Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Penerapan 5 Prinsip Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari
9 Oktober 2024 10:24 WIB
·
waktu baca 11 menitTulisan dari Nurul susantri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekolompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan objek yang makananya disepakati bersama, misalnya di indonesia memasang bendera kuning di depan rumah menandakan ada orang yang meninggal dunia dan keluarga tersebut sedang berduka.
Dalam bukunya, Daddy Mulyana (2010) menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya sekadar pertukaran informasi, tetapi juga melibatkan penginterpretasian simbol-simbol yang digunakan oleh pengirim dan penerima. Hal ini memengaruhi keberhasilan atau kegagalan komunikasi secara signifikan. Jika simbol yang digunakan tidak dipahami dengan cara yang sama oleh pengirim dan penerima, maka pesan bisa saja disalah artikan. Misalnya, penggunaan bahasa gaul di generasi Alpha mungkin tidak dipahami oleh generasi Milenial, yang dapat menyebabkan kebingungan seperti sigma, skibidi, minus aura dan istilah lainnya.
ADVERTISEMENT
Pertama, simbol yang dipilih harus relevan dan dapat dipahami oleh semua pihak. Ketika simbol-simbol tersebut tidak diterima dengan cara yang sama, misalnya karena perbedaan budaya atau pengalaman, pesan dapat mengalami distorsi. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang dapat mengganggu keakuratan penyampaian pesan.
Prinsip komunikasi sebagai proses simbolik juga memengaruhi cara penyampaian pesan. Dalam konteks pendidikan, dosen harus mampu memilih kata-kata dan contoh yang sesuai dengan latar belakang mahasiswa agar pesan dapat diterima dengan baik. Misalnya, seorang dosen yang mengajarkan konsep ekonomi menggunakan contoh sehari-hari, seperti pembelian makanan di kantin, akan lebih mudah dipahami oleh mahasiswa dibandingkan dengan penggunaan teori yang terlalu kompleks.
Lebih jauh, prinsip ini membantu dalam menciptakan makna bersama. Dalam situasi diskusi kelompok, mahasiswa yang saling menggunakan simbol dan istilah yang sama dapat membangun pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang dibahas. Komunikasi yang efektif akan terjadi ketika semua anggota kelompok merasa bahwa simbol-simbol yang digunakan memiliki arti yang sama.
Perbedaan konteks juga berpengaruh pada penerapan prinsip ini. Dalam lingkungan akademis, mahasiswa mungkin lebih terbiasa dengan simbol yang terkait dengan materi pelajaran. Namun, ketika mereka berada di luar konteks akademis, misalnya dalam acara sosial, penggunaan simbol yang sama mungkin tidak berlaku. Oleh karena itu, penting untuk menyadari konteks di mana komunikasi terjadi agar simbol yang digunakan tetap relevan.
Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa melakukan presentasi tentang project kelompok di depan kelas, mereka harus memilih simbol, seperti grafik dan istilah yang sesuai, untuk menjelaskan temuan mereka dengan jelas. Jika presentasi tersebut dipenuhi dengan istilah teknis tanpa penjelasan, audiens mungkin tidak memahami inti dari project tersebut.
Secara keseluruhan, penerapan prinsip komunikasi sebagai proses simbolik sangat penting dalam memastikan bahwa pesan disampaikan dan diterima dengan baik, yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas komunikasi dalam berbagai konteks.
Komunikasi Bersifat Irreversible
Suatu perilaku adalah peristiwa. Oleh karena itu, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Komunikasi bersifat irreversible berarti bahwa setelah pesan disampaikan, pesan tersebut tidak dapat diambil kembali atau diubah. Apa pun yang telah dikatakan atau dituliskan, efeknya akan selalu ada.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa setiap kata atau tindakan dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang kita perkirakan. Menurut Dedy Mulyana (2010), prinsip ini sangat penting dalam memahami dinamika komunikasi antarindividu, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.
Sifat irreversible dari komunikasi dapat memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, jika komunikasi dilakukan dengan baik misalnya, dengan cara yang jelas dan penuh empati, pesan dapat memperkuat hubungan dan meningkatkan pemahaman. Di sisi lain, jika komunikasi dilakukan dengan cara yang ceroboh atau agresif, hal ini dapat menyebabkan kesalah pahaman, konflik, atau bahkan kerusakan permanen pada hubungan.
