Kunci Ibadah Haji: Niat, Ilmu, dan Mampu

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2020 5:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi ibadah Haji. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi ibadah Haji. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam Islam kita mengenal konsep Fastabiqul Khairat atau bersegera, berlomba, serta menjadi yang terdepan dalam kebaikan. Konsep ini dapat kita temukan pada Quran Surat Al Maidah ayat 2: “Wa likulliw wij-hatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt, aina takunu ya`ti bikumullāhu jamī'ā, innallāha 'alā kulli syai`in qadīr”, yang artinya “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
ADVERTISEMENT
Seperti halnya Ibadah Haji, jangan sampai ditunda-tunda, bersegeralah, sigrah kalau kata orang Betawi. Kunci Ibadah Haji ada tiga hal, yakni: Niat, Ilmu dan Mampu. Kadang ada yang niat ada, ilmu ada, tapi uang belum ada alias belum nyetor haji maka belum lengkap. Mari kita bahas satu persatu.
Niat Naik Haji
Niat naik haji harus husnun niyah atau luruskan niat semata-mata karena Allah. Sebab ibadah karena Allah Insya Allah aman. “Man kaana lillaahi yatim, wama kaana lighairi laahi yanhadim”, yang artinya “Yang berniat karena Allah akan sampai di tujuan, yang bukan karena Allah akan kandas di tengah jalan”.
Ilustrasi Haji. Sumber: freepik.com
Kalau dalam istilah Imam Malik: “Man kaana lillaahi abqa”, yakni “Segala sesuatu yang dilakukan karena Allah, kekal”. Jawaban itu adalah jawaban Imam Malik saat ditanya mengapa harus menulis Al Muwaththa’.
ADVERTISEMENT
Jika sudah pulang dari ibadah haji tidak usah mengejar dipanggil Haji dan Hajjah. Lillahita’ala saja. Ikhlas karena Allah. Gara-gara enggak dipanggil Haji, orang diomelin. “Lu ‘gak lihat songkok gua, apa?” “Songkok Haji ini!”. Ya Allah…Niat semata-mata karena Allah.
Ibadah Haji dengan Ilmu
Ibadah apa pun harus pakai ilmu agar tidak tersesat. Kuasai ilmu manasik haji. Apa itu? Thawaf, Sa’i, doa-doanya. Ini kadang sudah tidak Ngaji, naek Hajinya kegusur. Itu juga dipaksa anaknya alias Haji Paksin (dipaksain) atau Haji Suran (gusuran). Kata anaknya,” Sono Bah, Naik Haji! Udah Tua!”
Singkat cerita, sampai di Makkah, ‘kan tidak bisa bahasa Arab. Mau beli korma bakal oleh-oleh. Dia colek penjualnya. Kata penjualnya,”haram-haram", bukan muhrim soalnya. Lalu dia tunjuk 3 jari sama penjual kormanya. Trus suaminya bilang “Tenang sama gua”. “Trus lakinya bilangUshalli Fardhal Magribitsalatsa” raka’atin. Trus dibungkus 3 kg kormanya sama penjual Arabnya. Padahal maksudnya 3 bungkus kecil saja.
ADVERTISEMENT
Dengan ilmu juga Naik Haji sekarang cepat karena Naik Pesawat. Zaman dulu tahun 50-60 an Naik Haji sampai 6 bulanan. Orang sudah lupa, dia baru pulang.
Ibadah Haji Harus Mampu
Mampu sehat secara fisik terutama. Makanya ada cek kesehatan untuk calon Haji/Hajjah. Hal ini untuk memastikan kondisi fisiknya mampu menjalani Haji dari pergi – pulang. Pikiran juga harus tenang, pasrah, ikhlas, jangan mikir macam-macam.
Selain mampu fisik jua mampu uangnya atau biayanya. Buat perbekalan cukup selama Ibadah Haji. Cukup untuk dirinya, cukup untuk keluarganya dan cukup untuk orang-orang yang berada dalam tanggung jawabnya.
Uang di kamar jangan dibawa semua ke Saudi. Jangan sampai keluarga di rumah telantar. Uang diperlukan juga buat mulai daftar haji, kesehatan, nyewa tenda, catering, ratiban, penceramah, semua pakai uang. Jadi walillahi ya..karena Allah. Seperti Q.S. Al Baqarah 196: ”Wa atimmul hajja wal 'umrata lillah yang artinya, “Sempurnakanlah haji dan umrah itu karena Allah semata-mata”.
ADVERTISEMENT
Haji Mabrur
Di antara keutamaan ibadah haji adalah Haji yang Mabrur. Sabda Nabi SAW: “Al Hajjul mabruuru laisa lahu jazaa-un illal jannah” yang artinya “Haji Mabrur balasannya adalah Surga” (H.R. Ahmad).
Oleh karena itu Ibadah Haji dikatakan sebagai ibadah yang paling afdal karena di dalamnya terdapat ibadah badaniyah, ibadah nafsiyah dan ibadah maliyah.
Apa itu Haji Mabrur? Mabrur berarti Sesuatu yang tidak terkontaminasi oleh dosa, diambil dari kata al birr, maknanya ath-Thoo’ah (Ta’at) menurut Imam Nawawi dan Syaikh as Sindy. Lebih lanjut Imam Nawawi mengatakan tidak hanya terhapus dosa tetapi jaminan masuk Surga sebagaimana Sabda Nabi SAW.
Di dalam syarah Al Muwaththo’nya Imam Malik, Imam Az Zarqaniy mengatakan Haji Mabrur berarti bahwa orang yang melakukan haji tersebut, mengimplementasikan perbuatannya setelah Ibadah Haji ke jalan kebaikan (al birr).
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut Imam Ibnu Abdil Barr, Haji Mabrur adalah Haji yang tidak bercampur dengan perbuatan riya’, sum’ah (ingin didengar orang), rafats (berkata-kata kotor), fusuq (berbuat fasiq dan maksiat) dan dilaksanakan dengan/dari harta yang halal.
Imam Qurthubi menyatakan Haji Mabrur adalah Haji yang dilaksanakan memenuhi hukum-hukum berkaitan dengannya dan manakala dituntut dari seorang Mukallaf (terkena syara’) agar melakukannya secara sempurna hajinya tersebut kemudian menempati posisi/maqam tertentu.
Sehingga kata Imam Nawawi tanda-tanda diterimanya Haji Mabrur adalah bahwa sepulang dari Haji, orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan tercela yang pernah dilakukannya.
Yuks, sama-sama kita niatkan naik haji, banyakin Salawat Haji dibaca 10 x habis salat fardhu. Jangan lupa tambah baca Surat Yasin dan Al Mulk sampai setahun lamanya. Kalau belum naik haji juga tambah surat tanah. Selanjutnya daftar ONH Plus. Kalau tidak daftar, ya gimana mau dipanggil naik haji?
ADVERTISEMENT
Mudah-mudahan kita semua pembaca naik haji, kalau belum mampu, jangan tinggal salat Subuh berjamaah. Jadi pejuang Subuh yang pahalanya setara dengan naik haji dan umrah. Insya Allah.