Menyaksikan Tradisi Sunda Betawi, Pawai Dongdang di Bojonggede 2022

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
14 Juni 2022 11:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada yang berbeda pasca lebaran 2022 lalu di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat--dekat tempat tinggal saya. Kalau biasanya halalbihalal diisi dengan acara bermaaf-maafan dan makan-makan, itu sudah biasa. Kali ini sungguh lain dari biasanya karena sebuah hajat besar digelar perdana pasca dibalut pandemi dua tahun lamanya. Namanya Parade Budaya Lebaran Bojonggede 2022, dengan acara utama pawai dongdang--sebuah tradisi campuran Sunda dan Betawi .
Sumber Foto: Koleksi pribadi Widi Riyanto (kolega penulis)
Sejauh yang saya saksikan, pawai dongdang tersebut diikuti peserta dari puluhan Rukun Warga (RW) se-Kelurahan/Desa di Bojonggede. Tercatat sekitar dua puluhan RW yang mengikuti pawai. Satu RW menyiapkan satu hingga lebih dari empat dongdang yang diusung dan diiringi pengantar hingga kurang lebih 50 orang warga.
ADVERTISEMENT
Dongdang sendiri berasal dari bahasa Sunda, bermakna tempat membawa makanan atau barang-barang hantaran. Bahannya bisa dari batang bambu yang digunakan untuk membawa sebentuk miniatur saung atau rumah-rumahan yang dipanggul dua hingga empat orang lebih.
Isi dongdang beragam, umumnya adalah hasil bumi daerah setempat sekaligus ajang unjuk kreatifitas menghias dongdang. Dapat dikatakan pawai dongdang adalah ajang unjuk produktivitas hasil daerah masing-masing sekaligus mengangkat kearifan lokal masyarakat sebagai objek wisata kuliner dan budaya. Semuanya disiapkan bergotong-royong dan guyub dari mulai masak-memasak untuk menyiapkan isi dongdang hingga menghias dongdang.
Misalnya saja dari salah satu RW--di mana kolega kantor saya menjadi salah satu peserta pawai dongdang. Mereka menyiapkan berbagai menu yang dikemas dalam dua dongdang. Isi dongdangnya sangat beragam, namun yang khas adalah menu semur daging kerbau seperti yang biasa disajikan saat lebaran masyarakat Betawi, yakni semur daging kebo andilan.
Sumber Foto: Koleksi pribadi Widi Riyanto (kolega penulis)
Lengkapnya dalam dua dongdang, berisi antara lain nasi uduk, semur daging kerbau, semur jengkol, sambal kacang, sambal gandaria, dan kerupuk. Berbagai makanan khas Betawi dan Sunda turut menghiasi isi dongdang lainnya, antara lain: rengginang, wajik, geplak, tengteng, kue cucur, kue ape, kembang goyang, dodol, emping Bojonggede, dan tape uli.
ADVERTISEMENT
Tak ketinggalan pula asinan dan aneka sayur-mayur dan jenis buah-buahan seperti pisang, belimbing, jeruk, mangga, dan lain-lain. Ada pula rombongan warga yang yang membawa roti buaya, layaknya tradisi melamar khas Betawi. Ada juga yang membawa gerobak bakso khusus konsumsi para penggiring dongdang, seperti yang dilakukan kolega kantor saya yang memang nyambi juragan bakso, wqwqwq.
Selain itu, saya menyaksikan pula rombongan warga lainnya dari berbagai RW yang memikul miniatur-miniatur bangunan yang ada di tempatnya, antara lain bedug, masjid, gapura pintu masuk RW-nya, dan beberapa miniatur lainnya. Dan yang menarik, ada yang membuat diorama stasiun kereta api Bojonggede berikut keretanya dan rumah si Doel Betawi berikut bajaj birunya.
