Konten dari Pengguna

Pendidikan Sosial Emosional: Fondasi Kesehatan Mental dan Kemandirian Anak

Nurul Aullya
Mahasiswa Penddikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sriwijaya
2 Oktober 2024 9:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Aullya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi asli penulis saat melakukan observasi di SD Negeri 02 Indralaya Utara
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi asli penulis saat melakukan observasi di SD Negeri 02 Indralaya Utara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan sosial emosional (PSE) semakin menjadi fokus utama di dunia pendidikan, termasuk di Indonesia. PSE bertujuan untuk membantu anak-anak mengelola emosi, membangun hubungan sehat, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dalam era di mana kesehatan mental anak semakin terancam, PSE dianggap sebagai solusi penting untuk mendukung perkembangan holistik mereka.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), satu dari tujuh anak di dunia mengalami gangguan mental. Di Indonesia, data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental pada remaja mencapai 9,8%. Hal ini menunjukkan urgensi untuk mengintegrasikan PSE ke dalam kurikulum pendidikan, guna mencegah masalah kesehatan mental yang lebih serius di masa depan.
Penelitian oleh Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) menunjukkan bahwa program PSE tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan mental, tetapi juga dapat meningkatkan kinerja akademik hingga 11%. Anak-anak yang terlibat dalam program PSE cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan lebih sedikit terlibat dalam perilaku berisiko. Dalam konteks global, lebih dari 90 negara telah mengadopsi PSE dalam kurikulum mereka, menggarisbawahi pengakuan universal terhadap pentingnya pendidikan ini.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mulai mengintegrasikan PSE ke dalam kurikulum. Namun, tantangan seperti kurangnya pelatihan bagi guru dan sumber daya yang memadai masih menjadi kendala. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan PSE sangat penting. Salah satunya adalah memberikan pelatihan khusus bagi guru agar mereka lebih siap dalam mengajarkan keterampilan sosial emosional di kelas.
Keterlibatan orang tua juga sangat penting. Program yang melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang fokus pada pengembangan sosial emosional, seperti klub debat, seni, dan olahraga, dapat memperkuat keterampilan interpersonal siswa.
Secara keseluruhan, pendidikan sosial emosional bukan hanya tambahan dalam kurikulum, melainkan kebutuhan mendasar untuk mendukung kesehatan mental dan perkembangan anak. Dengan data yang menunjukkan dampak positif dari PSE, penting bagi semua pihak guru, orang tua, dan pemerintah untuk bekerja sama dalam implementasinya. Membangun generasi yang sehat secara emosional dan sosial akan menghasilkan masyarakat yang lebih kuat dan sejahtera di masa depan.
ADVERTISEMENT
Penulis :