Menilik Kesuksesan Restorasi Gambut Indonesia

Nurul Ihsan Fawzi
Peneliti di Tay Juhana Foundation.
Konten dari Pengguna
30 September 2021 14:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Ihsan Fawzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertanian di lahan gambut yang berkelanjutan berkontribusi terhadap restorasi gambut dan kesejahteraan masyarakat. Foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pertanian di lahan gambut yang berkelanjutan berkontribusi terhadap restorasi gambut dan kesejahteraan masyarakat. Foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata "restorasi" dalam restorasi gambut menggambarkan proses mengembalikan kondisi semula sebelum gambut dinyatakan rusak. Kita sebagai orang awam pasti mengasosiasikan restorasi gambut sama dengan mengembalikan kondisi alami gambut sebagai hutan.
ADVERTISEMENT
Padahal, restorasi gambut harus mengedepankan aspek keberlanjutan antara lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan kata lain, proses restorasi tidak melulu proses menanam pohon untuk kembali menjadi hutan.
Lalu mengapa butuh restorasi?
Restorasi bersinonim dengan memperbaiki. Kondisi gambut saat ini banyak yang telah terdegradasi, baik dikarenakan penggunaan untuk pertanian/perkebunan yang tidak berkelanjutan yang mengakibatkan gambut rusak dan terbakar.
Presiden Jokowi sendiri dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Karhutla mengatakan, “Saya tekankan lagi beberapa hal yang harus saudara-saudara lakukan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.”
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan restorasi di Indonesia adalah untuk mencegah kebakaran di lahan gambut, karena memang hampir setiap tahun kebakaran lahan selalu menghantui. Selain asap yang mengganggu kesehatan pernafasan, efek kebakaran gambut berkontribusi terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
Restorasi gambut adalah proses yang sangat panjang. Sebagai orang yang tinggal bukan di kawasan gambut kita hanya mengetahui bahwa restorasi tersebut gagal karena mendengar berita negatif di TV atau kanal berita online. Dengan total luas lahan gambut di Indonesia adalah 15 juta hektar, adalah tidak mungkin untuk mengurus semuanya dalam satu waktu; untuk itu semuanya berproses dalam skala prioritas.
Agar restorasi gambut lebih berfokus, pada tahun 2016 Presiden membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG), yang saat ini diperluas tanggung jawabnya menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Hingga saat ini, jutaan hektar lahan gambut telah direstorasi, dan tentu restorasi ini bukan hanya menanam pohon saja.
Gambut menjadi rusak karena kanal-kanal yang dibangun telah mengeringkan lahan gambut. Dalam kondisi alami, gambut seharusnya basah dan terendam air. Bahan organik yang membentuk lahan gambut membutuhkan kondisi anaerob agar tetap menjadi gambut dan tidak terdekomposisi.
ADVERTISEMENT
Metode umum yang digunakan untuk restorasi gambut di Indonesia adalah 3R, dalam bahasa Inggris merupakan singkatan untuk Revegetation, Revitalization, dan Rewetting. 3R pada dasarnya adalah integrasi keberlanjutan dalam proses restorasi gambut.
Revegetation atau re-vegetasi merupakan upaya membuat lahan kosong gambut yang rusak memiliki vegetasi/pohon, baik tanaman hutan ataupun tanaman tahunan yang dapat dipanen oleh masyarakat setempat.
Sedangkan Rewetting atau pembasahan gambut ini upaya agar kondisi alami gambut yang basah dapat tercapai. Dengan demikian gambut semakin sulit untuk terbakar karena lembab. Metode yang sering digunakan yaitu sekat kanal, atau dengan singkat membangun bendungan di kanal-kanal yang sudah ada agar air tidak terbuang ke laut.
Sedangkan Revitalization merupakan aspek sosial dan ekonomi dalam dimensi keberlanjutan. Masyarakat harus sejahtera dan sadar akan pentingnya menjaga ekosistem gambut. Termasuk bagaimana masyarakat mempraktikkan pertanian tanpa bakar di lahan gambut. Jika semua ini tercapai, maka restorasi gambut akan menuju ke arah yang positif.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru di Jurnal Nature menyebut bahwa upaya restorasi yang mengintegrasikan dengan keterlibatan masyarakat meningkatkan kesuksesan restorasi.
Terlebih lagi, Glenk dalam laporan ilmiahnya mengatakan, "Menunda mitigasi secara substansial mengurangi manfaat ekonomi dari restorasi lahan gambut."
Lebih lanjut, apakah restorasi gambut di Indonesia dapat dikatakan sukses?
Secara singkat upaya restorasi gambut dapat dikatakan berhasil, karena kondisi gambut saat ini lebih baik dibanding dengan 5 tahun yang lalu. Beberapa laporan menunjukkan keberhasilan program restorasi gambut di Indonesia, seperti di Riau dan Jambi. Kita sendiri mulai jarang mendengar berita kebakaran lahan gambut di TV.
Penelitian yang kami lakukan (masih proses publikasi) menemukan keterlibatan masyarakat dalam praktik pertanian bebas bakar dan manajemen sumber daya air di gambut menurunkan risiko kebakaran di gambut.
ADVERTISEMENT
Progres ini harus dipertahankan dan ditingkatkan. Perubahan iklim di depan mata membutuhkan upaya restorasi gambut, jika tidak sebanyak 28 and 55 Giga ton Karbon yang ada di gambut terlepas ke atmosfer; setara dengan total emisi tahunan di dunia. Tentu saja kita tidak mau hal tersebut terjadi. Kesuksesan 'sementara' restorasi gambut ini harus terus kita dukung dan kawal agar masa depan kita yang lebih baik.