Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Curhatan Emak-Emak Rempong di Bulan Puasa: Saatnya Menanamkan Kejujuran
5 April 2023 14:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nuryum Saidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau Anda adalah emak-emak yang tambah rempong saat bulan puasa, tentu Anda tidak sendiri. Ada jutaan emak-emak yang tingkat kerempongannya naik satu level ketika bulan puasa tiba. Saya salah satunya.
ADVERTISEMENT
Saya memiliki tiga krucil yang selisih usianya cukup berdekatan. Setelah anak pertama lahir, saya dan suami masih belum mau berkenalan dengan per-KB an. Baru setelah tiga kali melahirkan dengan jarak yang berdekatan, saya mulai membuka hati untuk memberikan ruang bagi alat KB hadir di keluarga kami.
Anak-anak dengan segala keunikannya sering membuat stok kesabaran harus sering diisi ulang. Begitulah memangnya. Anda juga tentu mengalaminya.
Trio krucil sejak berada di bangku TK sudah mulai belajar puasa. Cukup setengah hari saja. Nah, saat si sulung dan si tengah menginjak usia tujuh tahun, suami dan saya mengompori mereka untuk mau belajar berpuasa penuh. "Enak lho, nanti kalau puasa sampai maghrib, dikasih 10 ribu setiap harinya". Begitu rayuan yang disampaikan ayahnya. "Sehari dapat 10 ribu, kalau 30 hari dapat banyak, ya" Si Tengah mulai membayangkan lembaran-lembaran uang yang akan diterimanya.
ADVERTISEMENT
Saat sahur di hari pertama, mereka sudah percaya diri bisa menyelesaikan tantangan puasa sehari. Namun, saat matahari tak malu menampakkan diri, marilah mulai menonton dan menikmati drama dari mereka. Mulai dari buka tutup kulkas, rengekan kehausan, dan sebagainya. Rasanya stok kesabaran dan ketenangan saya lebih cepat habis daripada biasanya. Beginilah membiasakan anak-anak menjalani puasa. Miripkan dengan cerita Anda dan Ananda.
Nyatanya, selama bulan puasa saya tidak hanya sekadar menyetok makanan, minuman, dan kudapan yang menggugah selera. Stok ilmu tentang puasa disiapkan juga. Kisah-kisah, dan nasihat keutamaan berpuasa perlu di dengarkan dengan lembut di telinga mereka. Maunya saya, janganlah drama ini terlalu lama. Nanti mirip sinetron yang ratusan episodenya. Duh! Semakin rempong di tenaga, hati dan pikiran jadinya.
ADVERTISEMENT
Selang satu pekan berpuasa, drama berisi rengekan dan terkadang tangisan itu mulai kelihatan menyisakan akhir yang membahagiakan. Terlihat mereka sudah dapat beradaptasi. Antara perut dan emosi mulai akur dan bersahabat kembali. Begitu saya berasumsi. Emakpun mulai bersorak dalam hati.
Eits, benarkah tujuan saya membiasakan anak-anak berpuasa sudah mencapai kesuksesannya. Jawabannya saya dapatkan setelah si Tengah melaporkan kejadian yang membuat saya harus instropeksi diri.
Si Tengah menceritakan bahwa dia mendapati si kakak sembunyi-sembunyi minum sebungkus es cokelat saat siang hari. Saat itu memang saya dan suami ada keperluan di luar rumah. Laporan itu diceritakan si Tengah saat kami mengunyah menu buka puasa.
Respon cepat pun disampaikan si sulung, "Nggak, kok" elaknya dengan percaya diri. Saya dan suami saling berpandangan dalam diam. Saya berusaha merespon kejadian ini dengan selow dulu.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, selownya nggak bisa tahan lama. Emak-emak macam saya masih belum bisa sabaran untuk segera menyelesaikan masalah. Sendok yang di tangan, segera saya letakkan. Dengan nada do rendah, saya tanya si kakak. "Beneran tadi minum es?, Ibuk nggak marah, kok," tanya saya.
"Allah itu maha melihat lho, Kak," pertanyaan saya semakin mendesaknya. Setelah sekian detik, saya mendapati anggukan kepalanya. Sebuah jawaban singkat yang membuat saya harus membelajarkan kepadanya tentang satu nilai penting dari puasa.
***
Di Bulan Ramadan ini, setiap muslim diperintahkan untuk berpuasa. Ibadah puasa ini berbeda dengan ibadah lainnya: shalat, sedekah, berhaji dan lainnya. Puasa atau tidaknya seseorang, tidak ada seorangpun yang tahu.
Bisa saja, dia mengaku berpuasa padahal dia selesai makan siang di warung nasi sebelumnya. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali penjual nasi dan dia sendiri tentunya.
ADVERTISEMENT
Nilai teramat penting dari ibadah puasa ini salah satunya adalah tentang kejujuran. Sebuah nilai yang semakin hari semakin luntur dalam kehidupan kita.
Menanamkan kejujuran pada anak-anak adalah sebuah pekerjaan yang tidak sederhana. Perlu ada proyek atau momen untuk menanam dan menguatkan kejujuran pada diri mereka. Dan berpuasa ini adalah salah satu momen yang bisa orang tua manfaatkan untuk itu.
Nilai kejujuran dan merasa dalam pengawasan Allah ini yang perlu terus kita tekankan pada anak-anak karena orang tua tidak bisa mengawasi anaknya setiap detiknya.
Bulan Ramadan ini memang membuat emak-emak bertambah kerempongannya. Kerempongan yang tidak hanya untuk menyiapkan sahur, buka puasa, dan persiapan hari raya. Kerempongan itu adalah memastikan bahwa anak-anaknya berpuasa dengan sebuah nilai kejujuran di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sebuah kerempongan yang berbuah manis nantinya.