Bundaran HI Bukan Lambang Illuminati

Nurul Amirah Nasution
Hi. Saya seorang mahasiswa dari Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
1 Agustus 2023 11:18 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Amirah Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bundaran Hotel Indonesia (Foto: Gigih Persada Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Bundaran Hotel Indonesia (Foto: Gigih Persada Putra)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bundaran Hotel Indonesia (HI) terletak di pusat kota Jakarta di antara jalan-jalan protokol, yaitu di antara Jalan MH Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Bundaran HI dengan patung selamat datangnya yang begitu megah menjadi daya tarik banyak orang untuk berkunjung dan sekedar berfoto di depan air mancurnya. Lokasi ini secara tak langsung telah menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat Jakarta.
Salah satu bangunan bersejarah yang ada di Jakarta adalah Monumen Selamat Datang. Monumen ini tepat berada di tengah Bundaran Hotel Indonesia. Monumen ini berupa dua bangunan tiang tinggi dengan sepasang laki-laki dan perempuan di puncak atas yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan.
Perlu diketahui, tujuan awal pembangunan Monumen Selamat Datang ini adalah untuk menyambut para kontingen dan tamu kenegaraan saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 pada tahun 1962. Gagasan pembangunan monumen ini berasal dari presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Kemudian, rancangan awal dikerjakan oleh Henk Ngantung yang saat itu juga menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Patung ini dirancang setinggi 5 meter, dari kepala hingga kaki patung. Secara keseluruhan, dari kaki hingga tangan yang melambai setinggi 7 meter. Patung yang menghadap ke utara Kota Jakarta melambangkan sebagai tanda sambutan tamu dari arah Monas yang akan menuju ke Gelora Bung Karno (GBK) tempat Asian Games berlangsung pada saat itu.
Meskipun rancangan awal dibuat oleh Henk Ngantung, namun patung monumen selamat datang dibuat dan dirampungkan oleh tim pematung yang berasal dari Karangwuni, Kulon Progo, Yogyakarta, yaitu tim pematung Keluarga Arca yang dipimpin oleh Edhi Sunarso. Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar 1 tahun.
Lalu, pada 17 Agustus 1961 Monumen Selamat Datang diletakkan di kolam bundar dekat Hotel Indonesia yang saat itu menjadi tempat singgah bagi atlet dan kontingen Asian Games 1962.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2002, Bundaran HI mengalami renovasi yang diinisiasi oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Sutiyoso. Renovasi tersebut meliputi penambahan 5 formasi air mancur yang memiliki arti begitu dalam. Mulai dari lima ucapan salam, lima wilayah Jakarta, dan lima yang menggambarkan sila Pancasila. Kemudian agar terlihat lebih modern ditambah juga air mancur, desain kolam baru, dan pencahayaan yang lebih futuristik.

Konspirasi Bundaran HI

Bundaran HI dilihat dari atas. (Foto: Rifki Kurniawan/Unsplash)
Namun, terlepas dari sejarah Bundaran HI dan Monumen Selamat Datang yang tercatat dengan rapi, ada sebuah rahasia yang dibiarkan tersebar luas dengan sendirinya. Yaitu, Bundaran HI yang digadang-gadang memiliki pesan terselubung dari Freemason dan gerakan illuminati.
Freemason sendiri adalah sebuah organisasi tertutup dan ketat dalam penerimaan anggota barunya. Organisasi ini, mengambil banyak kebudayaan dan terkenal dengan menyimpan pesan-pesan lewat simbol. Di Indonesia, gerakan Freemason sudah resmi dihapuskan pada tahun 1961.
Ilustrasi lambang illuminati. (Foto: Freepik)
Menurut isu yang beredar, pesan tersembunyi pada Bundaran HI adalah simbol yang menyerupai mata satu jika dilihat dari atas. Lingkaran air mancur di tengah bundaran terlihat seperti kornea mata, dan jalur jalan yang mengelilingi bundaran menunjukkan alis dan bagian bawah mata.
ADVERTISEMENT
Konspirasi ini juga disampaikan pada buku The Jacatra Secret karangan Rizky Ridyasmara. Dalam buku tersebut terdapat narasi, “tahukah Anda jika renovasi Air Mancur bundaran Hotel Indonesia di tahun 2001 sarat dengan simbolisme Kabbalah (yang merupakan campuran antara ilmu perbintangan, ilmu sihir zaman Firaun dan Raja Namrud, dan paganisme lainnya) dimana proyeknya mengambil tema sentral “Cahaya” atau “Illuminati“?
Bundaran Air Mancur Hotel Indonesia yang telah direnovasi dengan tema sentral CAHAYA (Lucifer). Dari atas terlihat bagai sebuah mata (Horus) di pusat Ibu kota.” Tetapi, menurut Reyhan Biadilla seorang sejarawan yang mendalami sejarah Freemason, semua itu hanya sebuah cocoklogi saja dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
“Itu jadi suatu konspirasi, bisa dibilang cocoklogi si penulis. Meskipun memang ada kecocokan di beberapa sisi sampai saat ini belum ada bukti yang kuat untuk membenarkan hal itu, jadi kita ga bisa bilang itu sebagai simbol Freemason,” kata Reyhan saat diwawancarai tim redaksi Intoo.
ADVERTISEMENT

