Jihad dan Encok Mang Itam

Konten dari Pengguna
16 April 2017 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odesa Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jihad dan Encok Mang Itam
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
USIA Mang Itam sudah renta, 78 tahun. Tetapi dua kali dalam sepekan, dia harus berjalan sekitar 6-7 km dari tempat tinggalnya di Cileunyi Kab. Bandung, menuju Cibiru Kota Bandung untuk menjajakan singkong.
ADVERTISEMENT
Singkong yang dijualnya, bukan berasal dari kebun sendiri. Tapi milik orang lain. “Saya mah ngoles sedikit saja. Yang penting bisa membeli beras buat makan. Kalau tidak begini, tidak bisa makan,” katanya.
Mang Itam tidak bisa membawa singkong dalam jumlah banyak. Dia hanya mampu memikul sekitar 20 kg. Dengan beban seberat itu, langkahnya yang pelan menyusuri jalan dan masuk ke pemukiman-pemukiman.
“Kaki saya yang kiri sekarang mah sering sakit kalau berjalan. Encoknya sering terasa. Tapi ya dipaksakan saja. Kalau tidak bergerak malah takut tidak bisa jalan nanti,” tuturnya.
Mang Itam menjual singkong yang sudah diikatnya masing-masing Rp 4.000 per kilogram. Laba yang tidak banyak itu, sebagian digunakan untuk ongkos pulang naik angkot.
ADVERTISEMENT
Sang istri yang juga sudah renta, menunggunya di rumah. Menunggu dengan harap-harap cemas hasil jihad Mang Itam.-Enton Supriyatna.