Konten dari Pengguna

Menaklukkan Gaya Hidup Boros Dengan Frugal Living

Nur Utari
Mahasiswi dari Universitas Mercubuana Psikologi
9 Juli 2024 9:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 18 Juli 2024 5:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Utari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh
Azalia Aisya Zafira, Nur Utari, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
ADVERTISEMENT
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
Frugal Living dan Media Sosial
Kehidupun frugal living adalah dimana seseorang mengadopsi kehidupan sederhana di berbagai aspek kehidupannya, mulai dari menu makanan hingga cara berpakaian. Pada kalangan orang dewasa, frugal living merupakan sebuah fenomena yang baru dalam kehidupan di masyarakat (Artikel DJKN). Saat ini bermunculan beberapa vlogger yang mencoba untuk mengenalkan dan memberikan pengaruh kepada netizen terkait dengan gaya hidup frugal living. Banyak tanggapan dari para netizen yang pada umumnya tidak percaya dengan apa yang bagikan dalam sosial media sosial. Para vlogger seringkali menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan yang terbatas. Namun, mereka dapat membeli berbagai macam aset, seperti kendaran mobil bahkan rumah dalam jangka waktu yang singkat. Banyak yang menilai hal itu merupakan hal yang tidak maksuk akal. Sebagian netizen berpendapat bahwa mereka adalah golongan orang yang tidak menikmati kehidupan dikarenakan terlalu hemat bahkan dinilai menyiksa diri. Namun, tidak sedikit pula yang mencoba mengikuti apa yang diceritakan oleh para vlogger tersebut. Mereka juga termotivasi bagaimana menjadi lebih cerdas untuk memiliki sesuatu. Apalagi saat ini banyak komunitas terkait yang anggotanya atau para pengikutnya bisa lebih semangat serta disiplin untuk memilih hidup secara frugal living. Salah satu komunitas terkait gaya hidup tersebut adalah Lyfe With Less. Mereka memiliki beberapa kegiatan seperti mengadakan saling silang dimana barang-barang yang layak pakai bisa ditukar secara gratis agar bisa bermanfaat bagi yang lain (@Lyfewithless)
By: Nur Utari dan Azalia Aisya Zafira
Untuk Apa dan Siapa?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya tujuan kehidupan dari frugal living adalah tentang hidup cerdas dalam finansial dan mencapai tujuan keuangan dalam jangka panjang. Selain itu kita akan terhindar dari kekhawatiran yang terjadi kedepannya nanti. John White, profesor filsafat pendidikan, menjelaskan dalam artikelnya "Hidup Berkelanjutan dan Mengapa Kita Harus Dididik" bahwa generasi masa depan harus merangkul kehidupan berkelanjutan. Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim seharusnya menginspirasi kita untuk mengajarkan kehidupan berkelanjutan serta mengajarkannya kepada generasi sekarang. Konsep hidup berkelanjutan tidak hanya perlu sebisa mungkin diajarkan kepada negara miskin dan berkembang, tetapi juga pada negara maju. Bintang dunia seperti Mark Zuckerberg, Steve Jobs, Ratu Elizabeth II, Leonardo DiCaprio dan selebriti lainnya telah mengikuti gaya hidup ini.
ADVERTISEMENT
Melihat Frugal Living Sebagai Pembelajaran Sosial
Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan teori belajar dalam ranah kognitif, dengan fokus pada psikologi kepribadian dan sosial.Teori Pembelajaran Kognitif Sosial merupakan suatu keadaan psikologis yang terjadi dalam setiap lingkungan individu. Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan hasil interaksi kekuatan internal individu (seperti tujuan, kebutuhan, dan tekanan psikologis) dan kekuatan eksternal individu (seperti perubahan struktur kognitif).
Berdasarkan hal ini, Teori pembelajaran kognitif sosial yang menekankan gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi di lingkungan sosial. Dengan melihat lingkungan sekitar, pembelajaran manusia akan terjadi dalam lingkungan sosial melalui mengamati perilaku dari orang lain, maka setiap manusia akan memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi- strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.
Teori pembelajaran kognitif sosial berfokus pada apa yang dipelajari orang dari mengamati (observasional) dan berinteraksi dengan orang lain. Di sisi lain, paham behaviorisme juga berkaitan dengan aspek perilaku manusia yang dapat dipelajari, diamati dan diukur, menekankan perubahan perilaku yang dihasilkan. Sebagian besar perilaku manusia dipelajari secara observasi melalui pemodelan. Dari mengamati orang lain, seseorang membentuk gagasan tentang bagaimana perilaku baru dilakukan yang kemudian pada kesempatan selanjutnya informasi yang dikodekan ini berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Teori ini menjelaskan adanya suatu proses keadaan yang dapat memberikan motivasi kepada orang lain melalui keadaan yang serupa. Bahwasannya seseorang yang belum mampu dalam menerapkan frugal living dapat meniru lingkungan seseorang yang bukan hanya memenuhi keinginannya saja, melainkan juga mempertimbangkan apa perioritas yang dibutuhkan. Melalui pandangan teori pembelajaran kognitif sosial, diketahui bahwa ketika seseorang dapat mengamati dan meniru tindakan orang lain, maka hal ini dapat menimbulkan pembelajaran. Perubahan perilaku yang terlihat merupaka bukti pembelajaran yang paling umum, tetapi tidak mutlak diperlukan. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa belajar dapat terjadi tanpa perubahan perilaku (Liu & Koirala, 2009).
