Mempersiapkan Bekal Buat “Pulang”

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Quran untuk bekal "Pulang". Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Quran untuk bekal "Pulang". Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Kalau kita perhatikan baik-baik pada batu nisan di kuburan, tertulis “Telah Wafat” atau “Telah Kembali ke Rahmatullah”. Artinya apa? Bakal pulang! Kita semua bakal pulang!. Setelah pengajian beres, kita bakal pulang. Senang tidak pulang? Bertemu Anak Isteri?
ADVERTISEMENT
Naah kalau mati kita yakini sebagai pulang, mengapa takut mati? Mengapa orang-orang yang banyak hutangnya takut pulang? Pulang ke rumah sudah ada yang nungguin depan pintu rumah. Siapa? Debt Collector? KPK? Artinya apa? Ada yang salah? Makanya perlu mempersiapkan bekal buat “pulang”.
Orang Yang Paling Cerdas
Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya siapakah orang yang sebenarnya paling cerdas? Beliau menjawab “Al kayyisu man daana nafsahu wa ‘amala lima ba’dal maut”, yang artinya “Orang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsu dan beramal untuk bekal sesudah mati.
Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan panjang angan-angan (Thulul ‘amal).
Sahabat Abdullah bin Umar pernah bertanya pada Rasulullah “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama? Rasul menjawab: “Afdhalul mukminiin ahsanuhum khulqan” yang artinya “mukmin yang utama adalah yang paling baik akhlaknya”
ADVERTISEMENT
Lalu ditanya lagi: “Mukmin manakah yang paling cerdas?”. Rasul menjawab: “Wa akyasuhum atsarahum li mauti dzikran, wa ahsanuhum limaa ba’dal husti’daadaa, ulaa-ika akyaasun”, yang artinya: “Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan stelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.
Mengapa orang yang selalu mengingat mati dan mempersiapkannya dengan baik disebut Rasulullah sebagai orang cerdas? Karena mereka berfikir rasional dan berfikir jauh ke depan, kehidupan dunia hanyalah sesaat, sedangkan kehidupan yang kekal adalah akhirat dan kehidupan yang kekal itu terjadi setelah kematian.
Dunia sementara akhirat selama-lamanya. Orang kaya mati orang miskin mati. Raja-raja mati rakyat biasa mati. Dunia pergi menghadap Ilahi. Dunia yang dicari Tak ada yang abadi.”
ADVERTISEMENT
Ciri-Ciri Orang Cerdas
Ada dua hadits yang kita bahas di artikel ini yakni: “Al kayyisu man daana nafsahu wa ‘amala lima ba’dal maut” (Orang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsu dan beramal untuk bekal sesudah mati), dan “Wa akyasuhum atsarahum li mauti dzikran, wa ahsanuhum limaa ba’dal husti’daadaa, ulaa-ika akyaasun” (Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan stelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas).
Dari dua hadits tersebut kita kerucutkan tiga ciri-ciri orang cerdas:
Pertama, Dapat Menundukkan Hawa Nafsu (man daana nafsahu). Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya adalah orang cerdas karena ia memahami bahwa nafsu jika dipenuhi begitu saja tanpa dikendalikan, maka ia akan berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
Kata Imam Bushiri dalam Qasidah Burdahnya, nafsu ibarat bayi. Jika engkau biarkan tumbuh besar, ia terus menyusu. Bila disapih, berhenti. Maka hindarkan keinginannya dan waspada dari mempertuankannya. Bila dipertuankan, maka akan hina dina.
Kedua, Banyak Mengingat Mati (aktsaruhum li mauti dzikron). Orang yang memikirkan kematian dengan segala kaitannya, kemudian berusaha mempersiapkan diri untuk menjemput kematian, maka ia termasuk orang yang cerdas. Sebaliknya, orang yang tak pernah memikirkan tentang kematian dan tidak mempersiapkan diri menghadapi kematian tersebut adalah “Al ‘Ajiz” (orang lemah).
Ketiga, Beramal untuk Akhirat.Watazawwaduu fa innaa khayrazzaadittaqwaa”, yang artinya “Dan perbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (Q.S . Al Baqarah 187). Hanya orang-orang cerdas (berakal) sajalah yang akan memikirkan kehidupan akherat dan akan beramal untuk kebahagiaan di akhirat kelak dengan tidak melupakan kebahagiaan dunia yang telah dianugerahkan kepadanya (Q.S. Qashash: 77)
ADVERTISEMENT
Amal sebagai Bekal Pulang
Ketika kita mati, orang sudah menyiapkan kendaraan untuk kita yakni kendaraan paling angker “Kurung Batang” atau “Keranda Mayat”. Siapa masuk pasti Mati! Belum pernah gagal. RT masuk mati! RW masuk mati! Ustadz masuk Mati! Penumpangnya satu, yang nganter banyak.
Siapakah yang “mengantar” orang yang sudah mati? Yang mengantar adalah Ahluhu (Keluarga), Maluhu (Harta), dan Amaluhu (Amal). Selesai acara penguburan, Ahluhu dan Maluhu pulang. tinggal Maluhu.
Isteri cantik, pulang! Suami Cakep, Pulang! Tidak mau menemani di kuburan. Yang katanya sayang sekali, cinta mati waktu muda dulu.
Harta bagaimana? Maluhu seperti mobil mewah hanya sampai pelataran kuburan. Jangankan mobil mewah, tikar ketinggalan di kuburan saja diambil.
ADVERTISEMENT
Yang ngikut orang mati adalah Amaluhu alias amal. Orang mati diikuti amal bukan bawa amal. Kalau bawa amal enak, yang bagus-bagus dibawa. Kalau diikuti amal, yang jeleknya ngikut yang bagus juga ikut.
Sekarang, sudahkah kita beribadah pada Allah dengan baik dan benar? Menolong sesama, berbakti pada orang tua, menggunakan amanah banyak orang dengan baik? Berkata jujurkah pada atasan? Bersikap adilkah pada bawahan? Menjauhi kemaksiatan? Meninggalkan korupsi dan berlaku curang untuk meraih tujuan? Dan Mengamalkan ilmu yang kita miliki? Yuks mumpung masih hidup mari kita siapkan bekal pulang sebaik-baiknya.