Tempat Wisata

Bundaran HI tampak dari dekat. (Foto: Muhammad Syafi Al - adam/Unsplash)
Seiring tatanan kota Jakarta yang semakin baik dan maju, Bundaran HI menjadi salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat baik dari Jakarta, luar Jakarta, atau bahkan luar negeri. Di sini masyarakat bisa menikmati langit biru yang membentang indah dengan pemandangan lalu lintas di sekitarnya.
Bundaran HI juga menjadi salah satu tempat singgah yang cocok untuk kamu yang ingin melepas penat. Kamu bisa duduk di tepi kolam sambil menikmati pertunjukkan air mancur yang menari-nari. Dan kamu juga bisa menemukan berbagai aktivitas sosial masyarakat Jakarta di sekitar Bundaran HI.
Selanjutnya, tak lain dan tak bukan, Bundaran HI telah menjelma sebagai sebagai spot foto yang menarik. Dengan Patung yang membentang gagah tentu semakin menambah keindahan Bundaran HI sebagai sebuah spot foto. Ditambah dengan air mancur yang memancar tanpa henti. Polanya yang kerap berubah, menambah keindahan dari pemandangan Bundaran HI.
ADVERTISEMENT
Selain itu Bundaran HI juga digunakan sebagai arena olahraga, seperti jogging, jalan santai, dan bersepeda. Setiap hari minggu area sekitaran Bundaran HI selalu ramai oleh pengunjung yang ingin berolahraga atau sekedar wisata kuliner dan berfoto.
Pada waktu malam hari pun Bundaran HI masih sangat cantik untuk dinikmati. Hal itu karena sorotan lampu warna-warni membuat tempat ini begitu indah dengan menghadirkan cahaya yang spektakuler. Pemandangan semakin indah dengan gemerlap lampu dari gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya.
Kini, Bundaran HI juga memiliki skydeck view yang dibagung di Halte Transjakarta Bundaran HI. Tempat yang menyerupai kapal laut itu menjadi salah satu lokasi foto baru favorit bagi warga ibu kota. Dengan naik ke lantai dua, kamu bisa berfoto dengan latar belakang Bundaran HI dan Patung Selamat Datang yang ikonik.
ADVERTISEMENT

Yuk ke Bundaran HI

Sejumlah kendaraan bermotor melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta. Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Bagi para wisatawan yang ingin ke Bundaran HI dan Monumen Selamat Datang dengan kendaraan pribadi tak perlu khawatir. Ada banyak pilihan rute yang bisa wisatawan pilih untuk ke Bundaran HI dan monumen ini. Rutenya antara lain, via Jalan Imam Bonjol, Jalan Prof. Moh. Yamin, atau Jalan Sultan Agung. Ketiga rute itu hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.
Bagi wisatawan yang mau menggunakan transportasi umum juga tak perlu khawatir karena terdapat banyak pilihan transportasi yang bisa digunakan. Wisatawan bisa menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) dengan tujuan Stasiun Jakarta Kota dan turun di Stasiun Gondangdia, lalu cukup berjalan sekitar 30 menit. Rute lainnya bisa dengan transit di Stasiun Manggarai dan turun di Stasiun Sudirman, lalu cukup berjalan sekitar 10 menit.
ADVERTISEMENT
Transportasi umum lainnya yang bisa digunakan adalah, Transjakarta. Wisatawan bisa menggunakan transportasi tersebut dengan tujuan Halte Bundaran HI. Hal yang sama berlaku juga untuk wisatawan yang tertarik menggunakan Mass Rapid Transit (MRT).
Hal lain yang perlu diketahui adalah Bundaran HI dan Monumen Selamat Datang tidak memiliki tiket masuk. Selain itu, Bundaran HI juga tidak memiliki jam operasional, jadi wisatawan bisa bebas datang kapan pun. (NAN)