Konten dari Pengguna

Aksi Kamisan: Semangat Membara Menuntut Keadilan yang Tak Kunjung Padam

Nurul Fitriana Hidayah
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
2 Juni 2024 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Fitriana Hidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.canva.com/p/askingstudio/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.canva.com/p/askingstudio/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aksi Kamisan, aksi berdiam diri yang dilakukan setiap hari Kamis oleh keluarga korban penculikan dan pembunuhan aktivis 1998, masih terus menggema hingga saat ini. Setiap hari Kamis, mereka berkumpul di depan Istana Merdeka, Jakarta, menuntut penyelesaian kasus pelanggaran HAM tersebut. Meski sudah lebih dari 20 tahun, lebih dari 800 kali aksi dilakukan, semangat aksi ini tidak pernah padam, menunjukkan luka akibat pelanggaran HAM itu masih belum terobati.
ADVERTISEMENT
Menurut Suryanto (2019) dalam jurnal Masyarakat Indonesia "Kamisan: Aksi Publik untuk Memperjuangkan Keadilan dan Demokrasi" (Volume 12, Nomor 1, 2019) Kamisan bukan hanya aksi menuntut keadilan, tetapi juga menjadi ruang publik untuk mengkritik pemerintah dan memperjuangkan demokrasi. Aksi ini memungkinkan masyarakat untuk menyuarakan kekecewaan terhadap pemerintah yang dianggap abai dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Aksi ini juga menggambarkan keteguhan hati para keluarga korban yang terus berjuang tanpa lelah, mengingatkan kita bahwa perlawanan masyarakat dapat mengambil bentuk damai namun tetap memiliki makna yang mendalam.
Kamisan juga telah menginspirasi gerakan serupa di berbagai daerah di Indonesia. Di Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lainnya, kita bisa melihat aksi serupa di mana masyarakat setempat turut berdiri dalam diam, menuntut keadilan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan menuntut keadilan atas pelanggaran HAM masa lalu bukan hanya milik segelintir orang, tetapi telah menjadi gerakan yang melibatkan berbagai kalangan masyarakat. Solidaritas ini memperlihatkan bahwa semangat perjuangan bisa menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dalam satu tujuan bersama yaitu keadilan dan penegakan HAM.
ADVERTISEMENT
Meskipun Kamisan telah mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat, perjuangan mereka masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Pemerintah masih terkesan lamban dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM ini. Seringkali, komitmen politik yang seharusnya kuat malah terkesan setengah hati, dengan berbagai janji yang tidak ditepati. Para aktivis dan keluarga korban terus mendorong agar ada langkah yang jelas dari pihak berwenang. Namun, realitas politik yang kompleks sering kali menjadi hambatan dalam proses penegakan keadilan ini.
Diperlukan komitmen politik yang kuat dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus ini. Selain itu, penting juga untuk membangun mekanisme pencegahan pelanggaran HAM agar tragedi serupa tidak terulang kembali. Langkah-langkah seperti pendidikan HAM di sekolah, peningkatan kesadaran masyarakat, dan reformasi institusi penegak hukum harus menjadi prioritas. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa masa depan Indonesia akan lebih cerah, bebas dari bayang-bayang kelam pelanggaran HAM.
ADVERTISEMENT
Kamisan menjadi pengingat perjuangan untuk keadilan dan demokrasi harus terus dilakukan. Semangat ini harus dijaga dan ditularkan ke generasi muda agar sejarah kelam bangsa tidak dilupakan dan masa depan yang lebih adil dapat diwujudkan.