Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fashion, Food, and Fun
23 Oktober 2020 5:54 WIB
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia biasa, godaan merupakan bagian dari kehidupan di dunia. Tak pandang bulu tak pandang usia. Termasuk anak-anak muda. Saat ini, di era 4.0, godaan anak-anak muda lebih berat. Memang para pemuda tidak ada yang memarahi karena tidak shalat, tidak baca Quran, tidak ngaji, tidak nyantri, tidak belajar agama, tapi ada yang lebih halus dikemas menghegemoni fikiran anak muda. Caranya dengan menyerang dari sisi budaya atau “Culture Strike” yang berimplikasi pada degradasi akhlak kaum muda.
ADVERTISEMENT
Apa sajakah yang masuk dalam “Culture Strike”? Yaitu 3 F: Fashion, Food dan Fun.
F Pertama, adalah Fashion atau Busana. Gaya Penampilan anak muda sukanya niru-niru (hubbud taklif). Pakai baju-baju yang modelnya belum selesai dijahit sudah dijual dan dibeli sama pemudi-pemudi ABG. Macam-macam modelnya. Ada yang kelihatan ketiaknya karena kurang bahan dari samping. Ada juga kurang bahan bagian perut hinga kelihatan pusarnya seperti artis Bollywood. Ada juga kurang bagian belakang hingga bolong bak film Suzzanna.
Pas bagian celana, namanya celana Wahai. Kalau celana Hawai kan sampai lutut ketutupnya. Kalau celana wahai, super pendek. Aduhaiii…hai hai hai. Katanya sih model anak muda. Padahal kelihatan auratnya. Hati-hati gegara dia pemicunya, laki-laki yang lihat jadi berdosa kalau melihatnya terus-terusan kecuali enggak sengaja.
ADVERTISEMENT
Ada pula pemuda yang latah meniru Barat, tapi bukan teknologinya tapi westernisasinya yang dicopas. Bukan isi tapi kulit. Misalnya rambut dipikok warna-warni . Ada yang dimerahin kayak kuah bakso. Ada warna hijau ungu seperti gulali. Mana pakai anting, mending bagus, hadiah chiki rasa keju.
Gaulnya sudah gaya-gayaan seperti bule. Ketemu bapak ibunya bilang: “Hello Dad, Morning Mom”. Makannya sih masih kue gemblong. Belum pas bangun tidur, langsung buka hape. Update status. Bukannya ambil wudhu’, Tahajjud. Ngetik status: “Baru bangun nih gaes, bikin pulau gue”.
Minta beliin motor, model terbaru, tidak dikasih. Ngambek. Namanya orangtua, mikirin anaknya. Akhirnya dibeliin dengan menggadaikan surat tanah. Lama-lama habis tanahnya. Pas dia keturunan kedelapan, terakhir warisan keturunan ketujuh. Dia kalau bilang: “Duluuu, tanah bapak saya…berhektar-hektar, kontrakan puluhan pintu. Tapi duluuu…duluuu. Gua turunan kedelapan. Bapak saya yang ketujuh. Jadi Cuma bertahan tujuh turunan. Yang kedelapan, bangkrut. Dia!
ADVERTISEMENT
Ceritanya dibeliin motor, velg racing, kalah bunyi produk Jepang mah, lewaat. Bunyi knalpotnya aja: “dorongdong..dong..dong…prepet”. Tuuh motor lewat Maghrib-maghrib depan rumah nenek-nenek, ngueng-ngueng. Nenek sholat Maghrib sampai salah bacaan Iftitah. “Innash sholaati wa Suzuki wa Yamaha”.
Dulu anak-anak, suka niru-niru film Barat. Film Batman contohnya. Pakai sarung dililit di leher, sambil lari-lari, lompat dari meja, sambil nyanyi: “Batmaan…engkau idolaku. Kalau sekarang beda lagi. Cara bergaul, gaya ngomong. Dari ngomongnya juga beda. Mata melotot, mulut melet-melet: “Gue, elo…Babeh gua, babeh elo..end!
