Konten dari Pengguna

Meningkatkan Psychological Well Being pada Guru

Sofia Nurvita
Seorang ASN pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Saya juga seorang Psikolog dengan peminatan bidang industri dan organisasi. Selain itu saat ini saya telah mendirikan Serenity Konsultan Psikologi yang bergerak pada layanan psikologi.
26 Mei 2024 14:46 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sofia Nurvita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu terakhir, kita sering mendengar berita mengenai stres kerja yang dialami oleh guru. Penyebabnya bermacam-macam, diantaranya ada yang disebabkan oleh tugas yang terlalu berat, ketidakmampuan beradaptasi dengan teknologi, maupun hal lainnya. Bahkan, pada Tahun 2022, Presiden Joko Widodo pernah menyebutkan dalam pidatonya bahwa tingkat stres guru lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Stres yang dialami oleh guru seringkali juga dikaitkan dengan ketidakmampuannya dalam menjaga kesejahteraan psikologis (psychological well being) agar tetap baik. Psychological Well Being sendiri dapat diartikan sebagai keadaan diri seseorang yang dapat merasakan kebahagiaan, mampu mengoptimalkan kelebihan pada dirinya serta merasakan hidup yang penuh makna.
Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang guru diharapkan memiliki psychological well being yang baik karena hal tersebut berpengaruh terhadap kondisinya saat bekerja. Guru yang memiliki psychological well being yang baik, dinilai dapat melakukan tugas pengajaran dan mendidik muridnya dengan lebih baik karena ia dianggap "telah selesai dengan dirinya sendiri".
Untuk meningkatkan psychological well being, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Merawat Diri Sendiri (Self Care)
Self care dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
ADVERTISEMENT
2. Membangun Hubungan Sosial yang Kuat
Dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain, perlu dilakukan beberapa upaya, antara lain:
3. Mengembangkan Coping Strategies
Terdapat dua bentuk coping strategies yang perlu dikembangkan, yaitu:
4. Menetapkan Tujuan yang Realistis
Tentukan goal yang jelas dan terukur: SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound). Tulislah semua tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya mintalah feedback pada orang lain untuk mengetahui apakah tujuan yang ditulis telah memenuhi kriteria dalam SMART.
ADVERTISEMENT
5. Melatih Berpikir Positif
Melatih diri untuk dapat selalu berpikir positif dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
6. Mencari Dukungan atau Bantuan Profesional
Dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga, sahabat, teman kerja dan komunitas. Sedangkan bantuan profesional dapat diperoleh dari konselor, psikolog, psikiater dan dokter.
7. Mempraktekkan "Mindfulness"
Mindfulness merupakan upaya untuk melatih kembali pikiran secara perlahan untuk fokus pada momen saat ini. Hal ini juga mengembangkan kemampuan untuk sadar dan memberi perhatian penuh pada momen saat ini daripada berkutat pada masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Dalam melatih mindfulness, dapat dilakukan dengan cara:
ADVERTISEMENT
Latihan dilakukan setidaknya 3 hingga 4 kali seminggu selama 10 hingga 15 menit per hari.
Upaya peningkatan psychological well being ini diharapkan dapat diusahakan secara masif oleh guru yang bersangkutan, pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan setempat. Dengan meningkatnya psychological well being guru, diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan siswa.