Konten dari Pengguna

Terjebak dalam Toxic Relationship? Ini Kata Erich Fromm

Nurul Jasmine Fathia
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
5 Januari 2022 14:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Jasmine Fathia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Relationship (Foto: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Relationship (Foto: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Terjebak dalam hubungan yang sudah tak sehat atau toxic relationship sepertinya menjadi hal yang lumrah bagi muda-mudi saat ini. Sering kita lihat kasus-kasus terkait toxic relationship yang hangat dibicarakan di ruang publik.
ADVERTISEMENT
Pasangan yang melakukan kekerasan fisik, memaksa untuk berhubungan intim, hingga memaksa untuk diberikan sejumlah uang demi kepentingan pribadinya sudah bukan lagi hal yang tabu. Meski begitu, banyak sekali korban dari hubungan toxic ini terutama wanita yang tidak berani berbagi cerita atas apa yang dialaminya.
Hubungan seperti ini tentunya bukan merupakan hal yang baik untuk diteruskan. Tak ada keuntungan apa pun yang bisa didapatkan dari hubungan seperti ini.
Jika para pembaca sedang berada dalam hubungan yang sudah tak sehat lagi, ini sudah waktunya untuk berpikir dan segera keluar dari hubungan tersebut. Masih membutuhkan validasi terkait buruknya toxic relationship? Mari berkenalan dengan sebuah buku karya penulis hebat Erich Fromm yang berjudul The Art Of Loving.
ADVERTISEMENT
Berkenalan dengan Erich Fromm
Erich Pinchas Fromm adalah seorang ahli psikologi sosial yang lahir di Frankfurt am Main pada 23 Maret tahun 1900. Kehidupan masa kecil Fromm sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi Perang Dunia I. Kondisi itulah yang membuat Fromm tumbuh menjadi seorang pemikir hebat, yang di kemudian hari berhasil menghasilkan karya-karya besar yang masih eksis hingga saat ini.
Lalu, apa kata Fromm tentang toxic relationship?
Pandangan Erich Fromm Tentang Toxic Relationship
Tulisannya tentang sebuah seni mencintai berhasil menarik hati banyak pembaca, mulai dari yang awam hingga yang ahli. Dalam mahakaryanya yang berjudul The Art Of Loving ini memang tak secara gamblang digambarkan tentang toxic relationship dan cara menghadapinya. Namun, lewat karyanya Fromm ingin memberikan pengetahuan terkait hakikat cinta yang sesungguhnya kepada para pembacanya.
ADVERTISEMENT
“Cinta adalah tindakan, wujud laku dari kekuasaan manusia yang dapat dijalankan hanya dalam kebebasan dan sama sekali bukan paksaan” (Erich Fromm, 2021: 28).
Pada kalimat itu dapat kita lihat bagaimana Fromm menggambarkan cinta sebagai sebuah kebebasan tanpa paksaan. Kebebasan yang di maksud adalah bebas dalam arti sadar akan batasan yang ada.
Hubungan yang tidak sehat erat kaitannya dengan paksaan dalam berbagi tindakan. Harus begini, harus begitu, seolah menjadi budak untuk melayani keinginan pasangan tanpa boleh menolak apalagi membantah. Dari sini lah muncul istilah bucin atau budak cinta yang kerap dibicarakan kawula muda saat ini.
Jika Erich Fromm hidup di masa kini alangkah gemasnya beliau terhadap muda-mudi yang terjebak dan kemudian pasrah dalam hubungan yang sudah tak sehat lagi. Seolah buku dan pemikirannya yang sudah menyebar luas tak ada artinya bagi kaum budak cinta saat ini. Cinta menurut Fromm adalah sebuah yang sakral, cinta bukan paksaan dan harus selalu dilakukan secara sadar dan memegang teguh prinsip kebebasan.
ADVERTISEMENT
Terjebak dalam toxic relationship memang sebuah hal yang buruk dan menyakitkan. Akan tetapi, kita sebagai manusia yang memiliki kesadaran penuh atas apa yang kita lakukan sudah seharusnya sadar bahwa terjebak dalam hubungan seperti itu adalah hal yang buruk dan membuang waktu. Daripada membuang waktu untuk hal seperti itu lebih baik kita terus melangkah dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
“Cinta adalah suatu tindakan, bukan suatu kekuatan pasif; cinta berarti “bertahan di dalam” (standing in), bukan “jatuh” (falling for)” (Erich Fromm, 2021: 28). Bertahan di sini bukan bertahan dalam hubungan yang toxic, bertahan di sini berarti mempertahankan semua yang baik dalam cinta. Jatuh cinta memang terasa indah tapi bagi Erich Fromm keindahan tak selamanya baik maka dari itu beliau mengganti kata "I’m falling in love” menjadi “I’m standing in love”
ADVERTISEMENT