Konten dari Pengguna

Batasan Manusia Ada pada Kepercayaannya

Nurul Amirah Nasution
Hi. Saya seorang mahasiswa dari Politeknik Negeri Jakarta.
17 Juli 2023 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Amirah Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Manusia dengan batasanya. (Foto: Jon Eric Marababol/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Manusia dengan batasanya. (Foto: Jon Eric Marababol/Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita (manusia) terlalu besar hati di antara besarnya benda-benda langit di luar angkasa. Terlalu mendongakkan kepala ke atas sampai lupa kalau kita akan kembali ke bawah tanah. Mungkin kalimat itu sebagai garis batasan untuk diriku saat ini.
ADVERTISEMENT
Dulu dengan egois aku ingin mendapatkan semuanya, aku ingin merasakan semuanya tanpa terkecuali hingga aku tersadar, aku sebagai manusia memiliki batasan dalam bertindak.
Sebagai manusia yang baru hidup sekali dan memang hidup sekali di duni aini, rasa penasaranku lebih luas dari yang ada di Bumi ini. Rasa penasaran terhadap kehidupan malam hari, rasa penasaran dengan kehidupan lain selain di sekitar rumah, rasa penasaran dengan kebudayaan yang bertolak belakang dengan kepercayaanku, dan rasa penasaran lainnya yang seharusnya tidak dirasakan.
Aku sebagai manusia yang memiliki kepercayaan, menjadikan aku sebagai manusia yang memiliki batasan. Walaupun awalnya banyak pertanyaan di kepala, perlahan aku mulai menerima keadaannya.
Rasa penasaran mengenai kehidupan malam tak lagi jadi pikiranku beberapa belakangan ini. Karena nyatanya, aku tidak kuat dengan angin malam. Aku akan masuk angin ketika aku beraktivitas di malam hari.
ADVERTISEMENT
Rasa penasaran mengenai kehidupan lain selain di sekitar rumah pun terjawab. Bahwa tidak semua wilayah memiliki fasilitas yang baik, banyak wilayah yang tidak memiliki lampu bahkan listrik. Dengan hal yang seperti itu, aku sadar bahwa aku tidak dapat tinggal semaunya dimanapun aku mau, karena perbedaan bertahan hidup menjadi salah satu halangan bagiku.
Lalu dengan kebudayaan yang bertentangan dengan kepercayaanku. Rasa penasaran ini menjadi batasan besar dalam bertindak. Walaupun pada awalnya, aku mempertanyakan namun kemudian aku sadar, mana pengetahuan dan mana kepercayaan.
Bulan ramdhan kemarin, menjadi pencarian atas pertanyaan-pertanyaanku selama ini. Berusaha untuk tetap percaya pada kepercayaan yang diwariskan oleh orang tuaku menjadi salah satu bentuk perjalanan dalam hidupku.
Konten Log In pada channel Deddy Corbuzier. (Foto: Screenshot konten Log In)
Dan yang menjadi bagian dari perjalananku adalah sebuah tontonan bulan ramadhan bernama Log In. Tontonan penuh tuntunan tanpa diskriminasi kepercayaan lainnya yang ada di Indonesia, mengajarkanku untuk tetap pada batasan tanpa menghilangkan rasa persahabatan. Cukup mengetahuinya sebagai pengetahuan dan tidak untuk dipercayai sebagai kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Namun perjalanannya baru dimulai ketika ramdhan telah usai, dan Log In pun telah tamat. Dengan penuh keyakinan, berusaha untuk lebih baik tanpa merasa diri sudah jadi baik. Dan yang pasti, rasa penasaran atas batasan-batasan yang diberikan menjadi pagar untuk diri ini tetap pada jalurnya.
Stay halal brother. Kalimat itu mungkin menjadi perumpamaan bagi diri ini yang tetap berusaha berjalan ke arah benar. Tak dipungkiri, tak mengelak, diri ini memang penuh dosa dan kesalahan, tapi diri ini sudah tak lagi berusaha melewati batas seharusnya.
Dan diri ini sangat berutang budi kepada konten penuh tuntunan Log In. Melaluinya, aku bukan menjadi manusia arogan yang selalu menginginkan sesuatu tetap terjadi dan akan terwujud sesuai keinginanku.
Ilustrasi kebebasan. (Foto: Kal Visuals/Unsplas)
Hal yang perlu aku sadari lainnya adalah aku tidak lagi merasakan gelisah dalam kehidupanku. Dulu, ketika aku selalu penasaran pada setiap hal, aku merasakan gelisah karena tidak mendapatkan jawaban-jawaban dari rasa penasaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, sekarang aku merasa damai dengan diriku sendiri. Tidak ada lagi kegelisahan atas rasa penasaran tersebut. Bahkan aku merasa terjaga atas batasan-batasan yang ada dalam hidupku. Batasan-batasan yang ada menjadi pagar bagi diriku agar aku tidak jatuh ke jurang yang menyesatkan.