Anies Baswedan, Harapkan Ibukota Tak Sekejam Ibu Tiri

Nurul Nur Azizah
Womenfolk.
Konten dari Pengguna
15 November 2017 2:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Nur Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
'Sulit hidup di Jakarta, tapi lebih sulit lagi jika meninggalkannya’. Rasanya, begitulah dilema yang menggambarkan betapa Jakarta mempunyai magnet yang menggoda sekaligus menyiksa. Menggoda karena “iming-iming” perbaikan kesejahteraan hingga pangkat jabatan serta menyiksa karena beragam persoalan yang mengintainya. Jakarta oh Jakarta!
ADVERTISEMENT
Di antara masalah krusial yang ada di Jakarta ialah ketimpangan akibat kemiskinan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan acara on Boarding kepada 125 wartawan baru Kumparan di Kuningan City Mall, Selasa (14/11).
Anies mencatat setidaknya terdapat 223 Rukun Tetangga (RT) yang merupakan wilayah Kupat (kumuh dan padat) di Jakarta. Persoalan kemiskinan itu tidak dipungkiri Anies sebagai masalah yang telah berlangsung beberapa dekade lamanya yang masih berlangsung hingga berpotensi menjadi konflik.
“Ketimpangan cepat sekali berimplikasi pada konflik”, kata Anies.
Menurut Anies, ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat suatu saat akan dapat menjadi bom waktu. Makhsudnya, ketimpangan berpotensi menyebabkan krisis sosial yang lebih serius di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Selain masalah kemiskinan, Anies juga mengemukakan bahwa ada masalah lain yang tidak bisa dikesampingkan yaitu keramahan. Dikarenakan situasi Jakarta yang macet dan cenderung penat, maka seringkali menimbulkan reaksi-reaksi yang kurang ramah di tengah masyarakat.
“Prioritas kemiskinan di Jakarta, kota yang ramah untuk semua, enggak sekejam ibu tiri”, ungkap Anies yang merupakan salah satu penggerak Indonesia Menggajar itu.
Untuk itu, Anies menawarkan suatu solusi dengan menyediakan ruang ekspresi bagi seniman dan juga ruang interaksi. Termasuk juga dengan menjadikan Jakarta sebagai kota narasi.
“Kota Jakarta minim narasi atas kotanya (kegiatan budaya, kesenian, eksplorasi kesejarahan). Wujudnya ekspedisi seni ada di banyak tempat, ruang-ruang ekspresi seni di tambahkan di mana-mana”, gagas Anies terkait upaya menjadikan Jakarta lebih ramah.
ADVERTISEMENT
Semoga Jakarta bisa lebih ramah dan tidak (lagi) sekejam ibu kota ya!