Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Pemuda Hari Ini, Pemimpin Masa Depan
23 Oktober 2020 5:53 WIB
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya menjadi berbeda kali ini. Bagaimana tidak, pandemi COVID-19 masih menghantui setiap orang, tak hanya para santri, membuat HSN tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya sejak pertama kali dihelat tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Bicara santri, tak lepas dari pemuda. Dalam klasifikasi umur, PBB dan ILO mendefinisikan pemuda adalah penduduk berusia 15-24 tahun. Batas usia 15 tahun sendiri tumpang tindih dengan definisi anak yang berusia 0-17 tahun. Begitu juga dengan perundang-undangan kepemudaan nomor 40 tahun 2009 pasal 1.1. yang mendefinisikan pemuda berusia 16 – 30 tahun.
Sementara Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengklasifikasi usia pemuda (syabab) berada pada rentang usia 15 hingga 40 tahun yang merupakan masa paling kritis dalam keseluruhan kehidupan manusia. Masa ini ditentukan dari seberapa baik pendidikan pada masa di bawah 15 tahun.
Berbagai Kisah Pemuda
Di Al Quran sendiri banyak kisah tentang pemuda, yakni saat para Nabi masih muda. Misalnya kisah Nabi Ibrahim muda yang mengajak kaumnya berdialektika dan berlogika menemukan Tuhan (Q.S. Al Anbiya: 60), kisah Nabi Yahya muda yang sudah diberi hikmah kebijaksanaan (Q.S. Maryam: 15), kisah Nabi Yusuf yang menjadi pejuang kebenaran sejak muda (Q.S. Yusuf: 22), kisah Nabi Ismail muda yang begitu hebat meyakini perintah Allah dan taat pada ketentuanNya (Q.S. Ash-Shaffat: 102-107), kisah pemuda Ash-haabul Kahfi, legenda pemuda yang mempetahankan aqidah Tauhid (Q.S. Al Kahfi: 13-15), dll.
ADVERTISEMENT
Potensi besar yang dimiliki oleh kaum pemuda pernah dijadikan Bung Karno bahan penyemangat orasinya: “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”.
Permasalahan Pemuda Indonesia
Namun sesungguhnya, saat ini pemuda Indonesia dihadapkan beberapa masalah. Tiga peneliti dari SMERU Research Institute: Isdijoso, Astini, Dewi (2019), seperti dilansir dalam theconversation.com mengungkapkan 5 permasalah pemuda Indonesia, yakni: Pertama, kualitas pendidikan yang rendah. Lebih dari separuh pemuda (53.41%) hanya menamatkan pendidikan setingkat sekolah menengah pertama ke bawah.
Kedua, tingginya tingkat pengangguran. Angka pengangguran terbuka pemuda hampir tiga kali angka pengangguran umum (14% dibandingkan 5.34%). Ketiga, di area kesehatan. Kejadian penyakit menular (seperti HIV/AIDS) dan tidak menular (seperti hipertensi, anemia, obesitas, dan diabetes) di kelompok usia pemuda lebih banyak dibandingkan di kelompok usia lain yang disebabkan pola hidup tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur; dan perilaku berisiko pemuda, seperti penyalahgunaan obat/zat terlarang, pergaulan bebas, dan pornografi.
ADVERTISEMENT
Keempat, rentan mengalami persoalan kesehatan mental. Jumlah kasus depresi yang mencapai 6.1% diantara penduduk usia di atas 15 tahun. Di antara jumlah ini, sebanyak 91% tidak mendapatkan pengobatan medis. Kelima, kejadian pernikahan dini, sebanyak 22.59% pemuda menikah sebelum usia 19 tahun, dan sekitar 16.67% remaja usia 15-18 tahun hamil.
Solusi Persoalan Pemuda Indonesia
Penulis merekomendasikan beberapa solusi persoalan pemuda Indonesia ini, yakni: Pertama, Menguprade Imtaq Kepada Sang Khalik. Pemuda dengan Iman dan Taqwa (Imtaq) yakni spiritualitas yang meningkat dimana pengetahuan agama dan ritualitas dalam ibadahnya pun berkualitas, maka ia tidak mungkin membiarkan dirinya terpengaruh imbas negatif seperti disebut dalam pola hidup tidak sehat seperti merokok, depresi, penyalahgunaan obat/zat terlarang, pergaulan bebas, dan pornografi yang berimplikasi pernikahan dini akibat hamil di luar nikah.
ADVERTISEMENT
Kedua, Menguatkan ‘Azzam Istiqomah Thalabul Ilmi. Hendaknya para pemuda menyadari bahwa derajad mereka akan terangkat jika dibekali ilmu. Artinya mereka harus menguatkan ‘azzam (Kebulatan Tekad), untuk istiqamah thalabul (menuntut) ilmu. Semua hal dimulai harus memakai ilmu. Tanpa ilmu akan sesat melangkah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah dan naik derajad. Pemuda yang berilmu tak mungkin menjadi pengangguran karena mereka akan membuka peluang usaha sendiri alih-alih mencari pekerjaan dengan tingkat persaingan tinggi.
Ketiga, Memperbaiki Adab. Selain berilmu, yang tak kalah krusialnya adalah Adab. Dalam bahasa Arab, adab merupakan bentuk kata benda dari kata kerja adaba yang berarti kesopanan, sopan santun, tata krama, moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat. Menurut Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali karya Luqman Junaedi, adab menurut Rasulullah SAW adalah pendidikan tentang kebajikan yang merupakan bagian dari keimanan. Di dalam adab terdapat pelajaran akhlak sehingga orang berilmu jika tak dilengkapi pengetahun adab dan akhlak maka cenderung akan berbuat sewenang-wenang, tidak menghormati dan menghargai sesama. Ilmu dan Adab saling bertautan bak dua sisi mata uang yang saling melengkapi kepribadian pemuda.
ADVERTISEMENT
Keempat, Membekali Diri dengan Kompetensi. Kompetensi menurut KBBI adalah kecakapan, mengetahui, berwenang, dan berkuasa memutuskan atau menentukan atas sesuatu. Selain membekali diri dengan Imtaq, ilmu dan adab, mereka juga harus membekali diri dengan kompetensi diri. Dengan kompetensi diri, jika pemuda memilih berkompetensi di dunia kerja, maka ia akan mudah dikenali sebagai orang yang kompeten dalam ilmu dan bidang yang dibutuhkan industri atau apapun bidang yang dipilihnya.
Wahai Pemuda Indonesia kita ubah nasib bangsa mulai dari diri sendiri dan yakinlah kalian adalah “Syubbanul yaum rijalul ghad" yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok. Yuks!