Konten dari Pengguna

Pasar Tradisional Kian Tergerus Zaman

Nurul Jasmine Fathia
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
13 Juli 2023 21:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Jasmine Fathia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Suasana Pasar (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Suasana Pasar (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Riuh suara pedagang mulai memadati kawasan Pasar Minggu di pagi hari. Pedagang mulai menjajakan dagangannya dan pembeli mulai berlalu lalang dengan mata yang jeli untuk memilih apa yang diinginkan. Namun, suasana riuh di pasar ini tak lagi sama seperti ketika pasar menjadi pilihan satu-satunya bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Modernisasi semakin hari semakin meluas, berbagai bidang mulai terpengaruh tak terkecuali pasar tradisional. Pasar yang dahulu jadi kesukaan semua orang terpaksa harus mengalah dengan berbagai kemajuan yang bertebaran. Hal inilah yang melanda Pasar Minggu, pasar tradisional yang namanya kian meredup di tengah arus modernisasi yang kian deras.
Sayur mayur di pasar (Foto: Unsplash)
Pasar Minggu semakin tertinggal karena pasar ini seolah tak tersentuh oleh kemajuan seperti pasar lain. Ubin yang masih beralaskan tanah becek dan atap berupa terpal menambah kesan tak terawat dari pasar ini. Kondisi ini jelas berbeda dengan pasar-pasar lain yang telah direnovasi khususnya di kawasan Jakarta.
Masyarakat modern boleh jadi lebih memilih berbelanja secara daring atau pergi ke swalayan besar. Namun, masyarakat tidak serta merta melupakan pasar tradisional yang seolah telah menjadi jantung masyarakat Indonesia. Saat ini pasar tradisional yang masih menjadi pilihan adalah pasar dengan kondisi bersih dan terawat. Maka dari itu semua pasar mulai berlomba melakukan renovasi dan revitalisasi agar tetap terjamah oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beda halnya dengan Pasar Minggu yang tak kunjung berbenah diri dan tetap setia dengan prinsip tradisionalnya. Sayangnya, kesetiaan tersebut sudah tak relevan dan membuat pasar ini berada di ambang kehancuran. Pasar ini pun lekat dengan isu penggusuran karena kurangnya minat masyarakat terhadap pasar ini. Selain kurangnya minat masyarakat, kondisi pasar yang kumuh juga membuat masyarakat sekitar tak nyaman dan sering mengajukan protes kepada pihak terkait.
Toko di sebuah pasar (Foto: Unsplash)
Beruntungnya keberadaan pasar ini terselamatkan berkat banyaknya pedagang yang menggantungkan kehidupan mereka di pasar ini. Pemerintah menilai penggusuran pasar hanya akan menambah masalah baru yaitu hilangnya mata pencaharian banyak orang. Melihat hal ini opsi renovasilah yang boleh jadi dapat menolong Pasar Minggu dari segala jenis ancaman yang ada, tetapi entah kenapa opsi ini belum juga terlaksana.
ADVERTISEMENT
"Sempat dimintai pendapat oleh pengelola terkait penggusuran pasar, tetapi sudah pasti pedagang tidak setuju karena kita inginnya kalau ini digusur kita diberi tempat baru yang lebih layak," ujar Sarminto seorang pedagang buah.
Di dalam pasar yang tak terlalu besar ini sebetulnya banyak sekali barang yang bisa ditemukan dengan harga yang relatif murah. Mulai dari bahan mentah untuk kebutuhan pangan, seragam sekolah, bahkan toko peralatan olahraga. Namun, sangat disayangkan hal ini juga belum cukup untuk membuat Pasar Minggu kembali diminati masyarakat.
"Bingung juga karena sekarang apa-apa bisa lewat hp, belanja buah saja bisa lewat hp dan diantar ke rumah. Ya kita yang tua gini gak bisa apa-apa, di kasih rezeki untuk makan sehari-hari juga udah Alhamdulillah," kata Sarminto menyembunyikan kesedihannya.
ADVERTISEMENT