Komunikasi Efektif ala Rasulullah

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2020 6:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Komunikasi Efektif Ala Rasulullah. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Komunikasi Efektif Ala Rasulullah. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Manusia tidak dapat lepas dari komunikasi. Lihat saja, 75% - 90% waktu kita (dari bangun), tidur, kita habiskan untuk berkomunikasi. Sebuah aksioma komunikasi dari teorisi komunikasi Paul Watzlawik “we cannot not communicate”, sungguh benar adanya.
ADVERTISEMENT
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi baik komunikasi verbal (bicara) atau non verbal (bahasa tubuh). Mulai bangun tidur hingga tidur lagi, baik itu berkomunikasi dengan diri sendiri, komunikasi diri dengan Tuhan (Hablumminallah), komunikasi diri dengan orang lain dan kelompok (Hablumminannaas), baik itu saat bekerja atau bermasyarakat, dan lain-lain.
Namun kadang kala dalam komunikasi terjadi kegagalan antara komunikator dan komunikan atau komunikasi tidak efektif yang disebabkan antara lain kurang percaya diri, pesan sulit dipahami, persepsi negatif, gangguan komunikasi (noise), atau beda bahasa. Artinya pesan yang dikirimkan ke komunikan oleh komunikator tidak dapat diterima dengan baik sehingga tidak terjadi salah pengertian dan persepsi dari pesan yang dikirim.
Komunikasi Efektif dalam Al Quran
ADVERTISEMENT
Lalu apakah konsep Komunikasi Efektif terkandung dalam Al Quran? Dalam beberapa referensi, komunikasi efektif dalam Al Quran disebutkan beberapa macam istilah, komunikasi efektif, yaitu: Qawlan Baligha (perkataan tepat sasaran/efektif), Qawlan Maisura (perkataan yang mudah dicerna), Qawlan Layyina (perkataan yang lemah lembut), Qawlan Ma’rufa (perkataan yang sesuai norma/nilai), Qawlan Kariima (perkataan yang mulia), dan Qawlan Sadiida (perkataan yang jelas).
Menurut penulis dari beberapa istilah tersebut, Qawlan Baligha adalah yang paling mendekati definisi Komunikasi Efektif sebagaimana Firman Allah SWT:“Waqul lahum fii anfusihim qawlan baliighaa” yang artinya: “Dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. An-Nisa': 63)
Kata “Baligh” berarti “sampai”, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikorelasikan dengan kata “Qawl” (ucapan atau komunikasi), baligh bermakna pula fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu, prinsip “Qawlan Baligha” dapat diterjemahkan sebagai “Komunikasi Efektif”.
ADVERTISEMENT
Dari sisi lainnya, Al Quran melarang kita melakukan komunikasi yang tidak efektif. Sebagaimana hadis Nabi SAW: "Man kana yu'minu billahi wal yaumil akhir fal yaqul khoiron au liyasmut” yang artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah yang baik-baik atau diam”. (H.R. Bukhari)

Qawlan Baligha Komunikator

Bagaimana pandangan Al-Quran tentang konsep Qawlan Baligha, dikorelasikan dengan peran komunikator?
Pertama, bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Dalam istilah Al Quran, ia berbicara fi anfusihim (tentang diri mereka). Dalam istilah sunah: “Khatibinnaas ‘ala qadri ‘uqulihim, ‘ulumihim, wa lughatihim” yang artinya “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektualitasnya, ilmunya dan bahasanya (kaumnya)”.
Hal ini selaras dengan Firman Allah dalam Al Quran:“Wamaa arsalnaa min rasuulin illaa bilisaani qawmihi liyubayyina” yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka”. (Q.S.Ibrahim: 4)
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Arab, ada ungkapan yang berbunyi: "Likulli maqam maqal, wa likulli maqal maqam" yang artinya: “Untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai”.
Pada zaman modern, ahli komunikasi berbicara tentang frame of reference dan field experience. Artinya komunikasi baru efektif bila komunikator menyesuaikan pesannya dengan kerangka rujukan dan ranah pengalaman komunikannya.
Kedua, Qawlan Baligha terjadi jika komunikator menyentuh komunikan pada hati dan otaknya sekaligus. Dalam istilah bahasa Arab disebut “Maa Kharaja Minal Qalbi fa Dakhala ilal Qalbi” yang artinya “Sesuatu yang keluar dari hati, akan masuk pula ke dalam hati”.
Rasulullaah SAW dalam berkomunikasi selalu memperhatikan tingkat intelektualitas dan pemahaman lawan bicaranya (komunikan). Bahkan beliau tak segan untuk mengulang perkataannya agar dapat dipahami lawan bicaranya. Anas bin Malik r.a. berkata: “Rasulullah sering mengulang perkataannya tiga kali agar dapat dipahami”.
ADVERTISEMENT
Selain itu Rasulullah berbicara perlahan, jelas, terang, mudah dihafal, seperti kata Aisyah r.a.: “Rasulullah SAW tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya” (H.R. Abu Daud)

Tiga Rahasia Kesuksesan Komunikasi Rasulullah

Rasulullah SAW memang komunikator paling ulung, mampu mempengaruhi masyarakat. Pesan-pesannya sampai ke komunikan/umat, hingga sekarang seperti dilansir https://ekonomi.co.id jumlah umat Islam di dunia (1,6 milyar), berada di peringkat kedua setelah agama Kristen (2,3 milyar).
Nashrullah (2020), menyebutkan tiga rahasia kesuksesan komunikasi Rasulullah. Pertama, adanya kefasihan dan bicara (fashahah) yang bersumber dari kecerdasan beliau sebagai utusan Allah (fathanah).
ADVERTISEMENT
Kedua, karena bayan atau ajaran yang disampaikannya mengandung kebenaran mutlak. Secerdas apa pun orang dan sefasih apa pun ia berbicara, tidak akan bernilai dan tahan lama bila yang diungkapkannya tidak mengandung kebenaran.
Ketiga, semua kata-kata Rasulullah SAW keluar dari hati yang bersih (qalbun saliim); hati yang penuh kasih sayang, hati yang damai, dan bersih dari kotoran dosa. Tak heran bila kata-kata beliau memiliki "ruh" yang bisa melembutkan hati sekeras batu.
Yuks, kita jadikan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW sebagai suritauladan, termasuk komunikasi efektif karena: “Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanah” yang artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. (QS Al-Ahzab : 21).
ADVERTISEMENT
Wallahu a’lam bishawab.