ADVERTISEMENT
Perilaku frugal living menjadi salah satu contoh dari adanya teori pembelajaran kognitif sosial, dimana seseorang belajar dari apa yang telah terjadi baik dalam lingkungan sekitarnya maupun apa yang terjadi pada diri sendiri. Kemampuan seseorang dalam memahami lingkungan sosial dengan mempertimbangkan keseimbangan hidupnya agar tidak mengalami masalah dalam prosesnya. Lingkungan tempat seseorang tumbuh akan memberikan kontribusi pada perilaku, individu sehingga kognisi sama pentingnya. Orang belajar dengan mengamati orang lain, dengan lingkungan, perilaku, dan kognisi semua sebagai faktor utama dalam mempengaruhi perkembangan dalam hubungan triadik timbal balik. Pandangan psikologis mengenai pembelajaran sosial secara lansung dapat memberikan dorongan positif terhadap kognitif manusia. Adanya perubahan perilaku, seperti menerapkan frugal living, yang didorong oleh melalui pembelajaran sosial mampu memberikan penyelesaian pengelolaan keuangan.
ADVERTISEMENT
Setiap orang yang mempraktikkan gaya hidup hemat memiliki strategi yang berbeda-beda. Pada saat ini, berkembang penerapkan gaya hidup yang tidak berlebihan yang sebelumnya manusia akan selalu mengikuti perkembangan zaman tanpa memikirkan jangka panjang mengenai kehidupan yang akan dijalaninya. Sebagian orang hidup didasari untuk mendapatkan validasi dari orang lain sehingga bahkan mengutamakan hal-hal yang tidak menjadi kebutuhannya. Kehidupan seperti ini tidak akan terjadi perubahaan apabila perubahan itu tidak dilakukan oleh dirinya sendiri, mengubah cara berpikir untuk menuju masa depan yang lebih baik itu sangat diperlukan pada era saat ini. Oleh karena itu, memiliki lingkungan yang positif merupakan salah satu langkah untuk memulainya.
Dengan kata lain, pengetahuan yang diperoleh didasarkan pada peristiwa yang terjadi di lingkungan orang tersebut. Prinsip dasar teori pembelajaran sosial adalah individu belajar dengan mengamati tindakan dan konsekuensi yang dihasilkan orang lain, di mana individu tersebut dapat belajar untuk meniru perilaku yang diamati kemudian akan menuai hasil, atau mereka dapat belajar untuk tidak meniru tindakan tertentu dan pada akhirnya menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Fenomena frugal living yang berkembang dapat dilihat sebagai hasil pembelajaran antara individu dengan yang lainnya karena frugal living tampaknya telah memberikan perubahan positif pada individu yang sudah menerapkannya. Adanya komunitas dan lingkungan yang memperlihatkan, menjelaskan, memberikan contoh nyata atas hasil positif dari penerapan gaya hidup frugal living baik melalui media sosial maupun kehidupan nyata bisa dikatakan menjadi alasan individui-individu lain mempelajari gaya hidup tersebut serta ikut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya sehingga frugal living semakin berkembang.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, M. (2019). Teori belajar menurut aliran psikologi kognitif serta implikasinya dalam proses belajar dan pembelajaran. E-TECH: jurnal ilmiah teknologi pendidikan, 7(2), 1-12. https://doi.org/10.24036/et.v7i2.106979
Hartantri, R., Setyadi, B., & Gunarto, M. (2024). Analysis of the effect of frugal living on employee financial management in achieving financial freedom. International Journal of Finance Research, 5(1), 103-113. https://doi.org/10.47747/ijfr.v5i1.1700
Inayati, D. N. I., Jamilah, I., & Sujianto, A. E. (2024). Penerapan konsep frugal living dalam perencanaan keuangan pribadi. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(1), 2264-2278. https://doi.org/10.31004/innovative.v4i1.7940
Insani, F. D. (2019). Teori belajar humanistik Abraham Maslow dan Carl Rogers serta implikasinya dalam pembelajaran pendidikan agama islam. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(2), 209-230. https://doi.org/10.51226/assalam.v8i2.140
ADVERTISEMENT
Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori belajar menurut aliran psikologi humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 2(2), 270-275. https://doi.org/10.31004/jrpp.v2i2.483
Qasash, M., Syafruddin, M. A., Hamzah, A., Aksir, M. I., & Bachtiar, I. (2023). Pembelajaran pendidikan jasmani melalui teori koginitf. Jurnal Ilmiah STOK Bina Guna Medan, 11(1), 22–28. https://doi.org/10.55081/jsbg.v11i1.803
Wahyuni, M., & Ariyani, N. (2020). Teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran. Edu Publisher.