Sebagai contoh, dalam sebuah rapat organisasi, jika seorang ketua mengkritik secara terbuka kinerja seorang anggota tim tanpa pertimbangan, komentar tersebut tidak dapat dihapus. Reaksi negatif dari anggota tim tersebut mungkin akan memengaruhi moral tim dan menciptakan suasana yang tidak nyaman. Di sini, prinsip irreversible memengaruhi keberhasilan komunikasi, cara kita berkomunikasi menentukan reaksi dan hubungan ke depannya.
Prinsip irreversible memengaruhi proses komunikasi dengan mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata dan cara penyampaian. Ini juga menekankan pentingnya pemikiran sebelum berbicara. Seseorang yang memahami prinsip ini akan lebih cenderung untuk memikirkan konsekuensi dari setiap pernyataan, sehingga berusaha untuk berkomunikasi dengan lebih konstruktif dan positif.
Misalnya, dalam konteks diskusi yang sensitif, seseorang yang menyadari sifat irreversible dari komunikasi mungkin memilih untuk menggunakan bahasa yang lebih diplomatis atau memilih untuk tidak berbicara sama sekali jika mereka tidak yakin akan dampak kata-kata mereka.
Prinsip komunikasi irreversible juga dapat membantu menyampaikan pesan dengan lebih efektif. Dengan memahami bahwa kata-kata memiliki dampak yang langgeng, individu akan lebih cenderung untuk merencanakan komunikasi mereka dengan hati-hati, menggunakan strategi komunikasi yang lebih efektif, seperti klarifikasi dan umpan balik.
Contohnya, dalam mengirim email resmi, seseorang yang menyadari sifat irreversible dari pesan yang mereka kirim mungkin akan melakukan proofreading dan memastikan bahwa nada serta isi pesan sesuai dengan tujuan komunikasi, sehingga menghindari potensi salah pengertian.
Perbedaan konteks sangat memengaruhi penerapan prinsip komunikasi, termasuk irreversible. Dalam konteks profesional, komunikasi seringkali lebih formal dan terstruktur, di mana konsekuensi dari pernyataan dapat lebih besar. Misalnya, dalam dunia bisnis, pernyataan publik atau pengumuman perusahaan akan lebih diperhatikan, dan dampak dari kesalahan dapat sangat merugikan.
Sebaliknya, dalam konteks informal, seperti komunikasi antar teman, meskipun pesan tetap irreversible, dampak dari kesalahan komunikasi mungkin lebih ringan. Namun, bahkan dalam konteks ini, kata-kata yang menyakitkan atau tidak pantas masih bisa menciptakan jarak atau konflik dalam hubungan.
Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan prinsip irreversible dapat dilihat saat kita berkomunikasi di media sosial. Misalnya, sebuah komentar yang dikeluarkan di platform publik tidak dapat dihapus setelah diposting, dan dapat memiliki konsekuensi yang besar bagi reputasi seseorang. Ini menunjukkan pentingnya memilih kata-kata dengan bijak dan memahami bahwa komunikasi kita dapat diakses oleh banyak orang, yang memperkuat sifat irreversible dari komunikasi.
Dengan demikian, memahami prinsip komunikasi yang bersifat irreversible adalah kunci untuk meningkatkan kualitas interaksi dan menjaga hubungan, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.
Komunikasi Selalu Terjadi Dalam Konteks
Dalam buku "Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar" karya Deddy Mulyana (2010), dijelaskan bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks yang memengaruhi cara pesan disampaikan dan diterima. Konteks ini mencakup berbagai elemen, seperti budaya, situasi sosial, dan hubungan antara pengirim dan penerima pesan. Memahami konteks adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif dan menghindari kesalahpahaman.
Salah satu dampak utama dari penerapan prinsip konteks dalam komunikasi adalah keberhasilan dalam menyampaikan pesan. Ketika pengirim dapat menyesuaikan cara dan isi pesan dengan konteks penerima, pesan tersebut akan lebih mudah dipahami. Misalnya, dalam lingkungan profesional, penggunaan istilah teknis yang tepat dan sesuai dengan latar belakang audiens akan meningkatkan pemahaman. Sebaliknya, jika konteks diabaikan, komunikasi dapat berujung pada kebingungan atau bahkan konflik.
