Marbot Disabilitas Abdikan Dirinya untuk Masjid

Octavia Helga Sartika
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
13 November 2022 13:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Octavia Helga Sartika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret seorang Tular, marbot disabilitas asal Kebumen, Sabtu (29/20/2022)
zoom-in-whitePerbesar
Potret seorang Tular, marbot disabilitas asal Kebumen, Sabtu (29/20/2022)
ADVERTISEMENT
Di daerah Kebumen, Jawa Tengah, khususnya warga desa Kecamatan Mirit terdapat warga disabilitas yang mengabdikan dirinya untuk menjadi pengurus masjid setempat.
ADVERTISEMENT
Tular namanya, ia merupakan warga Kecamatan Mirit yang memiliki keterbatasan fisik berupa tidak bisa berjalan sejak ia lahir.
Tular merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Dari kecil ia sering membantu ibunya bekerja sebagai buruh kupas kelapa di samping rumahnya.
Walaupun ia memiliki keterbatasan fisik, tular tetap semangat dalam menjalani hidup. Memiliki 4 adik laki laki yang sempurna juga tidak membuat Tular iri kepada adik adiknya. Ia tetap bersyukur atas apa yang ia dapat.
Saat kecil, ia berbeda dengan teman teman sebayanya yang bebas bermain ke sana kemari. Tular hanya diam di rumah dan bermain sendiri. Sampai ia besar, kehidupan Tular hanya dihabiskan di rumah setiap harinya.
Pada awal tahun 2000 an, Tular yang sering ikut adik adiknya ke masjid, ia berpikir kenapa masjid di daerahnya selalu sepi oleh pemuda, bahkan kadang azan pun selalu telat di kumandangkan.
ADVERTISEMENT
Mulai dari saat itu Tular yang awalnya pergi ke masjid saat menjelang waktu salat saja, menjadi lebih sering datang ke masjid walaupun hanya duduk duduk saja.
Di masjid juga dia kadang membereskan alat alat yang dapat ia kerjakan seperti menggulung kabel, membereskan tempat salat, dan menyiapkan alat untuk azan.
Karena aktivitasnya ini, lambat laun banyak warga yang mulai ikut datang ke masjid. Akhirnya masjid mulai ramai kembali karena keberadaan Tular yang setiap hari di masjid.
Warga desa yang sering melihat Tular ke masjid dengan caranya yang mengesot atau merangkak, akhirnya memberikan tular kursi roda dengan tujuan agar Tular tidak kesusahan lagi saat ingin ke masjid.
"Dulu sebelum punya kursi roda, biasanya kalau mau pergi ke masjid harus nyari tebengan dulu, kalau sudah mepet waktu salat dan belum dapet tebengan ya biasanya harus merangkak ke masjid, paling nyari alat buat jalan, seperti kardus atau karung biar kaki ga lecet," ujar Tular, marbut disabilitas, Sabtu (29/10).
ADVERTISEMENT
Ia juga menambahkan walaupun sudah diberi alas untuk merangkak, tetapi kadang kaki tetap lecet karena alas yang dipakai rusak saat perjalanan, bahkan tanganpun lecet karena harus menumpu berat badannya.
Setelah diberi kursi roda oleh warga, sekarang Tular menjadi lebih leluasa untuk datang ke masjid. Ia tidak perlu repot repot lagi untuk mencari tebengan atau merangkak yang membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Perjalanan hidup Tular yang mengesankan ini menjadikan kita pelajaran yang berharga, karena keterbatasan fisik atau apapun tetap tidak akan merubah tekat seseorang untuk melakukan kebaikan, apalagi kebaikan yang menguntungkan banyak orang.