Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menelusuri Keunikan Desa Adat Tenganan Pegringsingan: Warisan Budaya Bali Aga
25 Maret 2025 21:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zuriska Fitriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya adalah Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Terletak di Kabupaten Karangasem, desa ini menawarkan keunikan yang membedakannya dari desa-desa lain di Bali. Dengan sistem adat yang masih sangat kental, masyarakat Tenganan Pegringsingan tetap mempertahankan warisan leluhur mereka, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun arsitektur perkampungan.
ADVERTISEMENT
Lokasi dan Latar Belakang Sejarah
Desa Adat Tenganan Pegringsingan berada sekitar 67 kilometer dari Denpasar dan berjarak 18 kilometer dari Kota Amlapura. Dikelilingi oleh perbukitan, desa ini memiliki suasana yang asri dan tenang, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Keberadaannya yang sedikit terpencil semakin memperkuat kesan eksklusivitas desa adat ini.
Secara historis, Tenganan Pegringsingan diyakini telah ada sejak abad ke-14, pada masa Kerajaan Bedahulu. Nama "Tenganan" berasal dari kata "tengah," yang merujuk pada posisinya di antara dua bukit. Sementara itu, "Pegringsingan" berasal dari kain Gringsing, kain khas yang ditenun menggunakan teknik khusus tanpa memotong benang. Keunikan kain ini menjadikannya simbol penting bagi masyarakat setempat dan hanya dapat ditemukan di desa ini.
ADVERTISEMENT
Konon, masyarakat Tenganan adalah keturunan langsung dari orang-orang Bedahulu yang diberikan tanah oleh Dewa Indra setelah berhasil menemukan kuda putih milik kerajaan yang hilang. Sejak saat itu, desa ini menjadi salah satu pemukiman asli masyarakat Bali Aga, yakni kelompok masyarakat Bali yang tidak banyak terpengaruh oleh budaya Majapahit.
Tata Ruang dan Pola Perkampungan
Salah satu aspek menarik dari Desa Adat Tenganan Pegringsingan adalah tata ruangnya yang khas dan terstruktur rapi. Rumah-rumah di desa ini tersusun sejajar dalam barisan memanjang dari utara ke selatan, menyesuaikan kontur tanah yang bertingkat. Setiap rumah menghadap ke area terbuka yang menjadi pusat aktivitas masyarakat, seperti upacara adat dan pertemuan desa.
Di tengah desa, terdapat bangunan penting seperti Bale Agung, yang digunakan sebagai tempat musyawarah dan pengambilan keputusan adat. Selain itu, terdapat beberapa pura yang menjadi pusat kegiatan keagamaan serta bangunan lumbung padi yang berfungsi sebagai penyimpanan hasil pertanian. Pola pemukiman ini mencerminkan filosofi masyarakat yang tetap menjaga keseimbangan antara kehidupan sosial, adat, dan alam.
ADVERTISEMENT
Ekonomi dan Mata Pencaharian Masyarakat
Sebagian besar warga Tenganan Pegringsingan masih bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Mereka mengelola sawah, kebun, dan ladang yang tersebar di sekitar desa. Tanaman seperti kelapa, cengkeh, kopi, dan pisang menjadi hasil utama yang diolah dan dijual.
Selain bertani, masyarakat juga mengembangkan berbagai usaha kerajinan tangan, terutama kain Gringsing yang terkenal di seluruh dunia. Kain ini dibuat dengan teknik tenun ganda yang rumit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, harga kain Gringsing tergolong tinggi dan banyak diburu oleh kolektor kain tradisional.
Selain kain Gringsing, masyarakat juga menghasilkan kerajinan lain seperti Prasi, yaitu seni ukir pada daun lontar yang menggambarkan kisah pewayangan dari epos Ramayana dan Mahabharata. Produk-produk ini banyak dijual di kios-kios seni yang ada di desa, seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
ADVERTISEMENT
Pariwisata sendiri telah menjadi salah satu sektor yang mendukung perekonomian desa. Dengan statusnya sebagai desa wisata, Tenganan Pegringsingan menarik perhatian banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menyaksikan langsung kehidupan masyarakat Bali Aga yang masih mempertahankan tradisi leluhur mereka.
Teknologi dan Peralatan Tradisional
Meskipun telah mengalami modernisasi dalam beberapa aspek, masyarakat Tenganan tetap mempertahankan penggunaan berbagai peralatan tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa alat khas yang masih digunakan antara lain gamelan Selonding, alat musik sakral yang digunakan dalam upacara adat, serta tamiang, perisai bambu yang dipakai dalam tradisi perang pandan.
Di bidang pertanian, masyarakat masih memanfaatkan alat-alat sederhana seperti cangkul, bajak kayu, dan lesung untuk mengolah hasil panen. Peralatan rumah tangga seperti gerabah, tempurung kelapa, dan anyaman bambu juga masih umum ditemukan di rumah-rumah warga.
ADVERTISEMENT
Meskipun listrik dan alat-alat elektronik sudah masuk ke desa, penggunaannya masih sangat terbatas dan tidak mengubah pola hidup masyarakat secara signifikan. Warga tetap mempertahankan nilai-nilai adat dan tradisi mereka, sehingga teknologi modern hanya digunakan sebatas untuk kebutuhan dasar tanpa menggantikan peralatan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Destinasi Wisata Budaya yang Autentik
Dengan segala keunikan yang dimilikinya, Desa Adat Tenganan Pegringsingan menjadi salah satu destinasi wisata budaya terbaik di Bali. Pengunjung yang datang tidak hanya bisa menikmati keindahan alam desa yang masih asri, tetapi juga berkesempatan menyaksikan langsung berbagai upacara adat, seperti Mekaré-kare atau perang pandan, yang merupakan bagian dari ritual tahunan Usaba Sambah.
Selain itu, wisatawan juga bisa belajar tentang teknik pembuatan kain Gringsing, melihat langsung proses ukiran Prasi, hingga mencicipi kuliner khas yang hanya bisa ditemukan di desa ini. Semua pengalaman tersebut menjadikan Desa Adat Tenganan Pegringsingan sebagai tempat yang wajib dikunjungi bagi mereka yang ingin mengenal lebih dalam budaya asli masyarakat Bali Aga.
ADVERTISEMENT
Sebagai komunitas adat yang terus menjaga tradisinya, desa ini menjadi bukti nyata bahwa kebudayaan lokal masih dapat bertahan di tengah arus globalisasi. Dengan kesadaran tinggi dalam melestarikan warisan leluhur, Desa Adat Tenganan Pegringsingan tetap menjadi salah satu simbol keunikan budaya Bali yang patut untuk dijaga dan dilestarikan.
Zuriska Fitriana, mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang.