news-card-video
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Pembelajaran Jarak Jauh Bagai Belenggu Jeruji Besi Dalam Pandangan Ivan Illich

Nurul Fitriana Eka Putri
Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, Pendidikan Sosiologi
9 Januari 2021 5:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Fitriana Eka Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Negara lain sedang di landa musibah besar atau yang sering kita sebut dengan pandemi, yaitu munculnya wabah virus berbahaya yang menyerang manusia di penjuru dunia atau biasa kita kenal dengan pandemi Covid-19. (World Health Organization : 2020) Mengatakan bahwa virus ini dinamakan Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV 2). Virus yang menyerang manusia melalui saluran pernafasan, penularannya pun sangat rentan melalui kontak fisik serta droplet udara.
ADVERTISEMENT
Marak dan cepat nya penyebaran virus Covid tersebut membuat seluruh masyarakat harus selalu waspada, dan pemerintah menetapkan aturan agar seluruh kegiatan dilakukan di rumah dan juga mengeluarkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pandemi Covid ini sangat berdampak dan berpengaruh dalam berbagai aspek mulai dari aspek sosial, ekonomi, dan terlebih lagi yaitu aspek pendidikan.
Dampak yang diberikan dengan masuknya virus ini ke Indonesia dalam bidang pendidikan begitu terasa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Terulis pada surat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) Direktorat Pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020 yang berisikan pencegahan penyebaran virus Covid-19 di dunia pendidikan. Dalam surat kementrian tersebut pemerintah menginstruksikan agar penyelenggaraan proses kegiatan belajar mengajar dilakukan dirumah masing-masing dengan sistem daring atau yang kita kenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sehingga pada awal bulan Maret 2020 seluruh institusi pendidikan baik Kampus, TK,SD,SMP, dan SMA mengubah sistem pembelajaran menjadi daring. Pembelajaran jarak jauh ini dilakukan secara daring dengan memanfaatkan berbagai teknologi dan platform pembelajaran seperti Zoom Meeting, Google Classroom, Whastsapp Group dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dengan berjalannya pembelajaran jarak jauh ini banyak menimbulkan berbagai permasalahan yang dapat dirasa oleh pendidik, siswa, dan juga mahasiswa. Mulai dari permasalahan biaya kuota internet, sulitnya mendapatkan sinyal yang baik, sulit memahami materi, dan terlebih lagi banyak menimbulkan ketimpangan-ketimpangan bagi masyarakat yang ekonomi nya rendah. Seperti tidak ada sarana prasarana yang mendukung seperti handphone, dan juga laptop. Juga masih sering ditemukan kendala pada pendidik yang masih gagap teknologi (gaptek) yang menyebabkan kurang efektifnya pengembangan metode pembelajaran secara daring.
Menurut Purwanto, et al (2020) pelajar, siswa, bahkan mahasiswa tidak ada yang terbiasa dengan sistem pembelajaran online atau daring. Dari segi tenaga pendidik dan murid memerlukan proses penyesuaian diri atau adaptasi untuk menjalani sistem pembelajaran yang baru. Pembelajaran daring ini sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka sehingga banyak terdapat kesulitan yang ditemui oleh mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran jarak jauh. Terlebih lagi terbatasnya interaksi antar mahasiswa dan dosen yang membuat terbatasnya ruang berfikir, bernalar serta minimnya ruang untuk berdiskusi. Menurut Moore (dalam Padmo, Sinar & Belawati, 2004) membagi tiga jenis yang sangat esensial mengenai interaksi dalam pendidikan jarak jauh yakni interaksi mahasiswa dengan bahan ajar, mahasiswa dengan dosen, dan mahasiswa dengan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Menurut Ivan Illich pendidikan atau sekolah berlangsung secara dehumanisasi yakni pengikisan martabat kemanusiaan. Dimana pendidikan yang seharusnya menyatarakan dan menyejahterakan malahan membunuh segala kehendak atau kebebasan siswa. Dengan legitimasi nya pendidikan memiliki peraturan yang ketat, mengekang, dan menyebutkan bahwa tujuan belajar telah mengekang kebebasan. Dengan melihat konteks masalah ini Illich beranggapan bahwa sekolah semestinya dikurangi perannya sebagai lembaga pendidikan atau bahkan membubarkan sekolah (Deschooling Society). Jika dilihat dari keterkaitan pembelajaran jarak jauh dengan pemikiran Ivan Illich yakni, ia ingin mewujudkan masyarakat tanpa sekolah. Yang dimana belajar dapat dilakukan dimana saja bukan hanya di sekolah, misalnya dapat dilakukan di masyarakat, lingkungan dan alam. Dalam pembelajaran jarak jauh sudah mewujudkan bahwa pembelajaran dapat terlaksana bukan hanya disekolah saja sebab segala bentuk kegiatan pembelajaran pun dilakukan dirumah bukan sekolah. PJJ ini sudah menerapkan sepadan dengan pemikiran Ivan Illich bahwa pembelajaran juga dapat terlaksana dan berjalan walau tidak berlangsung diruang kelas, dan duduk diam memperhatikan guru atau dosen. Meskipun begitu PJJ ini masih menjadi polemik yang banyak dibahas sebab memunculkan perasaan dilema karena pengimpelementasian PJJ ini cukup efektif untuk meminimalisirkan penyebaran virus, namun kurang efektif karena banyak menimbulkan permasalahan dan ketimpangan. Permasalahan dimana guru dan dosen sebagai tenaga pendidik yang memiliki otorisasi memberikan tugas yang banyak dengan minimnya transfer ilmu sehingga berdampak pada penundaan tugas atau melalaikan segala bentuk pekerjaan rumah.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran jarak jauh dikatakan sebagai pendidikan dalam belenggu jeruji besi karena, dalam sistem pembelajaran jarak jauh ini bersifat satu arah yang dimana guru sebagai peran aktif, dan murid sebagai objek pasif yang penurut atas dominasi dan legitimasi dari peran guru untuk menjalankan segala perintah dan arahan guru. Yang dimana dalam sistem pembelajaran ini pendidikan hanyalah belenggu sebab guru hanya memberikan informasi yang harus ditelan, diingat, dan dihafalkan tanpa memastikan apakah murid benar memahaminya atau tidak. Pendidikan yang seperti ini hanya akan mengurangi dan menghapus daya kreasi siswa, serta mematikan kemampuan berfikir kritis. Matinya daya kreasi dan daya kritis itulah yang menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan siswa. Sehingga hanya membentuk siswa yang penakut untuk berbicara, berpendapat, menjadi pasif serta jauh dari pemikiran yang kritis.