Deddy Mulyana (2010) juga menekankan bahwa komunikasi bukanlah proses yang linier, melainkan interaktif dan dinamis. Ini berarti bahwa pengirim dan penerima saling memengaruhi satu sama lain. Ketika konteks komunikasi berubah—misalnya, dalam situasi yang emosional atau formal—cara penyampaian pesan harus disesuaikan. Hal ini menunjukkan bahwa konteks bukan hanya latar belakang, tetapi juga merupakan bagian integral dari proses komunikasi itu sendiri.
Selain itu, konteks sangat mempengaruhi umpan balik dalam komunikasi. Umpan balik yang diberikan oleh penerima akan berbeda tergantung pada konteks di mana komunikasi berlangsung. Dalam situasi yang santai, penerima mungkin lebih terbuka untuk memberikan kritik atau saran, tetapi dalam situasi formal, umpan balik mungkin lebih hati-hati dan terbatas. Dengan memahami aspek-aspek ini, pengirim dapat meningkatkan kualitas komunikasi mereka.
Contoh penerapan prinsip konteks dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam interaksi di tempat kerja. Seorang manajer yang ingin memberikan umpan balik kepada karyawan sebaiknya mempertimbangkan suasana hati dan situasi kerja karyawan tersebut. Memberikan pujian di depan rekan-rekan kerja dapat meningkatkan motivasi, sementara kritik harus disampaikan dengan cara yang membangun dan dalam suasana yang mendukung.
Secara keseluruhan, memahami konteks dalam komunikasi adalah aspek penting yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam menyampaikan pesan. Dengan menyadari perbedaan konteks, individu dapat beradaptasi dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, meningkatkan efektivitas komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Komunikasi Melibatkan Hubungan dan Makna Isi Pesan
Prinsip komunikasi yang menyatakan bahwa komunikasi melibatkan hubungan dan makna isi pesan menekankan pentingnya konteks dan interaksi antara pengirim dan penerima pesan. Menurut Mulyana (2010), komunikasi tidak hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga melibatkan pemahaman bersama yang muncul dari hubungan interpersonal. Ketika dua orang berkomunikasi, makna pesan yang disampaikan dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, dan hubungan mereka satu sama lain.
Dampak penerapan prinsip ini terhadap keberhasilan komunikasi sangat signifikan. Ketika pengirim memahami konteks dan hubungan dengan penerima, mereka dapat memilih kata-kata dan nada yang tepat untuk menyampaikan pesan. Misalnya, seorang dosen yang memberikan umpan balik kepada mahasiswanya perlu mempertimbangkan hubungan mereka dan bagaimana mahasiswa tersebut akan menerima kritik. Jika dosen menyampaikan kritik dengan cara yang konstruktif dan empatik, mahasiswa lebih mungkin menerima dan memanfaatkan umpan balik tersebut untuk perbaikan.
Sebaliknya, kegagalan dalam memahami hubungan dan makna isi pesan dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik. Misalnya, jika seorang teman mengekspresikan kekhawatiran tentang pekerjaan kelompok, tetapi disampaikan dengan nada yang dianggap menyalahkan, hal ini dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan. Dalam situasi ini, makna yang diinterpretasikan oleh penerima berbeda dari niat pengirim.
Prinsip ini membantu menyampaikan pesan dengan lebih efektif karena meningkatkan kesadaran akan konteks. Misalnya, dalam presentasi akademik, mahasiswa harus mempertimbangkan audiens mereka—apakah mereka teman sebaya, dosen, atau panel juri. Pilihan bahasa, gaya penyampaian, dan penggunaan alat bantu visual dapat disesuaikan untuk meningkatkan pemahaman dan minat audiens.
