Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Keutamaan Ngaji (4 dan 5): Naik Derajat dan Jalan Ke Surga
25 Oktober 2020 6:17 WIB
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kali ini, kita akan membahas Keutamaan Ngaji bagian Keempat dan Kelima atau bagian Terakhir dari empat tulisan artikel. Arti dari Naik Derajad karena Ngaji, sebagaimana disebutkan dalam “Yarfaillahulladzina Amanu Minkum Walladzina Utul Ilma Darojat", yang artinya “Artinya: Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (ilmu) beberapa derajat. (QS. Al Mujadalah. 11).
ADVERTISEMENT
Dari ayat tersebut, Nabi SAW derajat para ulama adalah 700 derajad di atas mu’min. Dan jarak 2 derajad setara perjalanan 500 tahun lamanya (H.R. Ibnu Abbas).
Dengan Ngaji, Derajat Tinggi
Kalau kita perhatikan, orang-orang sholeh dan berilmu sangat dimulyakan di dunia. Tinggi derajadnya di mata manusia, contohnya para Assatidz/Assatidzah, Umara/ Pemimpin. Meski datangnya belakangan, duduknya di depan karena derajatnya tinggi. Ditunggu kehadirannya, dibutuhkan ilmunya, didengarkan arahan-arahannya, disimak petunjuk-petunjuknya, dicatat nasehat-nasehatnya oleh para pecintanya, rakyatnya.
Makanya orang sholeh dan berilmu berbeda dengan orang biasa. Kadangkala meski usianya masih muda tapi dimulyakan. Sebaliknya orang yang jahil/ bodoh meski usia tua namun dianggap seperti muda/ awam. Seperti maqalah Arab: “Al ‘aliimu syaikhun walau kaana shaghiiran, Wal jahiilu shoghiiran walau kana syaikhun”.
ADVERTISEMENT
Dengan Ngaji Dimudahkan Menuju Surga
Keutamaan Ngaji yang terakhir adalah Dimudahkan Jalan Menuju SurgaNya Allah SWT, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: “Man salaka thariqan yaltamisu fihi ilman sahhalallahu lahu thariqan ilal jannah.” yang artinya “Barang siapa berjalan (keluar) mencari ilmu, sesungguhnya Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga)” (Hadis riwayat Ibnu Majah dan Abu Dawud).
Dari hadits tersebut memberi gambaran bahwa dengan mencari ilmu atau pergi Ngaji maka Surga kan didapat. Mengapa? Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah SWT dan dengan ilmu pula seorang Muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karenanya orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju Surganya Allah SWT. Masya Allah!
Makanya Malaikat sangat senang dengan para penuntut ilmu atau orang Ngaji, sehingga diceritakan Nabi SAW: “Wa-innal malaikata la-tadho’a ajnihataha ridha li-tolibil-‘ilmi. Wa-inna thalibal ‘ilmi yastaghfirulahu man fis-sama-i wal-ardhi. Hatta hitani fil-ma-i. Wa-inna fadhdhalal-‘ilmi ‘ala ‘abidi ka-fadhlil-qamara ‘ala sairil kawakib. Innal ‘ulama’a warathatul-anbiya-i, innal anbiaya-a lam yurathu dinaran wa-la dirhaman, innama warrathul-‘ilma. Fa-mana akhazahu. akhaza bi-hazzin wa-firin.’
ADVERTISEMENT
Yang artinya: “Dan sesungguhnya para malaikat niscaya meletakkan (yakni, menghamparkan) sayap mereka, dan ridha (yakni, suka mereka) pada orang yang menuntut ilmu. Dan, sesungguhnya menuntut (yakni, mencari) ilmu (mengenai Islam dan syariatnya berasaskan al-Quran dan as-Sunnah) meminta ampun baginya (yakni, bagi orang yang mencari itu) orang-orang di dalam beberapa langit dan bumi (yakni, para malaikat), sehinggakan ikan-ikan di dalam airpun (berdo’a untuknya). Dan, sesungguhnya kefadhalan orang-orang yang ‘alim atas hamba-hamba seumpama bulan yang dikelilingi oleh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak (juga mewariskan) dirham (yakni, uang atau kekayaan). Sesungguhnya para nabi (yakni, orang berilmu) mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa mengambil akan ilmu, mengambil dan menjaga dia akan sempurna (akan agamanya, yakni, syurgalah tempatnya). (Hadis riwayat Ibnu Majah dan Abu Dawud).
ADVERTISEMENT
Jangan Bosan Ngaji
Jadi, mari kita Ngaji, Ngaji! Tuntut ilmu, jangan bosan. Bab wudhu’ lagi, bab shalat lagi. Ingatlah pahalanya, keutamaannya, hingga disejajarkan dengan jihad fi sabilillaah dalam Q.S. At Taubah ayat 122:“Wamaa kaanal mu’minuuna liyanfiruu kaaffatan falaulaa nafara min kulli firqatin minhum thaa-ifatun liyatafaqqahuu fiiddiini waliyundziruu qaumahum idzaa raja’uu ilaihim la’allahum yahdzaruun”, yang artinya “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Apalagi anak zaman sekarang kritis-kritis nanyanya, harus pintar-pintar jawabnya sesuai akal dan usianya. Kalau kita kurang ilmu agama bisa gagap kita. Misalnya suatu hari ada anak yang nanya. “Pak Ustadz, saya mau nanya. Kadang kalau mau Jum’atan, MC nya suka bilang “marilah kita kirimkan al fatihah untuk fulan bin fulan”. Naah itu sampai enggak fatehahnya pak Ustadz?”. Ustadz: “Itu Fatehahnya balik lagi enggak?”. Anak: “Yaa…enggaklah Pak Ustadz”. Ustadz: “Berarti sampai!”. Kita saja ngirim WA, SMS, Email aja sampai”. “Hp kan produk manusia. Apalagi Fatehah kalamnya Allah”.
ADVERTISEMENT
Ada lagi, temannya nanya. “Pak Ustadz, kalau kita kentut, batal enggak shalat kita?”. Ustadz: “Ya, ambil wudhu lagi dong!”. Anak: “Tapi kan yang kentut pantat, kenapa muka yang dibasuh?”. Ustadz: “Kalau kentut, yang malu pantat atau muka?”. Anak: “Yaa, muka Ustadz”. Ustadz: “Makanya dibasuh tuh muka”. Anak: Oooh…
Kunci Bahagia Dunia dan Akhirat
Jika kita ingin bahagia di dunia maka dengan ilmu, ingin bahagia di akhirat dengan ilmu, dan ingin bahagia dunia akhirat juga dengan ilmu. Ngaji yuks Ngaji. “Man aroda dunya fa'alaihi bil'ilmi,Man arodal akhiroh fa'alaihi bil'ilmi, Wa man aroda humaa fa'alaihi bil'ilmi”.
Kita diberikan dalam seminggu ada tujuh hari. Jika lima hari digunakan untuk urusan kerja sebagai pegawai, masak semuanya dimanfaatkan untuk urusan dunia? Dunia akan kita tinggalkan. Dunia sementara, akhirat selama-lamanya. Jadi mari kita kejar yang abadi, akhirat. Mari Ngaji, Ngaji, Ngaji.
ADVERTISEMENT