Konten dari Pengguna

Membentuk Anak Menjadi Hafiz Quran

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
18 September 2021 10:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Membentuk Anak Hafiz Quran. Sumber Foto: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Membentuk Anak Hafiz Quran. Sumber Foto: freepik.com
ADVERTISEMENT
Meski hanya terbersit, banyak orang tua muslim yang menginginkan/membentuk anak-anaknya menjadi penghafal atau hafiz Quran. Karena salah satu ukuran salehnya seorang anak dan suksesnya orang tua muslim mencetak anak saleh adalah mampu tidaknya sang anak membaca dan menghafalkan Quran. Namun memang tak gampang membentuk seorang anak dengan menjadi hafiz Quran. Ada ikhtiar dan upaya tertentu yang harus diniatkan dan dilakukan orang tua.
ADVERTISEMENT
Dimulai saat membentuk calon bayi sebelum lahir adalah langkah pertama dalam mencetak anak saleh. Dimulai saat awal proses “pencetakan” anak saleh yakni dimulai ketika hubungan suami istri. Apakah membaca doa jima’ “Allaahumma jannibnasy syaithan wa jannibisy-syaithaan maa rozaqtana” (Dengan nama Allah, ya Allah; jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari rezeki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan pada kami). (HR. Bukhari)
Selain itu perlu diperhatikan saat ibu mengandung, psikologis ibu hamil harus dijaga betul karena berimbas ke kondisi jiwanya. Sudah banyak riset-riset tentang dampak apa yang dirasa, didengar oleh ibu hamil terhadap janinnya.
Contohnya Syaikh Said Nursi dari Mesir yang hafal Kamus Al Muhith di luar kepala padahal tebalnya 2 kali Quran. Apa rahasianya? Yakni saat ibunya menyusui beliau, terlebih dulu berwudhu sebelum menyusui Said Nursi bayi. Makanya kalau lagi hamil, kalau orang Islam perdengarkan Quran.
ADVERTISEMENT
Lantas setelah anak lahir, sunnah diadzani di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri oleh Ayahnya atau datuknya. Karena saat anak lahir, ada jin pengganggu bayi namanya Ummu Shibyan, adzan berguna menolak gangguannya. Anak pun jadi kenal pertama kali dalam hidupnya kalimat Tauhid.
Selepas adzan dan iqamat, sang anak diberi nama yang bagus dan diperbagus budi pekertinya. Dalam HR. Abu Daud, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kalian akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak-bapak kalian. Oleh karena itu, buatlah nama-nama yang baik untuk kalian.”
Nama yang disukai Allah adalah Abdullah, Abdurrahman. Juga dibolehkan memberi nama Nabi dan Malaikat Allah.” Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda,” Hak anak yang harus diberikan oleh orangtuanya adalah memberikan nama yang baik dan mendidik anak nya dengan baik.”
ADVERTISEMENT
Setelah anak cukup umur dan siap adalah melaksanakan aqiqah. Nabi SAW bersabda: “Kullu ngulimin murtahanun bi ‘aqiqatihi”, yang artinya “Setiap anak tertuntut/tergadai dengan aqiqahnya”. Aqiqah berarti memotong atau memutus. Secara syar’i adalah menyembelih kambing untuk anak yang baru lahir pada hari ketujuh kelahiran.
***
Setelah anak besar, orang tua jangan malu-maluin hanya nyuruh anaknya ke masjid tapi ditemani sang ayah berangkat bersama di masjid. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi bahwa anak itu terlahir suci (fithrah) seperti kertas kosong, maka tergantung orang tuanya membawa ke Yahudi, Nasrani atau Majusi (H.R. Abu Hurairah).
Jadi bawa anak ke lingkungan yang baik, ajak anak ngaji ke majelis taklim, majelis ilmu, majelis dzikir, majelis shalawat atau masukkan ke pondok pesantren. Pepatah arab mengatakan: “man jalas janas”. Berteman dengan tukang minyak wangi, ikut wangi. Berinteraksi dengan orang baik, ikut jadi baik. Maka teruslah berbuatlah baik karena kebaikan itu menular. Insya Allah kebaikan yang kita lakukan sebagai kewajiban orang tua dapat terus mengalir dan “mengular” manfaatnya bagi anak-anak kita yang sedang menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Anak saleh yang hafal Quran adalah investasi yang mengalir terus pahalanya, meski orang tuanya meninggal, yang artinya: “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shaleh yang selalu mendoakannya” (H.R. Muslim).
Yuks Ayah Bunda, mari kita bentuk anak-anak kita menjadi sebaik-baik manusia dalam menghafal Quran, seperti kata Nabi Muhammad SAW: “Khoirukum man ta’allamal qur’aana wa’allamahu”, yang bermanna Sebaik-baik orang di antata kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya. (HR Bukhori)
***
Suzan Lesmana – Pranata Humas BRIN