ITS, Solusi Kemacetan Ala Jepang yang Akan Diuji Coba di Pekalongan

19 Juli 2017 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CCTV Commuter Control Room (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CCTV Commuter Control Room (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Kongres Teknologi Nasional 2017 menawarkan teknologi "Intelligent Transportation System" (ITS) untuk mengurangi kemacetan lalu lintas perkotaan.
ADVERTISEMENT
"Rekomendasi yang dikeluarkan untuk mengatasi kemacetan adalah dengan 'Intelligent Transportation System' seperti yang sudah digunakan Jepang. Kita uji di Pekalongan nanti," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Wahyu Widodo Pandoe saat menyampaikan rekomendasi bidang teknologi transportasi pada penutupan Kongres Teknologi Nasional 2017 di Jakarta, Rabu (19/7), seperti dilansir Antara.
Teknologi ini, menurut Wahyu, mirip seperti Google Map, yang jika digunakan pengendara dapat berfungsi untuk mengantisipasi jebakan kemacetan.
Menurut Wahyu, kebijakan transportasi perkotaan yang tepat ditujukan untuk menata kebijakan mengatasi kemacetan dengan meningkatkan mode berbagi angkutan umum pada 2025 sebesar 30 persen. Dia meyakini target tersebut dapat tercapai dengan segera beroperasinya transportasi massal seperti MRT, LRT, commuter line, dan BRT.
ADVERTISEMENT
Transportasi massal itu juga mampu mengurangi emisi gas buang kendaraan di perkotaan, dengan prioritas dilakukan riset dan pengembangan (risbang) teknologi kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan berbasis bahan bakar "green diesel", "green gasoline", hibrid, listrik, teknologi gas dan biofuel.
"Bagaimanapun Indonesia tidak bisa mundur dari 'Paris Agreement'. Maka target penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26 persen di 2020 harusnya mempercepat upaya-upaya menekan emisi salah satunya dengan membenahi transportasi perkotaan," ujar Wahyu.
Sekilas tentang ITS
Indonesia telah menjajaki pemanfaatan ITS versi Jepang sejak beberapa tahun silam. Pada 2012, Kemenhub menggelar seminar tentang ITS bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Teknologi ITS ini diklaim memicu efisiensi penggunaan jalan hingga naik 10%, mengurangi energi terbuang 30%, mengurangi waktu perjalanan 15%, dan mengurangi polusi hingga 30%. Namun masalahnya, biaya untuk pemasangan alat ITS ini sangat mahal.
ADVERTISEMENT
Jepang sendiri telah memakai teknologi ITS sejak 1973 dimulai dengan membangun pusat kontrol lalu lintas di Metropolitan Expressway. Semakin waktu berkembang, sedikitnya ada tiga servis dasar yang dilakukan dalam ITS yakni panduan rute dinamis, dukungan keselamatan pengemudi di jalan raya melalui vehicle information and communication system (VICS) dan electronic toll collection system (ETC).
ITS akan menyediakan data jalan yang dikumpulkan langsung dari berbagai sensor jalan administrator baik melalui detektor kendaraan, kamera CCTV, anemometer, telepon darurat, dan mobil patroli.