Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
‘Kids Jaman Now’ Viral, Fenomena Apa Itu?
20 Oktober 2017 11:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Zaman berganti, bahasa gaul (slang) juga bertransformasi. Bahasa gaul yang populer saat ini adalah kids jaman now, tercyduk, salfok (salah fokus), kuy (yuk), sabi (bisa), dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Badan Bahasa -- lembaga di bawah Kemendikbud yang bertugas mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa Indonesia -- memandang fenomena ini?
“Kids jaman now viral? Fenomena apa itu? Dalam pandangan saya, itu merupakan fenomena “mencari perhatian” alias “caper”,” tutur Mustakim, Kepala Pemasyarakatan Bahasa pada Badan Bahasa, dalam perbincangan dengan kumparan (kumparan.com), Jumat (20/10).
Mustakim menjelaskan, upaya mencari perhatian biasanya dilakukan dengan cara yang unik dan tidak lazim agar menarik perhatian orang lain. Cara yang unik dan tidak lazim itu tampak dari penggunaan kata atau ungkapan yang tidak biasa, misalnya dengan mencampuradukkan penggunaan bahasa, menyingkat kata, mengganti huruf dengan angka yang mirip, atau cara-cara unik yang lain.
“Cara-cara yang unik dan tidak lazim itu dilakukan dalam rangka mencari identitas, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompok sosialnya,” beber Mustakim.
ADVERTISEMENT
Mustakim mengungkapkan, fenomena penggunaan bahasa semacam itu lazim pula dilakukan untuk menandai kelompok sosial tertentu, terutama kelompok remaja, untuk menunjukkan identitasnya. “Cara seperti itu tidak hanya terjadi pada saat ini, tetapi telah muncul pula sejak tahun 1970-an,” ungkapnya.
Badan Bahasa yang bertugas membina bahasa Indonesia tidak merasa terancam dengan fenomena kebahasaan ala anak muda itu.
“Fenomena semacam itu tidak mengancam keberadaan bahasa Indonesia yang sudah mapan karena "bahasa" seperti itu hanya ada pada masa tertentu dan digunakan oleh kelompok tertentu,” kata Mustakim.
Apalagi, kata Mustakim, penggunaannya pun terbatas pada ranah pergaulan. Kalau penggunanya tidak sedang dalam ranah pergaulan, katakanlah ketika dirinya menjadi pelajar dan sedang mengerjakan tugas sekolah atau membuat laporan kegiatan, cara berbahasa seperti itu juga otomatis ia tinggalkan.
ADVERTISEMENT
“Artinya, sifat bahasa seperti itu hanya sementara dan hanya pada masa tertentu,” ungkapnya.
Menurut bahasa Indonesia yang baik dan benar, tentu kids jaman now tidak sesuai kaidah. Menurut Mustakim, slang memang punya kaidahnya sendiri sesuai dengan ranah pergaulan, alias tidak terikat dengan aturan baku kebahasaan.
“Namun, kalau digunakan dalam ranah yang pendidikan, misalnya, atau ranah formal yang lain, tentu harus disesuaikan. Untuk “kids jaman now”, misalnya, dalam ranah formal dapat kita gunakan ungkapan “anak-anak zaman sekarang”,” jelas Mustakim.
Wali Kota Jaman Now
Kids jaman now tidak hanya digunakan oleh anak-anak muda, tapi oleh mereka yang juga berjiwa muda, termasuk pejabat publik sekali pun. Misalnya saja, Wali Kota Ridwan Kamil. Dalam berbagai postingannya di Instagram, tak jarang Ridwan Kamil mengadopsi popularitas "kids jaman now" dengan membuat variasinya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Ridwan menyebut dirinya sebagai "daddy jaman now" saat merapikan rambut anak sulungnya. Atau "bedah jaman now" saat dia memosting sebuah foto seseorang yang main ponsel padahal sedang menjalani operasi pembedahan, atau "mom jaman now" untuk menggambarkan seorang ibu warga Garut yang menyimpan ponselnya di kerudung.
Ridwan Kamil memang salah satu "wali kota jaman now" yang dimiliki Indonesia.