news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cukup Kematian Sebagai Pengingat

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kuburan sebagai Pengingat Kematian. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kuburan sebagai Pengingat Kematian. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Gemerlapnya dunia dan kerasnya persaingan hidup, sering kali membuat kita lupa akhirat dan kematian. Padahal Allah SWT telah mengingatkan kita dalam ayat-ayatnya: “wal aakhiratu khaiyrul laka minal uula” yang artinya “Hari kemudian itu lebih baik dari permulaan (Q.S. Adh Dhuha’: 4), dan “wal aakhiratu khayrun wa abqa” yang artinya, “Akhirat lebih baik dan lebih kekal” (Q.S. Al A’la: 17),
ADVERTISEMENT
Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita akan hal ini, bahwa kehidupan dunia yang fana ini benar-benar sangatlah singkat sekali jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat yang kekal dan abadi, sebagaimana diriwayatkan dai Al Mustawid bin Syadad r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Wallaahi, tidaklah perbandingan dunia dengan akhirat melainkan seperti salah seorang di antara kalian yang memasukkan jarinya ke dalam lautan, maka lihatlah seberapa banyak air yang ikut pada jari itu”.
Jadi, sungguh tidak dapat kita bayangkan singkatnya kehidupan dunia ini hanya berupa tetesan air yang sangat sedikit di satu jari bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang sangat lama dan luas laksana lautan.

Setiap Bernyawa Pasti Mati

Suatu hari Imam Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu ia bertanya pada mereka,” apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?”. Jawaban murid-muridnya: Orang tua, guru, teman, kerabat. Lalu sang Imam berkata: Semua jawaban kalian benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati. Sebab janji Allah dalam Quran: Kullu nafsin dza-iqatul maut” Setiap bernyawa pasti akan mati (QS Al Imran 185).
ADVERTISEMENT
Sungguh kematian itu tidak pernah mengenal usia baik itu yang muda apalagi yang tua. Janganlah bangga umur muda, tubuh segar, wajah tampan dan cantik, kesehatan terjamin, mengira akan jauh dari kematian.
Sekarang lagi musim mati muda, kalaulah tua yaa…emang udah waktunya. Kalau pedagang es kelapa yang diambil buat dagangan yang muda atau tua? Pasti yang dijual adalah yang muda: “Jual es Kelapa Muda”. Jadi yang diambil yang muda dulu.
Bukankah Allah SWT telah mengingatkan kita, bahwa kematian itu akan menjemput kapan saja dan tak seorang pun mampuuntuk menghalanginya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al A’raf ayat 34: “walikulli ummatin ajalun fa-idzaa jaa-a ajaluhum laa yasta'khiruuna saa’atan walaa yastaqdimuuna, yang artinya “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.
ADVERTISEMENT
Dalam Q.S. Al Jumah ayat 8, Allah berfiman: “qul inna almawta alladzii tafirruuna minhu fa-innahu mulaaqiikum tsumma turadduuna ilaa ‘aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluuna”, yang artinya “Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Ajal Telah Ditulis

Umur umat Nabi Muhammad berada di atara 60 -70 tahun. Sabda Nabi: “A’maru ummati mba bayna sittiina ila sab’iina wa aqallahum man ya’juj dzaalika”, yang artinya: “dari Abi Hurairah r.a. Bersabda Rasulullah SAW, Umur ummatku berkisa 60 -70 tahun dan sedikit melewatinya”.
ADVERTISEMENT
Ajal manusia telah ditulis oleh Allah pada saat masih berupa janin dalam Rahim ibunya dalam umur 180 hari, kematian ditulis bersama dengan rizki , amal, kebahagiaan dan kesusahannya.
Ada lima alam yang dilalui manusia, adalah: alam arwah, alam kandungan, alam dunia, alam kubur, alam akhirat. Apabila ajal tersebut datang, maka ia tiba tepat waktu, tidak mungkin ditunda atau disegerakan sedetik pun dan ia tiba di bumi di mana pun orang tersebut berada.
Kalau kematian menjemput, tidak ada lagi yang menemani. Bukan lagi isterinya yang cantik rupawan, atau suaminya tampan menawan yang menemani adalah amal sholihnya.
Sekali Malaikat Izrail datang kepada kita mesti ngajak jalan kita. Siapa yang mau? Yang ngajak Malaikat lho? Makanya Rasulullah SAW selalu mengingatkan kematian. Supaya kita tidak terlalu cinta dunia, sehingga menjadi hubbuddunya (wahn) dan takut mati. “Kala Izrail datang memanggil, jasad terbujur di pembaringan. Seluruh tubuh akan menggigil sekujur badan kan kedinginan”
ADVERTISEMENT

Kematian Sebagai Pengingat

Imam Qurthubi r.a. pernah meriwayatkan bahwa Ad Daqqaq berkata: “Barangsiapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimulyakan dengan tiga perkara, yakni: bersegera bertaubat, hatinya merasa cukup dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya bangsiapa yang melupakan mati, ia akan dihukum dengan 3 perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan rasa cukup, malas dalam beribadah.
Rasulullah pernah bersabda: “Wa kafa bil mawti wa idzho”, yang artinya “Cukuplah kematian itu sebagai pengingat”. Artinya bahwa kematian sebenarnya sudahlah cukup menjadi nasehat agar manusia selalu ingat dan beribadah kepada Allah SWT, agar manusia selalu ingat dan beribadah pada Allah SWT, agar manusia menjauhi segala macam bentuk kemaksiatan, aparat-aparat pemerintah tidak korupsi, hakim tidak lagi menerima suap yang membuat kasus hukum tambah buram.
ADVERTISEMENT
Dan jika seluruh manusia menjadikan mati sebagai nasehat maka dunia ini akan tenteram, damai dan sejahtera, tidak ada lagi kejahatan yang dilakukan antar sesama manusia. Aamiin