Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Makna Filosofis Upacara Potong Gigi: Ritual Kedewasaan dalam Tradisi Bali
3 Desember 2024 16:36 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nyoman Natasya Ardinarasti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bali merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia yang memiliki budaya dan tradisi yang sangat beragam, salah satu contohnya adalah tradisi Potong Gigi yang akan kita bahas di artikel kali ini. Upacara Metatah atau Potong Gigi merupakan suatu upacara keagamaan yang dilaksanakan ketika remaja telah beranjak dewasa. Upacara ini juga merupakan simbol pendewasaan dan juga peralihan kehidupan seseorang ke tahap selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Makna dan Tujuan Upacara Potong Gigi
Upacara Potong Gigi sendiri bertujuan untuk mengendalikan sifat sifat buruk manusia yang setelah beranjak dewasa akan berkembang dan sulit dikendalikan, sifat buruk ini dikenal dengan sebutan Sad Ripu atau enam sifat buruk manusia. Sad Ripu memiliki bagian-bagian yaitu : Kama (nafsu), Lobha (keserakahan), Kroda (kemarahan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan yang terakhir adalah Matsarya (iri hati). Oleh karena itu, setelah melaksanakan upacara ini dengan meratakan gigi bagian atas, terutama gigi taring, manusia telah disucikan dan diharapkan mampu mengendalikan sifat buruk dalam dirinya serta menjadi lebih matang secara emosional dan spiritual.
Tahapan Pelaksanaan Upacara Potong Gigi
Upacara Potong Gigi biasanya dilaksanakan pada pagi hari setelah matahari terbit. Sehari sebelum upacara dilaksanakan, para peserta akan melaksanakan upacara mekekeb, yang mana mereka dilarang untuk keluar rumah.
ADVERTISEMENT
Upacara Potong Gigi diawali dengan proses penyucian diri untuk membersihkan tubuh dan juga jiwa. Setelah itu, peserta akan menginjak sesaji yang ada di bawah tempat upacara potong gigi. Hal ini bertujuan untuk mendapat kekuatan dari Sang Hyang Widhi Wasa.
Selanjutnya pemangku akan memotong atau mengikir dua gigi taring dan empat gigi geraham atas peserta dengan alat khusus. Setelah proses pengikiran telah selesai, peserta akan diminta mencicipi enam rasa yang memiliki simbol atau arti masing-masing, yaitu : rasa pahit dan asam melambangkan ketabahan dalam menjalani hidup yang keras, rasa pedas merupakan simbol kemarahan, diharapkan peserta nantinya dapat selalu sabar terhadap hal-hal yang dapat memicu kemarahan, selanjutnya ada rasa sepat melambangkan ketaatan terhadap aturan dan norma yang berlaku di masyarakat, rasa asin melambangkan kebijaksanaan dan yang terakhir ada rasa manis yang melambangkan kehidupan yang senantiasa bahagia.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya peserta akan diminta untuk berkumur dan air bekas kumurannya akan disimpan dalam kepala gading yang akan dikubur atau ditanam di belakang tempat sembahyang keluarga atau sanggah keluarga. Hal ini bertujuan agar air bekas kumuran ini menyatu dengan leluhur.
Simbolisme Upacara Potong Gigi
Upacara Potong memiliki beberapa perlengkapan yang dianggap sebagai simbolisme, yaitu diantaranya adalah :
Pentingnya Upacara Potong Gigi dalam Kehidupan Masyarakat Bali
Upacara Potong Gigi sendiri tidak hanya sebagai ritual keagamaan saja, namun juga sebagai ajang untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan juga komunitas sekitar kita. Upacara ini mengajarkan kita nilai-nilai pengendalian diri, kedewasaan dan juga rasa hormat terhadap leluhur, sehingga menjadikannya salah satu tradisi yang sarat akan makna spiritual dan sosial. Tradisi ini sendiri merupakan cerminan dari budaya Bali yang memadukan ajaran agama dan kehidupan bermasyarakat dalam harmoni yang indah.
ADVERTISEMENT