Konten dari Pengguna

Abaka, Si Pisang Serba Bisa

Ochi Amanaturrosyidah
Asisten Editor di kumparan
9 Januari 2017 11:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ochi Amanaturrosyidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Abaka (Musa textilis) atau biasa dikenal dengan nama Pisang Manila bisa dibilang merupakan "cinta pertama" saya waktu kuliah. Yap, bertahun-tahun menyelami dunia per-tekstilan, baru kali itu saya benar-benar terobsesi dengan sesuatu. Hingga akhirnya saya sempat melabuhkan hati, meminang si Abaka menjadi topik tugas akhir saya (yang akhirnya gagal. Ah itu beda cerita).
ADVERTISEMENT
Pisang Abaka merupakan tumbuhan yang (katanya) asli Filipina namun tumbuh liar dengan baik (lol) di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Tanaman ini memiliki batang semu dengan diameter 15-38 cm dengan tinggi 4-7 meter. Kebayang kan, berapa pocong yang bisa ngumpet dibelakang Pohon Pisang Abaca.
Skip soal sejarah Abaca. Nah, kenapa saya begitu jatuh cinta dengan Abaca? Karena dia serba bisa! Betul kawan-kawan, SERBA BISA! (Saking ngebetnya saya dengan Abaca, saya sampai dikira mengikuti aliran sesat Abacaism -nyembah pohon pisang- haha). Yuk kita mulai membedah si pisang ini.
BATANGNYA
Orang Jawa menyebutnya "gedebog". Bukan hanya dijadikan panggung wayang kulit, gedebog pisang Abaca ternyata menjadi sumber serat terbesar (kapan-kapan saya bahas soal cara pengambilan seratnya). Serat Abaca sendiri merupakan serat alam TERKUAT. Dari serat ini, bisa dimanfaatka untuk berbagai produk:
ADVERTISEMENT
- Industri kertas (pembuatan Dollar AS dan kantong teh).
- Pengganti PU (Polyurethane) pada pelapis mobil. PU adalah salah satu penyumbang kerusakan ozon terbesar. Beberapa perusahaan otomotif seperti Mercedes Benz dkk sudah mulai berpaling ke Abaca alih-alih menggunakan PU
- Tali tambang kapal. Selain kuat, serat Abaca juga memiliki ketahanan terhadap air garam yang sangat tinggi sehingga cocok dijadikan bahan untuk tali tambang kapal.
- Pembuatan Asbes (itu lho atap bening yang non-kaca).
- Pembuatan kerajinan tangan. Ini mah pasti. Contohnya adalah lampu yang saya buat ini. Lampu ini sebenernya hasil dari eksperimen yang gagal tapi dibuang sayang. AKhirnya dengan sedikit modifikasi, malah jadi lampu kamar yang kece badai (memuji diri sendiri ceritanya)
ADVERTISEMENT
dengan efek cahaya seperti ini (dari atas)
- TEKSTIL. Ini nih fokus saya dulu. Jadi, setelah melewati berbagai percobaan (dan siksaan), ternyata kain dari serat Abaca ini bisa memiliki kelembutan yang setara dengan sutra. Kainnya sangat lembut dan dingin ketika dikenakan sebagai bahan pakaian. Harganya bersaing lah dengan sutra.
BUAH DAN JANTUNGNYA
Walaupun keluarga pisang, tapi buah Abaca TIDAK BISA DIMAKAN. Rasanya nggak ada enak-enaknya. Puih. Tapi, walaupun nggak ada enak-enaknya bukan berarti nggak berguna. Buah Abaca bisa dimanfaatkan untuk beberapa hal.
- Kosmetik. Wah saya lupa detailnya, pokoknya khasiatnya adaalah anti-aging.
- Obat. Bisa digunakan untuk pembuatan obat darah tinggi dan jantung.
- Ngerjain orang. Taruhlah itu di meja makan, biar orang salah makan, dikira pisang beneran muahahaha.
ADVERTISEMENT
BIJINYA
Sampai hari ini kegunaan biji dan akar Abaca yang saya tahu cuma buat menanam Abaca aja.
Sayangnya penelitian dan semangat saya untuk menjadi juragan pisang tidak berlanjut. Walaupun kampung halaman saya sangat potensial untuk ditanami Abaca, namun modal dan waktu lah yang membuat mahasiswa seperti saya mundur teratur. Mungkin suatu hari nanti, bisalah Temanggung diubah dari penghasil utama tembakau menjadi penghasil utama Abaca. HIDUP ABACA!