Kenapa Banyak Karakter Superhero yang Berprofesi Sebagai Wartawan?

Siapa yang tidak kenal dengan Eddie Brock? Wartawan investigasi kenamaan yang mengungkap berbagai macam kejahatan melalui programnya. Lalu, siapa pula yang tidak tahu Daily Buggle? Surat kabar tempat Peter Parker bekerja. Atau novelis sekaligus wartawan Clark Kent?

Dari kecil, gue adalah penggemar cerita-cerita superhero (meski selalu memilih berada di kubu antiheroes-nya, sih). Bukan cuma ceritanya yang seru, gue juga menikmati pengembangan karakter masing-masing tokoh. Lalu, gue baru kepikiran, kenapa banyak superhero yang 'pekerjaan aslinya' wartawan?

Dan jawabannya ditemukan setelah gue bekerja sebagai wartawan di kumparan sejak dua tahun lalu.

Sudah senior sekali ya, Mas Clark.

Boleh dong sedikit flashback, kira-kira dua tahun tiga bulan yang lalu. Gue, sebagai anak rantau yang enggak pulang kampung abis lulus, melemparkan lamaran ke banyak perusahaan. Kalau dihitung, mungkin ada sekitar seratus lebih lamaran. Job desk apapun gue lamar, asal masih masuk kriteria gue: gambar atau nulis atau keduanya.

Meski menyandang gelar Sarjana Desain, tapi percayalah, gue enggak jago gambar. Dan meski rajin nulis di blog atau nyampah bikin cerpen-novel, tulisan gue juga enggak bagus. Masalahnya, gue lebih sampah lagi di luar dua bidang itu.

Terjawab kan, kenapa gue enggak jadi desainer....

Singkat kata, suatu hari gue dipanggil untuk interview di kumparan. Waktu itu, sejujurnya, gue lupa, kumparan ini apa? Waktu gue buka website-nya, belum ada. Pun, gue enggak punya circle yang bergerak di bidang jurnalistik, jadi gue kira ini ... perusahaan elektronik.

Jadi, momen interview ini adalah momen paling bodoh dan memalukan dalam hidup gue. Waktu gue datang, udah ada beberapa orang pencari suaka lainnya. Gue bingung, harus ngisi apa di kolom 'jobdesk yang dilamar'. Akhirnya gue isilah, sama kayak di atas gue. Tolong, kalian jangan kayak gue, agar..

Gue di-interview oleh Mbak Nurul Hidayati--yang setelah masuk, gue baru tau kalau beliau adalah ahli bahasa di kumparan. Pertanyaan dimulai dengan;

"Jadi, kumparan kan belum ada produknya. Nah, kamu tahu enggak, kumparan ini tuh apa sih?

"Hmm, perusahaan elektronik? Soalnya kan kumparan, itu lilitan dalam dinamo kan?"

Yak, gue sukses bikin user ketawa ngakak atas kebodohan jawaban gue. Detik itu juga, gue sadar kalau gue salah. Otak gue lalu mencoba mencari jawaban lain. Nasib gue kayak lagi...

"Eh, bukan ya? Kalau gitu, ini perusahaan outsourcing?"

Ketawanya makin keras. Dalam hati, oke, gagal sudah gue dapet kerjaan. Malah malu-maluin diri sendiri. Daripada sedih, lebih ke arah malu, jadi pelamar kok bego banget sih gue.

Singkat kata, mungkin karena gue terlihat meyakinkan dan jawaban gue memuaskan (kecuali satu jawaban itu, dan itu krusial banget sih sebenernya), ternyata gue diterima. Satu bulan pertama kerja, gue masih enggak ngerti gue ini kerja apaan!

Karena situs kumparan belum ada, gue dan puluhan wartawan baru kumparan lainnya, diberi pelatihan jurnalistik. Daripada teori, kumparan lebih memilih memberikan pelatihan 'nyata' dengan langsung menerjunkan kami ke lapangan, mengirim berita, lalu di sore hari ke kantor untuk di-review tulisannya. Selama satu bulan.

Dari situ, pelan-pelan gue mulai sadar, kenapa superhero banyak yang berprofesi sebagai wartawan. Sebab, sebagai wartawan, banyak tuntutan yang harus dipenuhi. Termasuk:

1. Daya Tahan Tubuh Tinggi

Orang yang kerja kantoran, mungkin akan mengeluh dengan jam kerja 9-5 lalu ditambah lembur. Tapi sebagai wartawan, jam kerja 9-5 adalah mukjizat.

Bahan berita, itu datangnya tidak kenal waktu. Mau pagi, siang, malam, dini hari, kalau emang nasib ya pasti ada aja. Kan enggak mungkin juga, misalnya, kita minta ke pelaku teror "Mas, kalau mau ngebom, besok aja agak siangan. Jam segini saya belom bangun soalnya semalem abis..."

Kadang, gue pernah kerja cuma lima jam sehari, itu pun sejam kerja, empat jam bengong. Indonesia sedang aman sentosa. Pernah juga belasan jam. Itu tergantung nasib. Dengan jam kerja yang acak, daya tahan tubuh tinggi tentu diperlukan agar tidak mudah sakit.