Saran penulis, berpakaianlah sewajarnya buat laki-laki. Buat Perempuan pakai pakaian sesuai syari’at. Begitu juga gaya-gaya penampilan yang syar’i.
F Kedua adalah Food. Makanan jadi sasaran kedua Culture Strike untuk menghancurkan generasi muda. Narkoba dengan varian nama dan istilah. Disamping yang paling klasik adalah minuman beralkohol.
ADVERTISEMENT
Malam-malam kumpul mabok minuman, mabok obat, overdosis, sampai ada yang mati karena minuman oplosan. Ada yang masih kuat saking terbiasanya. Pulang dia sempoyongan. Ketemu Pak Haji. Ngasih salam dia: “Good Morning Pak Haji…Haloo”. Sama Pak Haji diberhentiin dia. “Habis minum lu yak? Ngeboat lu yak?”. Dia jawab: “Cieee Pak Haji tahu juga istilah Ngeboat,” ujarnya. “Enggak Pak Haji, 1 papan doang obatnya, 5 botol minumnya,” imbuhnya. Sama pak Haji ditanya: “Subuh berapa raka’at?”. Dijawab: “4 raka’at Pak Haji”. “Naah, mabook lu ya,” kata Pak Haji.
Hampir sampai rumah ketemu dia sama tetangganya, si Kribo. Ditanya sama dia: “Mau sembahyang lu ya, bo…Kribo: “Iyaalah, emang elu mabok bae,” kata si Kribo. “Sekarang gua tanya ama elu, Subuh berapa raka’at, bo..?. Kribo: “2 raka’atlah!”. “Jangan ke mushalla, lu”. “Gua aja yang bilang 4 raka’at aja diusir Pak Haji, apalagi elu cuma 2 rakaat,” kata si mabok sambil ketawa ngakak. Orang Mabookk….
ADVERTISEMENT
Orang kalau udah mabok enggak ingat, hilang kesadarannya. Pesan penulis, bergaul sama orang baik-baik. “Man Jalas Janas”, Gaul sama pedagang minyak wangi, ikut wangi. Kalau gaul sama pemabok, jangan ikut mabok. Cari cara mendekati hati mereka supaya sadar.
F Ketiga adalah Fun. Zaman dulu, orang tua bisa tegas. Dulu paling ada layar tancap buat hiburan selain TVRI. Mau Maghrib, udah pada pulang. Siap-siap ngaji. Kalau ngaji dari Maghrib sampai Isya. Kalau maghrib masih main, siap-siap tali pinggang mendarat di kaki. Kadang gagang sapu. Keras orang tua zaman dulu. Dan kudu keras kalau di rumah tangga. Kalau enggak keras, enggak jadi. Maksudnya keras dalam agama, biar tidak menyesal nantinya.
Zaman sekarang, TV masuk kamar, film masuk rumah, warnet/wi-fi bebas akses. Handphone, gadget banyak model sampai smart phone. Tablet yang dulu biasanya dimakan kalau sakit, sekarang tablet buat kado ultah, enggak dimakan, dilihatin, disentuh, yang megang tertawa tawa sendiri, sehingga lupa dengan sekitarnya, cuek, apatis yang dikenal dengan istilah “phubbing”.
ADVERTISEMENT
Anak-anak sekarang lebih gandrung dengan gadgetnya. Apa yang tidak ada sekarang di medsos? FB, IG, Twitter, WA. Nama akun macam-macam. “Aku imut selalu, Pemuda Jomblo. Bangun tidur langsung update status, Quran dilupakan.
Sementara TV, mempertontonkan pemuda-pemudi yang menghalalkan bercampurnya laki dan perempuan, hidup mewah, hyperrealitas dari kenyataan. Sehingga impian terkenal jadi artis jadi mimpi sebagian remaja Indonesia.
Ayo generasi muda Indonesia, bangun dari mimpi-mimpimu. Bangkit! Tegakkan dagumu songsong masa depan gemilang dimulai dari diri sendiri dan bermanfaat untuk sesama.