Konten dari Pengguna

Curug Siluwok: Keindahan yang Tersembunyi

Nur Umar Akashi
Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada program studi Sastra Arab yang mencoba bermain kata. Berharap gubahan tulisannya bermanfaat bagi masyarakat.
2 Desember 2021 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Umar Akashi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen pribadi.
ADVERTISEMENT
Hari itu adalah hari Jumat 11 Desember 2020. Waktu yang sesuai bagi setiap mahasiswa untuk sejenak melepaskan penat dan menikmati indahnya kehidupan. Singkat cerita, pagi itu telepon genggamku berdering, sebuah pesan masuk dari kawan, mengajakku untuk pergi ke suatu tempat. Tanpa pikir panjang, aku menyepakati ajakannya. Sorenya, kawanku berkata bahwa besok kami akan berkunjung ke suatu tempat terpencil di Kulon Progo, tepatnya di Desa Samigaluh. Ia menjelaskan bahwa kami akan pergi ke Curug Siluwok, sebuah air terjun yang terletak di kedalaman wilayah Samigaluh. Curug Siluwok adalah destinasi wisata yang terletak tepatnya di Jalan Keweron No. 5, Keweron, Sidoarjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta. Membutuhkan waktu dengan estimasi 30-60 menit untuk mencapainya. Disarankan untuk menggunakan motor dalam menempuh perjalanan ke Curug lantaran jalan yang cukup sempit dan curam. Kami bersepakat untuk berkumpul di Asrama Dharma Putra Santren Universitas Gadjah Mada pada pukul 8 pagi. Malam harinya, pikiranku tidak dapat kualihkan dari kebahagiaan akan dapat berjumpa dengan kawan-kawanku di sebuah tempat yang bisa menyegarkan pikiran.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, matahari bersinar terang memancarkan cahayanya bak lautan emas di udara. Aku bersiap-siap dan segera berangkat menuju titik kumpul yang telah disepakati. Semua anggota perjalanan berkumpul pada pukul 8 tepat dan kami segera memulai perjalanan menuju lokasi. Sepanjang perjalanan, pemandangan didominasi oleh karpet hijau yang membentang di sisi kanan dan kiri berikut angin sepoi-sepoi yang turut menimbulkan kesan damai dan tenteram. Beberapa saat kemudian, jalan yang tadinya lurus landai mulai berubah menjadi jalan khas perbukitan dengan arsitektur naik-turun serta tikungan-tikungan tajamnya. Kami hanya mengandalkan aplikasi Google Maps untuk memandu perjalanan, akibatnya beberapa kali kami tersesat dan salah jalan.
Beberapa puluh menit berlalu dalam kebingungan, akhirnya kami berhasil mencapai destinasi wisata. Mataku menerawang sekeliling, berusaha mencari, di manakah air terjunnya? Namun aku gagal memergokinya. Bahkan untuk sekadar mendengar gemericiknya pun tidak berhasil. Seorang warga di lokasi memberitahukan arah menuju tujuan kami, melewati jalan setapak yang terbuat secara alami dan dikelilingi hutan yang lebat. Suasana hutan yang dingin dan asri menemani langkah kaki kami menyusuri jalan setapak. Setelah sekitar 400 meter kami berjalan, akhirnya kami dapat melihat air terjun tersebut. Air terjun tersebut berada di tengah hutan, berbentuk kolam dengan batuan di sekelilingnya, dan tentu saja, air yang memancar deras dari atas. Serempak kami berlari menuju pelukannya.
ADVERTISEMENT
Kami berganti baju dan langsung berlari menuju tangan-tangan dinginnya. Air meliuk-liuk menyambut tubuh kami, membelai dengan jemarinya yang dingin dan menyegarkan. Aku berusaha memanfaatkan waktu untuk benar-benar melepaskan penat dari tubuhku. Berbaring telentang di air dengan mata tertutup ternyata adalah salah satu cara efektif untuk mendapatkan ketenangan. 1-2 jam terlewati begitu saja, kami berendam di air sembari menceritakan keluh kesah perkuliahan selama ini dan harapan ke depannya. Aku melirik arloji di tanganku, jarum panjang menunjuk angka 12 sedangkan jarum pendek menunjuk angka 11, pertanda pukul 11 siang. Kami bersepakat untuk berhenti dan segera berganti baju, bersiap untuk kembali ke kediaman masing-masing. Jalan setapak itu sekali lagi merasakan aroma terompah kami yang berlumuran tanah basah.
ADVERTISEMENT
Area parkir motor itu menyambut kami sekali lagi, namun kali ini dengan nada perpisahan. Kami segera menaiki jok motor dan meninggalkan tempat terpencil yang penuh dengan keelokan itu. Aku tidak menyesal pernah menyambanginya, sebuah tempat yang tidak banyak manusia mengenalnya, namun tentunya menyimpan sejuta keindahan.