Cerita Deri, Pak Ogah yang Bermimpi Punya Warung Kelontong Sendiri

Nurul Nur Azizah
Womenfolk.
Konten dari Pengguna
6 November 2017 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Nur Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, keputusan "iseng" Deri (30) pada 12 silam mengantarkan dirinya untuk menjadi sukarelawan pengatur jalanan, alias Pak Ogah, hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Bapak empat anak itu, menuturkan pada Kumparan (kumparan.com), Senin (6/11), pertama kali ia menjadi Pak Ogah adalah seusia remaja SMA, 18 tahun.
Kala itu, alasan sederhananya adalah ingin menambah uang sekolah dan mencukupi kebutuhan hidupnya.
Namun, nasib seolah selalu "menjodohkan"nya pada pekerjaan yang identik dengan tokoh boneka legendaris, Pak Ogah, yang khas dengan slogan "Gopek Dulu Dong!".
Benar saja, meski Deri pernah beberapa kali mencoba pekerjaan lain seperti tukang ojek dan buruh pabrik, namun akhirnya ia kembali menjadi Pak Ogah yang kini beroperasi di persimpangan Pertamina Jl Sinabung, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Deri bercerita bahwa Ia sempat bekerja sebagai tukang ojek dan buruh serabutan, tapi akhirnya Ia memilih untuk kembali menjadi Pak Ogah.
ADVERTISEMENT
"Yaa, karena alasan tuntutan ekonomilah, yang namanya pekerjaan apapun, dinikmati aja," kata Deri dengan senyum sumringah.
Untuk 5 jam waktu kerjanya itu, Deri paling tidak setiap hari bisa mengantongi uang sekitar 100 ribu hingga 200 ribu jika sedang ramai.
Di lokasi itu, Deri bersama 2 rekannya. Masing-masing bertugas dengan satu shift, yaitu pukul 09.00-14.00 Wib dan 14.00-18.00 Wib.
Ia melanjutkan, pekerjaan menjadi Pak Ogah baginya tidak semudah seperti yang dilihat sepintas. Tidak jarang, ia mendapat makian atau teriakan dari pengendara karena dianggap justru menambah kemacetan.
Belum lagi, ketika ia harus "main" petak umpet dengan Satpol PP jika tidak ingin "terciduk".
"Ya mendingan saya minggir aja, daripada tertangkap nanti malah panjang urusannya. Ya enggak (ditahan - red) hanya sehari dua hari, paling enggak seminggu dua minggu)," katanya mengingat pengalaman yang diceritakan dari teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Maka itu, Ia memilih untuk mencari aman dengan tidak bertugas sebagai Pak Ogah ketika mengetahui Satpol PP melintas ketika waktu ia bertugas. Yakni pukul 09.00-14.00 Wib.
Ketika ditanya terkait pelatihan Supeltas (Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas) bagi Pak Ogah seperti dirinya, Deri mengaku belum mendapatkan.
Namun, ia tidak mengelak bahwa ia mendambakannya. Apalagi perihal wacana akan digajinya Supeltas.
"Katanya sih, mau digaji perbulan katanya sih, tapi enggak ada omongan," ujar Deri.
Meskipun, hingga saat ini terkait gaji tersebut masih menjadi kebijakan yang "digodok" karena terkendala asal dana untuk menggaji para Supeltas.
Supeltas tidak masuk dalam struktur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sehingga, gaji untuk Supeltas tidak dapat dibebankan pada APBD Pemprov DKI.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk atribut bagi Supeltas pada sebagian Pak Ogah sudah diberikan. Seperti halnya rompi, topi dan peluit.
Meski belum pasti terkait gaji Supeltas, Deri mengaku sudah sangat senang jika Ia hanya mendapatkan pelatihan atau atribut pertanda "direstuinya" pekerjaan sebagai Pak Ogah.
"Mau bangetlah, ibaratnya satpol PP enggak lagi ngusik," katanya lagi.
*Ingin Punya Warung Kelontong*
Satu yang menarik dari cerita Deri, Ia ingin bisa mempunyai warung kelontong sendiri suatu saat nanti.
Itu dikarenakan pekerjaan sebagai Pak Ogah, menurutnya tidak bisa ia jalani seumur hidup. Tidak lain, ia merasa fisiknya perlahan lemah dan sering mengeluh sakit.
"Waktu bangun tidur sakit tulang-tulang, sekitar satu jam, terus dibuat gerak, nanti normal lagi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi lapangan yang panas terik dan hujan menjadi tantangan tersendiri bagi Deri di tengah kondisi kesehatannya.
Untuk itu, jika mempunyai modal, ia ingin sekali bisa membuka warung kelontongnya sendiri di sekitar rumahnya, Grogol Selatan.