2. Fisik yang Kuat

Waktu pertama kali resmi turun ke lapangan, tugas gue adalah mengikuti agenda salah satu Calon Gubernur (Cagub) DKI 2017. Cagub yang gue ikuti ini, kebetulan, fisiknya memang luar biasa. Dalam satu hari, ada sekitar 5-6 agenda yang dia ikuti dari pagi sampai tengah malam.

Agenda ini, kadang agak kurang ajar. Misalnya, pagi jam 7 dia ikut senam sehat di Cibubur, lalu agenda kedua tahu-tahu di Koja, Jakarta Utara. Ngerjain banget kan ini. Belum lagi, cagub yang gue ikuti ini setiap kampanye selalu jalan kaki, paling enggak menyusuri dua desa.

Kaki harus terus jalan, mata harus awas dan merekam semua kejadian menarik di sekitar, telinga harus waspada dan peka, tapi tangan harus terus mengetik berita. Mulut? Ya, mulut mah pasti ngeganyem cemilan tanpa henti lah.

Tanpa fisik yang kuat, kita akan mudah tumbang. Jadi masalah fisik, itu penting. Meski, ada beberapa kanal yang enggak butuh fisik sih, tapi ya... balik lagi, itu masalah nasib.

3. Peka

Bayangin, Peter Parker lagi jalan ke Monas buat kencan sama Mary Jane. Lalu di tengah jalan, sekilas dia liat ada anak yang kepalanya kejepit di pagar Monas. Lalu apa yang akan dia lakukan?

A. Yodah sih, siapa tau si bocah sengaja. Toh, dia enggak minta tolong.

B. Datengin, foto-foto, unggah di media sosial.

C. Datengin, tolongin, (terus tulis kalau adeknya enggak keberatan).

Suatu hari, Wakil Pemimpin Redaksi (Wapimred) gue, Mas Indra Subagja, pernah ngasih tugas ke gue buat cari hal menarik di Jakarta. Sebab, gue dianggap sebagai perantau, jadi harusnya banyak hal yang menarik.

"Kadang, banyak hal yang menarik yang kita lihat dan temui, tapi luput karena kita anggap itu udah biasa. Nah, tapi seorang wartawan itu enggak gitu. Harus peka," ucap beliau.

4. Mental Sekuat Baja

Gue kebayang, apakah Peter Parker pernah ditelepon dan dimarahin sama editornya karena nulis berita salah?

Apakah Clark Kent pernah digunjingin reporternya karena dia marah-marah mulu?

Lalu, apakah Eddie Brock pernah dipersekusi di media sosial karena beritanya tidak disukai?

Sebagai wartawan, tanggung jawabnya besar. Menulis 'fakta' adalah sebuah kewajiban. Makanya, ketika terjadi kesalahan kecil, dimaki-maki atasan itu adalah hal yang lumrah. Ya karena, kan wartawan seharusnya bukan jadi penyebar hoaks.

Dan tidak menutup kemungkinan, ada orang yang enggak suka dengan fakta atau tulisan yang kita sajikan. Biasanya, karena diksi yang digunakan, mungkin.

Mental sekuat baja jadi diperlukan akan bisa bertahan dan enggak baper. Aku baperan sih anaknya, kalau dimarahin bawaannya pengen makan mulu.

5. Dedikasi dan Passion

Dari nomor satu sampai empat aja udah kebayangkan, males banget kerja jadi wartawan, kayaknya susah. Tapi ada aja lho orang yang mau.

Peter Parker, Eddie Brock, Crark Kent, udah mah wartawan, selingannya jadi superhero. Kok mau? Mungkin itu sebabnya, mereka bukan cuma 'hero' tapi juga 'super'.

"Karena profesi ini tuh enggak bisa dijalankan cuma sebagai profesi. Lo harus cinta, harus passion, kalau enggak ya semuanya akan berasa berat," kata bos gue.

Tapi bener juga sih. Tanpa passion, orang bodoh mana yang mau meninggalkan cucian di hari Minggu yang indah, demi lari-lari ke Bandara Halim karena ada pesawat jatuh?

Setelah dua tahun lebih sebulan 20 hari kerja, gue jadi sadar bahwa profesi ini tuh enggak main-main kerennya. Memang, secara fisik dan mental, capek. Tapi, menyajikan fakta yang akurat dan cepat, bukan tidak mungkin bisa menolong banyak orang.

Kita mungkin bukan manusia super, tapi dengan data dan tulisan yang baik, berita yang disajikan bisa saja mengubah hidup orang lain. Bisa saja, kita memberikan edukasi yang berguna bagi pembaca melalui tulisan kita, tanpa kita sadar, karena..

Dan bisa saja, kita menyelamatkan nyawa orang melalui fakta yang diberikan. Karena kami kan superhero (sorry ending-nya maksa).

Anyway, gilak, tulisan gue panjang banget. Jangan lupa follow dan ikuti terus tulisan seputar travelling murah untuk kamu yang missqueen, makanan hedon, dan hal-hal absurd di akun gue yang satunya, klik di sini yaaa. See ya!