Konten dari Pengguna

Keutamaan Ilmu dan Ulama

Salwa Octaroina
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta. Fakultas Adab dan Humaniora. Program Studi Tarjamah.
7 Desember 2021 21:53 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salwa Octaroina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Karena Ibu Madrasah Pertama, oleh : Ummu Isra Arafah Bayyumi (Sumber Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Karena Ibu Madrasah Pertama, oleh : Ummu Isra Arafah Bayyumi (Sumber Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Tidak ada keutamaan selain bagi para ahli ilmu, karena mereka memegang petunjuk bagi orang-orang yang mencarinya. Di antara cara Allah memuliakan manusia adalah mengajari dan menganugerahi kita ilmu yang dapat mengeluarkan dari kegelapan cahaya. Dalam Fath al-Bari, Syeikh Ibnu Hajar mengatakan “Sesungguhnya, Allah akan mengangkat derajat orang mukmin yang berilmu di atas orang mukmin yang tidak berilmu,”. Artinya, diangkatnya derajat menunjukkan betapa utamanya kedudukan orang yang berilmu. Selain, itu diangkatnya derajat juga menunjukan banyaknya pahala, sehingga dengan banyaknya pahala, kedudukan seseorang menjadi tinggi dan terhormat.
ADVERTISEMENT
Ulama adalah pewaris para nabi. Maka kita harus warisi ilmu. Siapa yang mengambil warisan itu, sejatinya kita sudah mengambil bagian yang melimpah. Siapa saja yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan suatu jalan kita menuju surga. Pelajarilah ilmu. Sebab, dengan mempelajarinya akan timbul rasa takut kita kepada Allah. Mencarinya adalah ibadah. Mengkajinya adalah tasbih. Menelitinya adalah jihad. Dan ketika kita mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui adalah sedekah.
Ilmu adalah sahabat kita dalam kesendirian dan teman kita dalam kesepian. Dengan kita menetapkan ilmu, pena dan tinta menjadi mulia. Dengan kita mendengarkan ilmu, mihrab dan minbar menjadi indah. Dengan tumpukan ilmu, lembaran buku menjadi indah. Ilmu dan cinta ilmu bagaikan pohon yang harus ditanam dalam hati. Sebab, pohon itulah yang akan membuahkan akhlak mulia, amal shaleh dan sifat terpuji. Belajarlah, sebab kita tidak tahu kapan ilmu itu dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Ilmu merupakan kumpulan sistematis sejumlah pengetahuan tentang alam semesta yang diperoleh melalui kegiatan berpikir. Sebagai produk berpikir maka ilmu Islam ini juga mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi dan situasi sosial budaya umat Islam. Oleh karena itu, ilmu yang meliputi seluruh aspek tentang alam semesta ini sewajarnya bila bersifat terbuka, artinya ilmu pengetahuan itu sendiri dapat menerima suatu kebenaran dari luar, sehingga ilmu sendiri dapat semakin komprehensif.
Mencari ilmu adalah suatu aktivitas yang memiliki tantangan, Tantangan itu dapat berupa biaya, waktu, kesehatan dan kecerdasan. Orang yang mampu menghadapi tantangan itu adalah orang yang memiliki keikhlasan dan semangat rela berkorban. Ada orang yang tidak sukses dalam menuntut ilmu karena tidak sabar dalam menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT
Keutamaan ilmu menurut Al-Qurṭubi “Ketika Allah mengangkat derajat hamba-Nya maka yang pertama adalah karena imannya, dan yang kedua adalah karena ilmunya,”. Al-Qurṭubi juga berkata “Keistimewaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu atau ulama adalah orang yang tangan kanannya bijaksana, lisannya jujur dan hatinya selalu istiqomah atau lurus menapaki jalan kebenaran,“. Tidak ada amal yang lebih utama selain menuntut ilmu dengan niat yang benar.
Kenapa sih kita harus mengutamakan dan menuntut ilmu? Karena di dalam ilmu terdapat kebahagiaan dan kemuliaan. Abu al-Darba mengatakan “Allah memberikan ilmu kepada orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan”. Menuntut ilmu akan membuat hidup kita, diri kita menjadi bermanfaat bagi orang lain. Dengan ilmu kita dapat membenarkan kesalahan yang orang lain lakukan dan bicarakan. Lalu, apa peran ulama dalam ilmu? Pantas jika para ulama lebih utama daripada para syuhada. Karena ada tiga golongan yang mampu memberikan syafaat pada hari kiamat, yaitu para nabi, para ulama, dan para syuhada.
ADVERTISEMENT
Saya pernah mondok, disana saya banyak mempelajari cara kita menghormati orang yang mempunyai ilmu atau disebut ulama. Dengan menghormati ulama kita sama dengan menghormati ilmu. Menghormati atau memuliakan ulama akan menjadi buah kebaikan untuk kita tanami. Maka dari itu, dalam kesempatan mulia ini, wahai para muslimin dan muslimah, kuasailah ilmu. Sebab, ilmu mengantarkan kita kepada kebaikan.
Bahkan, Rasulullah saw. Pernah mendoakan orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain dan menyebarkan kebaikan diantara mereka, melalui sabdanya “Semoga Allah memberikan cahaya kepada orang yang mendengar suatu dari kami, lalu menyampaikannya lagi sesuai dengan yang didengarnya,”. Sebab ada kalanya orang menerima apa yang disampaikan lebih menjaga apa yang diterimanya daripada orang yang mendengar secara langsung.
ADVERTISEMENT
Allah memberikan ilmu kepada orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan. Sebaliknya, dia menghalanginya dari orang-orang yang akan mendapatkan kesengsaraan. Belajar ilmu lalu kita mengajarkan kepada orang lain. Sebab, yang memberi ilmu adalah pemberi cahaya kepada kuburan orang yang mengajarkan kebaikan dan orang yang mempelajari ilmu sehingga mereka tidak merasakan kesepian di tempatnya.
Para ulama nyaris menjadi raja. Setiap kemuliaan yang tidak dibangun dengan ilmu akan menjadi terhina. Kenapa terhina? karena di antara kemuliaan dan keutamaan ilmu adalah semua orang yang kita dinisbahkan kepada dia akan merasa senang meskipun dia bukan termasuk ilmu. Begitu pula orang yang mempertahankan ilmu dan dinisbahkan diri kepada kebodohan, maka kita akan mulia dan mendapatkan kemuliaan itu dari dia meskipun dirinya orang bodoh.
ADVERTISEMENT
Kita adalah sebaik-baik makhluk yang Allah ciptakan dimuka bumi ini yang mempunyai mulia dan berat yang dibebankan di atas pundaknya yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, untuk menjalankan tugas tersebut kita harus mempunyai bekal. Dalam hal ini, ilmu merupakan bekal terbaik yang dapat membantu tugas kita sebagai manusia tersebut. Oleh karena itu, Allah Swt. menganjurkan kepada kita untuk menuntut ilmu.
Referensi:
• Endang Saifuddin Anshari. 1992. Kuliah Al-Islam. Jakarta. Rajawali.
• Zulfa, Uul (2020). Keutamaan Ilmu Dan Ulama Dalam Perspektif Al-Qurṭubi (Studi Kajian Tafsir Al-Jāmi Lī Ahkāmil Qur'an). Diploma atau Skripsi, UIN SMH BANTEN.
• Ibnu Hajar. Fathul Bari, jilid 1, hal 141.
• Ummu Isra Arafah Bayyumi. 2018. Karena Ibu Madrasah Pertama. Bab keutamaan Ilmu dan ulama. Jakarta. Penerbit Qalam
ADVERTISEMENT