Tak kalah serunya adalah para pengiring dongdang. Ada peserta pawai yang datang dengan sepeda ontel berikut padi, jagung, wortel, dan jenis hasil bumi lainnya diikat di stang sepedanya. Dan meski pun acara berada di wilayah Jawa Barat, sepasang ondel-ondel menjadi bagian pengiring beberapa RW peserta pawai dongdang. Inilah yang membuat pawai dongdang merupakan campuran tradisi budaya Betawi dan Sunda.
ADVERTISEMENT
Baju yang dikenakan para pengiring dongdang semakin menguatkan kolaborasi dua budaya, Betawi dan Sunda. Bagaimana tidak, mayoritas baju yang dikenakan peserta pawai adalah model campuran Betawi dan Sunda.
Para pria yang berbaju khas pria Sunda mengenakan baju salontreng, yaitu sebuah baju berbahan kain berwarna hitam dengan sarung yang dililitkan menyilang di bahu. Sementara bawahannya adalah celana pangsi longgar, warnanya hitam juga. Aksesoris ikat kepala melengkapi penampilan para pria dengan variasi model hanjuang nangtung dan barangbang semplak.
Untuk para peserta pria yang memakai baju khas Betawi adalah jenis baju sadaria dengan celana pangsi atau celana batik longgar. Berbeda dengan sarung pria Sunda yang disilangkan ke bahu, kalau sarung untuk baju sadaria dilipat dan diletakkan di bahu saja (cukin). Tak lupa peci hitam dan merah menghiasi kepala. Tampak pula cincin batu pandan dan gelang akar bahar khas Betawi plus sabuk besar warna hijau melilit pinggang.
ADVERTISEMENT
Kalau perempuannya, rata-rata berkebaya kerancang atau kebaya encim dan baju gamis dengan warna yang sama atau kerudung warna senada, bahkan masker pun berwarna sama. Di samping itu, ada pula peserta pawai yang menyajikan arak-arakan pengantin Betawi lengkap dengan palang pintunya.
Tak ketinggalan, ada yang membawa tim rebana para ibu-ibu. Ada juga tim marawis remaja pria. Ada pula yang membawa seperangkat alat musik gambang kromong. Tak mau kalah, beberapa pasang ondel-ondel lelaki dan perempuan turut mengiringi beberapa peserta pawai.
Titik pertemuan semua peserta Pawai Dongdang dipusatkan di sebuah lapangan bernama lapangan Siaga, tak jauh dari stasiun kereta Bojonggede--seberang rel kereta jalur Bogor-Jakarta. Saat peserta pawai dongdang masuk ke lokasi, disambut dengan lagu kicir-kicir, thola’al badru, dan lain-lain. Sebuah panggung tinggi besar berdiri gagah di tengah lapangan yang dibangun dengan background rumah adat masyarakat Betawi, lengkap dengan sepasang ondel-ondel di kanan kiri rumah.
Sumber Foto: Koleksi pribadi Widi Riyanto (kolega penulis)
Selain pelestarian tradisi melalui pawai hasil bumi yang nantinya juga kembali ke warga dengan cara dibarter atau saling tukar isi dongdang, pawai dongdang di Bojonggede ini juga dilombakan. Makanya seluruh peserta pawai yang terlibat memang berusaha semaksimal mungkin menghias dongdangnya. Meski panas terik, warga Bojonggede sangat antusias.
Sumber Foto: Koleksi pribadi Widi Riyanto (kolega penulis)
Jika di Bojonggede pawai dongdang dihelat pasca Lebaran, sebenarnya pawai dongdang biasa juga digelar saat peringatan HUT RI atau peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW baik di Kabupaten Bogor dan beberapa daerah Jawa Barat lainnya.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana dengan kalian yang berada di wilayah Jawa Barat lainnya? Apakah ada tradisi Pawai Dondang juga? Kasih tahu dong isi dongdangnya apa saja di kolom komentar. Salam Dongdang Mania.
***
Suzan Lesmana - Pranata Humas BRIN, tinggal di Bojonggede