terutama karena naiknya permintaan ekspor briket Indonesia yang semakin digemari mancanegara untuk keperluan barbeque, shisa, penghangat ruangan, dan lain lain.