Tips Berdamai dengan Masa Lalu

Nurul Rahmawati
Halo, saya momblogger domisili di Surabaya Saya adalah salah satu local guides yg mewakili Indonesia dalam Google Local Guides Summit 2017 di San Francisco, Amerika Serikat
Konten dari Pengguna
14 Desember 2023 6:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdamai dengan masa lalu kemudian lahir menjadi pribadi yang lebih baik, adalah sesuatu yang cukup tricky untuk dilakukan.
Masa lalu akan selalu datang, sekedar untuk mengingatkan waktu-waktu yang sudah lewat, atau hanya sekedar menghantui sebagai pengingat kenangan pahit yang tidak mengenakkan, kemudian pergi atau tinggal selamanya.
ADVERTISEMENT
Menutup pintu untuk ruang yang sudah tidak ingin saya masuki.
Saya tipe yang memberi kesempatan untuk beberapa hal, baik bentuk kesalahan diri sendiri atau bentuk kelakuan jahat orang lain pada saya. Saya mengibaratkan kesempatan itu seperti satu waktu untuk saya belajar.
Ruang itu saya jadikan sebagai contoh kondisi, dimana saya bisa duduk, diam, bergerak dan belajar apapun untuk masa waktu tertentu. Jika saya merasa ruang itu memberikan hal buruk buat saya, maka saya akan menutupnya saja dan mencari ruang lain yang lebih baik, tentu, saya menjadi orang baru di ruang yang baru.
Memberikan waktu untuk marah, menangis dan mengasihani diri sendiri.
Untuk apa?
Untuk menikmati, menyadari dan mengakui emosi, apapun itu. Marah, sedih, kecewa, bahagia saya biarkan dulu, karena setiap emosi saya adalah valid. Tidak lari dari setiap rasa itu, tapi memberi waktu, sementara, sampai muak dan lelah akan semua rasa itu.
ADVERTISEMENT
Setelah puas, saya berbenah, kemudian melangkah menjadi yang baru dan lebih baik, walaupun saya tahu emosi-emosi itu akan datang lagi dalam bentuk kondisi dan situasi yang lain.
Memilih apa yang membuat saya lebih bahagia.
Roda hidup tetap berputar pada porosnya, waktu tetap berjalan pada lorongnya, hidup tak akan berhenti menitipkan peristiwa untuk diingat, dinikmati atau dilupakan, sampai roda dan waktu berhenti bersamaan, mati.
Sehingga kesedihan, kepahitan, rasa yang menyakitkan bahkan kisah bahagia yang telah berhenti berjuang akan saya tinggalkan demi kewarasan. Menjadikannya bagian masa lalu, kemudian mencari jalan lain ke masa depan yang lebih baik, bahagia.
Prinsip saya, ketika sesuatu hal tidak lagi berpihak pada kebahagiaan, namun lebih banyak menyakiti, akan saya tinggalkan saja, membuatnya menjadi bagian masa lalu, memilih berdamai dengan itu dan melanjutkan pencarian bahagia dengan cara saya sendiri, menjadi baru.
ADVERTISEMENT
Setiap orang tentu memiliki kondisi dan situasi masing-masing. Besaran kesulitan dan jumlah rasa bahagia atau sakit yang menumpuk juga berbeda-beda faktornya apa saja. Hanya dirimu sendiri yang tahu keadaanmu, karena orang lain tidak akan pernah menjadi dirimu walaupun mereka mengatakan mengerti situasimu.
Satu hal yang harus digarisbawahi dari semua poin di atas adalah, apapun masa lalumu, sesakit apapun itu, serumit apapun itu, pada akhirnya hanya ada dirimu sendiri. Jadi, pilih dirimu terlebih dahulu dari apapun itu.