Perbedaan konteks juga memengaruhi penerapan prinsip ini. Dalam situasi formal, seperti seminar, penggunaan bahasa akademis dan istilah teknis mungkin lebih diterima. Namun, dalam diskusi kelompok santai, gaya komunikasi yang lebih informal dan akrab mungkin lebih efektif. Contoh yang relevan untuk mahasiswa adalah saat mereka berdiskusi tentang tugas kelompok. Jika satu anggota merasa tidak didengar, mereka mungkin mengungkapkan perasaan tersebut dengan cara yang tidak konstruktif, seperti dengan nada frustrasi. Jika anggota kelompok dapat memahami hubungan dan makna dari apa yang diungkapkan, mereka dapat merespons dengan cara yang lebih positif dan membangun.
Secara keseluruhan, pemahaman dan penerapan prinsip komunikasi ini sangat penting dalam menciptakan interaksi yang efektif dan membangun hubungan yang baik antar individu, terutama di lingkungan akademis.
Komunikasi Bersifat Dinamis dan Terus Berubah
Prinsip komunikasi yang bersifat dinamis dan terus berubah menekankan bahwa komunikasi bukanlah proses yang statis. Menurut Mulyana (2010), komunikasi selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk konteks sosial, budaya, dan hubungan antarindividu. Perubahan ini dapat terjadi seiring waktu, dan kondisi serta lingkungan komunikasi dapat memengaruhi bagaimana pesan disampaikan dan diterima.
Dampak penerapan prinsip ini terhadap keberhasilan atau kegagalan komunikasi sangat signifikan. Ketika individu menyadari bahwa komunikasi dapat berubah, mereka akan lebih terbuka untuk beradaptasi dengan situasi yang ada. Misalnya, seorang dosen yang menyadari bahwa metode pengajaran yang digunakan sebelumnya tidak lagi efektif bagi mahasiswa baru dapat memodifikasi pendekatannya untuk lebih sesuai dengan kebutuhan generasi tersebut. Dengan demikian, keberhasilan komunikasi dalam konteks pendidikan sangat bergantung pada kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
Prinsip ini memengaruhi proses komunikasi dengan menuntut pengirim dan penerima untuk selalu peka terhadap perubahan konteks dan situasi. Sebagai contoh, dalam diskusi kelompok, suasana emosional dan dinamika antar anggota dapat berubah dengan cepat. Seorang mahasiswa yang awalnya bersemangat untuk berdiskusi mungkin menjadi pasif jika ada konflik. Kesadaran akan perubahan ini memungkinkan anggota kelompok untuk menyesuaikan pendekatan mereka, seperti merangkul pendapat semua orang dan menghindari konfrontasi.
Selain itu, prinsip komunikasi yang dinamis membantu menyampaikan pesan dengan lebih efektif. Misalnya, dalam presentasi, mahasiswa perlu menyesuaikan gaya penyampaian mereka berdasarkan reaksi audiens. Jika audiens tampak bingung atau tidak tertarik, mahasiswa dapat mengubah metode penyampaian, seperti dengan menambahkan ilustrasi atau interaksi untuk menarik perhatian.
Perbedaan konteks juga memengaruhi penerapan prinsip ini. Dalam konteks formal, seperti seminar, mahasiswa mungkin lebih cenderung menggunakan bahasa yang akademis dan struktur yang jelas. Namun, dalam konteks informal, seperti percakapan di kafe, mereka mungkin lebih bebas dan akrab dalam berkomunikasi. Misalnya, seorang mahasiswa yang biasa berbicara secara formal di kelas mungkin perlu beradaptasi ketika berdiskusi dengan teman sebaya di luar kelas, menggunakan bahasa yang lebih santai.
Contoh penerapan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari bisa dilihat ketika mahasiswa berdiskusi tentang proyek kelompok. Jika suasana diskusi menjadi tegang karena perbedaan pendapat, mahasiswa yang menyadari dinamika ini dapat mengubah cara mereka berkomunikasi untuk meredakan ketegangan, seperti dengan mengalihkan pembicaraan ke aspek positif atau mengajak semua anggota untuk berbagi pendapat dengan cara yang lebih konstruktif.
Secara keseluruhan, prinsip komunikasi yang bersifat dinamis dan terus berubah sangat penting dalam menciptakan interaksi yang efektif, terutama di lingkungan akademis, di mana kebutuhan dan konteks dapat berubah dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini