Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Salah Naik Kereta Saat Mudik, Tiga Mahasiswa Dibully Massa
26 Februari 2018 14:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Ochi Amanaturrosyidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan diawali dengan kalimat penuh pengibaan: ‘meskipun gue tahu, sebagai bagian dari kantor kumparan, pasti kemungkinan besar tulisan gue cuma dinilai jadi peramai, tapi tolonglah, saya kan juga ingin menang.’
ADVERTISEMENT
Hasrat tersebut rasanya bikin gue jadi...
Yaudah, jadi gue iseng aja ikutan. Siapa tahu dihitung amal.
Okelah, mari kita mulai kisah yang sedikit absurd ini. Jadi, waktu itu gue merantau untuk menuntut ilmu di Kota Kembang dan berencana untuk mudik lebaran. Itu pertama kalinya gue naik kereta setelah dewasa (ya, soalnya pertama dan terakhir naik waktu masih TK).
Gue mudik bersama dua teman gue, anggap saja namanya Reza dan Kiki. Karena gue ini orangnya super sibuk, akhirnya Reza yang didapuk untuk memesan tiket.
“Tiketnya udah gue pesen ya, jam 7 malam. Jangan ngaret, please,” kata Reza melalui pesan chat.
Deg-degan menuju hari H. Buka cuma rindu kampung halaman, tapi juga penasaran gimana rasanya berjam-jam naik kereta.
Hari yang ditunggu pun tiba. Seperti biasanya (sebuah kebiasaan yang tidak hakiki), kami tiba di stasiun mepet jam 7 malam. Baru menginjakkan kaki, suara pengumuman yang menyebutkan kereta api tujuan Jogja akan segera berangkat terdengar.
ADVERTISEMENT
Kami pun panik. Langsung buru-buru cekin, dan lari-lari ‘mengejar’ kereta.
Gempor banget kaki ini rasanya. Jadi ingin...
Kami berhasil naik, tepat saat kereta akan jalan. Pokoknya kita udah masuk gerbong, keretanya jalan. Lanjutlah kami cari bangku pesanan kami. Kemudian drama yang memalukan itu terjadi, kawan.
Jadi bangku dengan nomor kami ternyata sudah ditempati orang. Kemudian si Reza dan Kiki langsung protes dong.
“Pak, maaf ini bangku teman saya, Pak,” kata Reza.
Si bapak ini (dan keluarganya) juga ngotot kalau bangku itu adalah hak mereka. Pas dilihat tiketnya, ternyata nomor kami sama. Perdebatan semakin panas sampai jadi tontonan satu gerbong, apalagi saat itu kereta sudah jalan.
Sampai akhirnya, kondektur datang dan mencoba menengahi si Reza dan bapak yang uratnya udah mulai keliatan. Dan waktu tiket kami diperiksa…. TERNYATA KAMI YANG SALAH KERETA! Ini sih bener-bener
ADVERTISEMENT
“Wah, ini sih Masnya yang salah kereta. Ini tiket buat kereta belakang, Mas. Bukan yang ini,” kata si kondektur sambil ngeliat tiket kami.
Baru kali itu gue ngerasain gimana malunya disoraki orang satu gerbong. Damn it! Karena kereta sudah terlanjur jalan, akhirnya kami diminta untuk duduk di gerbong paling belakang sambil menunggu kereta berhenti di stasiun terdekat agar kami bisa turun dan menunggu kereta yang benar.
Perjalanan serasa panjang, padahal cuma nunggu satu stasiun. Tapi emang jauh sih...kereta jadi berasa kayak
Tapi kami harus tabah, karena...
Kenapa itu bisa terjadi? Usut punya usut, karena si Reza yakin banget gue bakal telat, dia pun berinisiatif untuk ‘berbohong’’. Tiket yang dia beli sebenarnya memang untuk yang jam 8 malam, cuma biar kami enggak telat, dia bilangnya pesan jam 7 malam.
ADVERTISEMENT
Dan bodohnya, dia lupa kalau udah memanipulasi waktu. Damn! Dan kereta kami juga bukan kereta dengan tujuan akhir Jogja….
Dan akhirnya...
Pengalaman anyep itu, semoga bisa jadi pelajaran waktu pesan Tiket Kereta Lebaran 2018 atau #TiketKemanapun sih ya. Paling enggak, kalau mau bohong soal waktu, pastikan kita inget lah. Soalnya kalau salah, malu banget.
Dan biar enggak makin anyep, mending pesan di https://www.tiket.com/promo/promo-kereta-mudik mulai dari sekarang, biar lebih siap waktunya dan dipastikan ga bakal salah kereta kayak gue.