Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Penyalin Cahaya, Kisah Pelecehan Seksual yang Diabaikan
22 Januari 2022 11:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nyayu Fajrina Dwi Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kontras dengan kasus yang menjerat co-writernya, Henricus Pria yang dilaporkan sebagai pelaku pelecehan seksual, film Penyalin Cahaya mengangkat isu penyintas pelecehan seksual yang terjadi di Universitas.
ADVERTISEMENT
Bukan ingin mengesampingkan fakta di balik filmnya, tetapi lebih mengingatkan bahwa film Penyalin Cahaya merupakan hasil kerja kolektif yang terdiri dari kru-kru lainnya yang telah berupaya maksimal menghadirkan film yang berkualitas hingga berhasil tayang di Netflix 13 Januari lalu. Sehingga memang patut untuk diapresiasi mengingat film ini sedari awal telah menyedot perhatian masyarakat sejak masuk ke Busan International Film Festival.
Film panjang perdana garapan Wregas Bhanuteja ini berhasil memenangkan 12 penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2021 yang di antaranya film terbaik, sutradara terbaik, penulis skenario terbaik, mengalahkan film Yuni karya Kamila Andini. Hal tersebut membuat kita bertanya-tanya akan sekuat apa impact yang dirasakan ketika menonton film Penyalin Cahaya ini.
Mengusung konsep misteri yang dominan, Wregas Bhnuteja rupanya tahu betul bagaimana membuat penonton terkecoh, dan bagaimana detail-detail yang dihadirkan mempunyai payback yang sangat besar dalam jalannya cerita. Sepanjang film, rasa-rasanya tidak ada adegan yang bertele-tele atau tidak penting, justru semua adegan memang ditujukan untuk maksud tertentu dan disuguhkan layaknya kepingan puzzle, satu per satu muncul menuntaskan hipotesa penonton.
ADVERTISEMENT
Beberapa adegan akan membuat kita bertanya-tanya, seberapa banyak sebenarnya unsur nyata dari kasusnya sendiri yang dimasukkan oleh co-writernya ke dalam naskah filmnya. Atau apakah benar kisah ini terinspirasi dari kisah nyata co-writernya sendiri? Hal tersebut juga lah yang membuat pengalaman penonton akan terasa lebih horor ketika isu penyintasan pelecehan seksual konsisten dibahas sepanjang narasi film.
Mungkin kita sudah sering menonton film yang menyelipkan unsur-unsur budaya khas Indonesia, yang membedakan adalah Penyalin Cahaya berhasil memasukkan elemen tersebut dengan jujur, percaya diri, hingga memadukannya ke dalam elemen naratifnya, tidak terkesan memaksakan atau sekedar asal tempel saja. Semua itu tidak akan terjadi jika tidak didukung oleh struktur naratif naskah yang cerdas, logis, kompeten dan solid.
ADVERTISEMENT
Dari jajaran castnya, Penyalin Cahaya tampil segar dengan menempatkan Chicco Kurniawan dan Shenina Cinnamon sebagai pemeran utama. Chicco dan Shenina yang sebelumnya beberapa kali mencuri perhatian lewat peran kecilnya di film-film terdahulunya, berhasil tampil memukau, luwes, meyakinkan dan solid, boleh jadi ini adalah penampilan terbaik mereka. Tak heran, jika keduanya berhasil memenangkan penghargaan pemeran utama pria dan wanita terbaik pada Festival Film Indonesia 2021 kemarin.
Karakter yang diperankan Chicco sendiri bisa dibilang sebagai mood booster para penonton ketika beberapa dialog film dirasa terlalu mendikte. Bahkan mungkin beberapa di antara kalian akan tercengang dengan tujuan penulis naskahnya sendiri menempatkan karakter yang diperankan oleh Chicco ini, bukan sekedar sebagai pendamping pemeran utama wanitanya, melainkan ikut turut menghidupkan jalan cerita.
ADVERTISEMENT
Selain itu jangan lupakan pemeran pendukung seperti Jerome Kurnia, Giulio Parengkuan, Dea Panendra, Lutesha, dan Lukman Sardi yang entah kenapa terasa tepat sekali memerankan karakternya. Mungkin beberapa yang menonton akan merasa jengkel dengan beberapa karakter, seperti karakter yang diperankan oleh Lukman Sardi.
Selain terasa menyebalkan, karakter yang diperankan Lukman Sardi rasanya sedikit sayang jika dihilangkan begitu saja dan tidak mengalami perkembangan. Namun, semua rasa menyebalkan itu akan terkalahkan dengan plot dinamis yang disuguhkan. Plot yang memang sengaja dibuat Wregas untuk menambah impact yang dirasakan oleh penonton, ketika satu per satu kebenaran mulai terungkap.
Pada akhirnya, Penyalin Cahaya dengan percaya diri mampu membuktikan bahwa film drama misteri yang kental dengan budaya Indonesia dapat melampaui ekspetasi semua kalangan penonton di tengah film-film Indonesia yang marak bersetting di luar negeri dan berunsur kebarat-baratan.
ADVERTISEMENT