Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Bertani dan Mengasuh Anak
19 April 2017 20:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Odesa Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Oray Tapa. Elis Ruhiyat (36 tahun) seorang ibu buruh tani Kampung Waas, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, kabupaten Bandung. Mengasuh anak di ladang perbukitan Cemara Oray tapa. Ia bekerja sebagai buruh upahan di lahan kehutanan yang dikelola oleh Toha Sodin, Ketua Organisasi Himpunan Orang Tani Niaga (Hotani). Setiap hari Elis mendapat upah Rp 30.000. Rata-rata sebulan 16 hari kerja.
ADVERTISEMENT
“Ini benih buncis,” kata Elis, saat ditemui Odesa, Sabtu 15 April 2017 di Bukit Cemara Oray Tapa.
Pengelola ladang Toha mengatakan, Elis bekerja di Ladang supaya mendapatkan pekerjaan. Sebab suaminya yang bekerja menyadap getah pinus per-bulan rata-rata dapat Rp 300.000-400.000. Penghasilan itu menurut Toha jelas tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Sekalipun mempekerjakan Ibu rumah tangga yang memiliki bayi itu sering mengurangi jam kerja di ladang, namun Toha memakluminya karena lebih untuk membantu memenuhi kebutuhan Elis.
Toha sadar, kebanyakan tetangganya yang buruh tani itu harus bekerja untuk kelangsungan hidupnya. Toha juga punya pengalaman hidup yang pahit di masa lalunya sehingga sekarang saat dirinya bisa mendapatkan hak kelola beberapa tanah ia daya gunakan tetangganya untuk bekerja.-Ah/Eni
ADVERTISEMENT