ADVERTISEMENT
(Ivan Illich, 1971 : 116) mengatakan bahwa sekolah merupakan belenggu jeruji besi yang menghalangi segala bentuk kebebasan Individu. Menurut Ilich juga sistem pendidikan harus bertujuan untuk menjamin kebebasan seseorang untuk mendapatkan ilmu serta berbagai sumber belajar. Dalam pemikiran Illich hall tersebut dapat kita ulas kembali pada pembelajaran jarak jauh yang sedang kita tempuh ini tidak membentuk kebebasan mulai dari kebebasan berfikir, berpendapat, dan berinteraksi. Yang dimana segala tindakan tersebut menjadi terbatas karena keterbatasan akses teknologi, yang seharusnya dapat menjangkau segala bentuk komunikasi dan infomasi namun malah banyak menciptakan bentuk permasalahan mulai dari sulitnya sinyal, keterbatasan waktu diplatform pembelajaran, serta menciptakan bentuk pembelajaran yang sifatnya satu arah, dosen menerangkan, dan mahasiswa mendengarkan. Hanya saja, kebebasan dalam PJJ ini dimana peserta didik dapat mencari sumber refrensi yang mengkontruksi daya fikir namun bergantung pada teknologi. Ditakutkan terolahnya daya fikir peserta didik hanya dari sumber bacaan atau sumber belajar yang mereka pelajari, namun sesungguhnya daya fikir kritis atau daya nalar nyata mereka tidak terbentuk.
ADVERTISEMENT
(Ivan Illich, 1971 : 138) berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan adalah kebebasan. Yang dimana sekolah harus dapat menyadarkan sikap pemikiran kritis yang dibangun melalui debat, diskusi, dan kerjasama. Namun dalam PJJ hal tersebut menjadi sangat minim karena keterbatasan ruang interaksi antara dosen dan mahasiswa. Karena dikatakan belenggu maka sekolah harus menciptakan kebebasan daya kreasi dan pemikiran kritis “karena kebebasanlah disana siswa akan berfikir”.
Kesimpulan dan Saran
Yang dapat saya simpulkan dari pembahasan Sekolah Bagai Belenggu Jeruji Besi Dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi dengan Pandangan Ivan Illich ini dimana PJJ masih belum cukup untuk mewujudkan pembelajaran yang membebaskan serta membangun daya fikir yang kritis untuk menciptakan peserta didik yang berani berbicara, berpendapat, menanggai, serta aktif dan interaktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan interaksi dengan lingkungan pembelajaran. Serta PJJ yang mengandalkan kemajuan teknologi membatasi interaksi sehingga mencerminkan metode pembelajaran yang satu arah dimana guru sebagai peran aktif, dan murid sebagai objek pasif yang penurut atas dominasi dan legitimasi dari peran guru untuk menjalankan segala perintah dan arahan guru. Yang dimana dalam sistem pembelajaran ini pendidikan hanyalah belenggu sebab guru hanya memberikan informasi yang harus ditelan, diingat, dan dihafalkan tanpa memastikan apakah murid benar memahaminya atau tidak. Diharapkan dengan berlangsungnya PJJ yang cukup lama ini, dapat mengembangkan metode pembelajaran yang lebih efektif, interaktif agar tujuan pembelajaran yang membebaskan dapat terwujud.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Baharudin. 2014. Gagasan Ivan Illich dalam Buku Deschooling Society”Terampil, 2 Januari 2014
Illich, Ivan.1971. Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah. Diterjemahkan : Sonny Keraf. 2000. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Hidayat, Rakhmat. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta : Rajawali Pers
Jurnal :
Bayu Niken. 2020. Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi Covid-19 terhadap Mahasiswa Indonesia. Universitas Sebelas Maret. PLACENTUM : Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya. Vol 8 (2)(2020)
Giri, Anggy. 2020. Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT Cendekia Purwakarta. Jurnal Pendidikan Dasar.
Mu’ammar,M.A. 2016. Gagasan Pendidikan Ivan Illich (Sebuah Analisis Kritis) At-Ta’dib, 3(2).
Purnama Syska dkk. 2020. Resiliensi Mahasiswa dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 dan Implikasinya terhadap Proses Pembelajaran. Sumatera Selatan : Universitas PGRI Palembang. Indonesian Journal of Guidance and cOunseling 9(1)(2020) 17-22
ADVERTISEMENT
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) Direktorat Pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020. Diakses online pada tanggal 1 Januari 2020 pgdikmen.kemdikbud.go.id