Konten dari Pengguna

Stereotip Islam dalam Film Hotel Mumbai 2018

Nurul Ilmi ridwan
Communication student
24 Desember 2020 21:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Ilmi ridwan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Nurul Ilmi Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan)
Poster Film Hotel Mumbai by IMDb.com
zoom-in-whitePerbesar
Poster Film Hotel Mumbai by IMDb.com
Film merupakan suatu media dalam komunikasi massa yang bersifat menghibur melalui adegan-adegan yang dilakoni oleh para pekerja seni atau biasa kita kenal sebagai aktor. Tidak hanya sebagai media untuk menghibur tetapi film juga merupakan media dalam menyampaikan pesan kepada para penontonnya baik tersirat maupun tersurat. Dalam sebuah film kadang menampilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau atau kejadian yang bersejarah maupun sebuah fiksi. Dalam film memiliki beberapa genre, seperti: komedi, laga aksi, romantic, dokumenter, thriller, fiksi maupun non fiksi.
ADVERTISEMENT
Seperti salah satu film bergenre action dan thriller yang diadaptasi dari dokumenter peristiwa yang terjadi pada tahun 2008 di India tepatnya di salah satu hotel mewah yang ada di Mumbai lalu difilmkan pada tahun 2018 dimana terjadi penembakan, pembunuhan dan penyiksaan para tamu yang berada di hotel oleh sekawanan pemuda yang mengatasnamakan jihad dan berkali-kali meneriakan takbir.
Sebelum masuk ke dalam hotel kawanan pemuda ini menembaki beberapa orang hingga melumpuhkan Mumbai. Setelah itu kawanan pemuda ini berhasil menyelinap masuk ke dalam hotel menembaki secara acak tamu bahkan staf hotel yang sedang bertugas. Sekawanan kelompok yang diduga teroris ini berhasil melumpuhkan hotel dan meledekkan bom setelah mendengar arahan dari seseorang yang diduga adalah salah satu kelompok teroris yang mana ia juga menjanjikan sejumlah uang jika sudah berhasil melakukan misinya. Di bintangi oleh Dev Patel, Nazanin Boniadi, Armie Hammer, Aktor senior Anupam Kher dan masih banyak aktor lainnya tetapi dalam film ini tidak menunjukkan tokoh sebenarnya ada beberapa tokoh fiksi demi tujuan naratif.
ADVERTISEMENT
Film ini merepresentasikan islam sebagai teroris, menunjukkan sisi lain dari islam dengan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Sehingga banyak masyarakat dengan mudahnya mengotak-ngotakkan opini atau memberikan streotip pada masyarakat muslim bahwa islam adalah teroris. Padahal jika membedah film ini, peran kawanan kelompok yang membawa senjata ini ada sekelompok anak muda yang terkena doktrin oleh kelompok yang diduga radikalis dan diduga kelompok anak muda berasal dari keluarga yang kurang mampu yang diming-imingi sejumlah uang setelah berhasil menjalankan misi pembantaian berkedok jihad.
Lantas bagaimana sterotip islam adalah teroris ini bisa muncul? Streotip ini semakin mengemuka di Indonesia sejak kasus pengeboman bali pada tahun 2002 dan banyaknya kelompok yang mulai mendeklarasikan bahwa kelompoknya adalah kelompok yang berjihad dengan membantai kaum non-muslim dan menganggap bahwa yahudi dan kristen adalah musuh dari islam.
ADVERTISEMENT
Polisi juga berhasil menangkap beberapa pelaku yang diduga dari kelompok teroris bahkan polisi berhasil mengangkap seseorang yang diduga adalah ketua dari kelompok teroris. Tetapi hal ini tidak membuat para pelaku ini jera, malah kasusnya kembali lagi terjadi di Sigi, Sulawesi Tengah dimana 4 orang warga sipil tewas terbunuh oleh kelompok yang diduga teroris pimpinan Ali Kalora.
Para kelompok yang diduga teroris ini mengatasnamakan jihad dan menjadikan jihad adalah satu-satunya jalan untuk menang dan mereka merujuk pada beberapa potongan dalam ayat Al-Qur’an tentang jihad selain itu kelompok ini juga merujuk pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah SAW baik dari perkataan maupun perbuatan di zamannya.
Terorisme ini diduga memiliki kaitan dengan ISIS (The Islamic State in Iraq and Syria). Sebagaimana yang kemukan oleh mark a gabriel dalam dalam buku Islam and Terorism: Revised and Updated (2002,2015) dimana mereka menyerukan ekstrimisme dalam islam, memiliki pikiran untuk mendirikan kekhalifaan yang hanya boleh diatur oleh hukum islam dan menuntut kembali untuk islam berkuasa menjadi pemimpin atas segala bidang dalam kehidupan agar bisa menyatukan kembali islam, bersiap melakukan jihad dan menjadikan Iman sebagai alasan kuat.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari semua terorisme peristiwa pembantaian kita sebagai masyarakat tentunya bijak dalam menyikapi dan mencari tahu apakah betul para kawanan teroris ini adalah bagian dari radikalisme islam? Atau hanya mengaku sebagai islam bertujuan untuk melakukan propaganda dan memecah belah umat islam dan menyudutkan islam, Wallahu a’lam. Agus Handoko dalam artikel berjudul Analisis Kejahatan Terorisme Berkedok Agama Tahun 2019 yang dimuat dalam jurnal Sosial & budaya Syar’I Vol.6 No.2 menyebutkan bahwa ajaran agama manapun khususnya Islam tidak membenarkan perbuatan terorisme dengan dalih apapun. Agama hanya tameng untuk melancarkan rencana dan perilaku terorisme sehingga setiap perekrutan anggota teroris di dasari dengan doktrin keagamaan.
Bukankah sesama mahkluk hidup kita dituntut untuk saling mengasihi terlepas dari segala perbedaan yang ada, bukankah Tuhan juga menciptakan kita dengan keberagaman? Menyatukan keberagaman, menjungjung tinggi kemanusian sebagai mana yang diatur dalam UUD 45 ayat 5 yaitu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT