Konten dari Pengguna

Teruslah Berdoa Bu, untukmu dan Anakmu

Nuryum Saidah
Pengajar dan Ibu rumah tangga berdomisili di Gresik
13 November 2023 8:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nuryum Saidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memiliki anak yang 'berbeda' dengan anak lain bukanlah keinginan setiap ibu. Termasuk saya. Bukan hal yang mudah untuk bisa langsung menerimanya.
ADVERTISEMENT
Dia, anak sulung kami. Lahir dengan kondisi CTEV (Conginetal Talipes Equinovarus) , yaitu kelainan pada kedua kaki bayi yang bengkok ke dalam. Memiliki anak pertama yang 'berbeda' cukup membuat saya cukup terpukul.
Namun, tentu sebagai orang tua, kami berusaha mengupayakan kesembuhan untuknya dan berharap dia bisa seperti anak normal pada umumnya.
Terapi itupun sudah diberikan padanya bahkan beberapa jam setelah dia dilahirkan. Oleh dokter spesialis tulang, kedua kakinya harus digips. Tujuannya adalah agar posisi kedua kakinya bisa lurus.
Terapi yang diterimanya nyatanya tidak berhenti dengan satu kali terapi saja. Dia harus melewati beberapa terapi yang sungguh berat bagi anak yang masih berusia hitungan hari.
Perjalanan terapi untuk CTEV nya pernah kami hentikan sementara karena dia mengalami hernia. Rupanya, kakinya yang mendapatkan beban selama proses terapi menjadi pemicu munculnya hernia padanya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan terapi untuk kaki 'bengkok' nya masih berlanjut dengan pijatan-pijatan pada kakinya. Hanya saja, hingga berusia lebih dari setahun, perkembangan motoriknya begitu lamban. Semoga dia dapat berjalan tegak di muka bumi-Mu Ya Allah, pinta saya sebagai ibunya kepada Tuhan Sang Penguasa.
Takdirnya Allah menyapa indah. Di usia 18 bulan, kedua kakinya mulai kuat untuk berjalan setapak demi setapak. Dia mampu berjalan dengan kondisi telapak kaki masih bengkok ke dalam. Posisi kaki yang demikian mengakibatkan dia mudah terjatuh jika berlari. Dia pun mampu berjongkok dengan baik. Meski awalnya, terapis meragukan kemampuan ini dapat dilakukan oleh penyintas CTEV.
Bukan hanya perkembangan motoriknya nya yang lamban, kemampuan verbalnya masih belum mengalami kemajuan yang berarti bahkan di usianya yang menginjak empat tahun. Tentu kami menjadi khawatir dengan kondisi itu. Ikhtiar belajar meniup, terus mengajak bicara, bercerita dan terapi lainnya semakin gencar kami lakukan.
ADVERTISEMENT
Namun, rangkaian ikhtiar tanpa doa hanyalah kesombongan belaka. Maka, untaian doa menjadi kebutuhan pokok seorang ibu untuk anaknya. Perlahan, kemampuan berbicaranya semakin bertambah. Di usia sekolah dasar, dia mulai lancar berbicara. Sebuah hadiah manis lagi dari Sang Pencipta.

Kisah Nyata Doa Ibu Para Ulama

Ilustrasi berdoa. Foto: Shutterstock
Bagi sosok ibu, doa untuk anaknya adalah seperti tarikan napas yang tidak pernah berhenti. Kisah nyata tentang doa ibu bahkan begitu terkenal dari sepenggal perjalanan hidup Imam Bukhori. Beliau yang fenomenal dengan karyanya berupa kumpulan hadits shahih.
Semasa kecilnya, Imam Bukhari yang dijuluki Abu Abdillah ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Kedua matanya tidak bisa melihat dengan baik. Kondisi yang demikian tentu membuat hati ibunya sangat bersedih. Sang ibu pun tidak berhenti berdoa kepada Allah, agar kedua mata anaknya dapat melihat kembali.
ADVERTISEMENT
Sang ibu terus mengetuk pintu Rabb-nya. Sampai Allah swt kemudian mengijabah doanya dan mendengar pinta hamba-Nya. Sang ibu kemudian bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s. yang mengabarkan akan kesembuhan putranya.
Rupanya benar adanya, bahwa penglihatan putranya telah kembali pulih. Imam Bukhari kembali bisa melihat dengan baik. Hingga beliau terus belajar dan menjadi ahli hadits-hadits shahih di seluruh penjuru dunia sepanjang masa.
Selain sosok ibunda Imam Bukhari, para ulama lainnya juga memiliki ibunda yang luar biasa. Seperti ibunda Imam Syafi'i, ibunda Imam Malik dan yang lainnya.
Mereka, para Ibunda yang begitu kuat hubungannya dengan Allah. Doa mereka lah yang mengantarkan putranya menjadi pribadi yang hebat.

Berdoa Agar Anak Sholeh, Berdoa Menjadi Ibu yang Shalihah

Ilustrasi berdoa. Foto: Shutter Stock
Rabbi habli minnashalihin. Ya Tuhanku karuniakan kepadaku anak-anak yang sholeh. Doa yang sering dilantunkan di setiap waktu. Doa yang terus dibaca para orang tua tanpa bosan.
ADVERTISEMENT
Doa sang ibu kepada anak-anaknya tidak pernah berhenti. Ketika anaknya belum bisa berjalan dan berbicara, ibu berdoa anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Ketika anaknya memasuki bangku sekolah, sang ibu berdoa anaknya bisa bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sukses dalam kehidupannya.
Bahkan, beberapa kali saya bertemu dengan ibu-ibu yang memiliki anak yang belum menikah, sang ibu menjadi begitu khawatir dan semakin menderaskan doa untuk anaknya agar mendapatkan jodoh yang baik.
Nyatanya, bahkan setelah mendapat jodoh dan berumahtangga, doa sang ibu masih terus mengalir untuk anak-anaknya.
Begitu perjalanan panjang doa-doa ibu kepada anak-anaknya. Untuk itu, ibu butuh energi yang panjang juga. Energi yang didapat ibu tentu dari Allah, sang Pencipta. Maka, ibu pun butuh doa untuk diri nya sendiri. Doa untuk dirinya agar terus mampu mendoakan. Hal sederhana yang seringkali terlupa oleh ibu untuk dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ibu, sudah kah berdoa untuk dirimu sendiri hari ini?